TRIBUN-TIMUR.COM - Chat GPT atau ChatGPT kini banyak digunakan karena chatbot AI gratis dan bisa menjawab berbagai pertanyaan secara luwes.
Luwes di sini maksudnya, Chat GPT bisa memahami konteks percakapan dan memberi teks jawaban sesuai konteks, sehingga tidak kaku layaknya robot.
GPT merupakan singkatan dari Generative Pre-Trained Transformer.
Chat GPT adalah tools Chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) dari OpenAI.
Adapun OpenAI merupakan platform kecerdasan buatan yang didirikan pada tahun 2015 oleh Sam Altman dan Elon Musk.
OpenAI, perusahaan asal Negeri Paman Sam ini fokus mengembangkan teknologi Artificial Intelligence (AI).
Lalu pada akhir November 2022, OpenAI secara resmi mengumumkan versi prototipe dari chatbot AI terbaru mereka yang diberi nama Chat GPT.
Secara umum, Chat GPT bisa membuat teks sesuai perintah, melengkapi kalimat, menerjemahkan kalimat dari berbagai bahasa, hingga membuat dialog percakapan.
Bahasa utama yang didukung Chat GPT adalah bahasa Inggris.
Namun, chatbot AI dari OpenAI ini juga mendukung 94 bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia, Jawa, Perancis, Rusia, Italia, Portugis, hingga bahasa Arab.
Pengguna aktif bulanan (monthly active users/MAUs) Chat GPT bahkan diklaim tembus angka 100 juta orang per awal Februari lalu.
Setidaknya begitulah menurut laporan dari perusahaan finansial asal Swiss, UBS.
Menurut UBS, yang mengutip data pengukur trafik internet dan situs web Similarweb, angka tersebut merupakan jumlah pengguna aktif bulanan per akhir Januari 2023.
Chat GPT sendiri diluncurkan pada November 2022 lalu, artinya hanya butuh waktu dua bulan bagi OpenAI untuk menarik 100 juta pengguna aktif bulanan ke platform chatbot tersebut.
Secara spesifik, UBS mengatakan bahwa ada sekitar 13 juta pengguna yang mengakses Chat GPT setiap harinya di bulan Januari 2023 kemarin, dua kali lipat lebih banyak dibanding bulan Desember 2022.