Banjir Makassar

Dibahas di Rumah Danny Pomanto, Tim Unhas dan Pemkot Makassar Siap Kolaborasi Tangani Banjir

Penulis: Noval Kurniawan
Editor: Saldy Irawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Depatemen Teknik Geologi Dr Eng Hendra Pachri, Prof Dr Eng Asri Jaya, Ketua IAGI Pengda Sulselbar dan Ahli Geologi Zulfan Rahimy, Wakil Ketua IAGI Pengda Sulselbar Dedy Irfan, serta Ketua Ika Geologi Unhas Sugianto saat menyambangi kediaman Walikota Makassar Mohammad Ramdhan 'Danny'Pomanto di jalan Amirullah, Makassar.

TRIBUNMAKASSAR.COM - Sebagai bentuk dukungan dan perhatian ke pemerintah.

Sivitas Akademika dan Ikatan Alumni (Ika) Departemen Teknik Geologi Universitas Hasanuddin (Unhas) bersama Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengda Sulselbar menyambangi kediaman Wali kota Makassar, Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto.

Tepatnya di Jalan Amirullah, Kelurahan Maricaya Selatan, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar, Jumat (17/2/2023) malam.

Dalam pertemuan itu, Sivitas Akademika dan Ika Teknik Geologi Unhas bersama IAGI Pengda Sulselbar bertujuan memberikan konsep penanganan banjir di Kota Makassar.

Ketua Departmen Teknik Geologi Unhas, Hendra Pachri mengatakan, untuk mendukung pemerintah menyelesaikan polemik banjir di Makassar, dibutuhkan sistem terintegrasi dengan berbagai stakeholders.

"Lewat sinergitas ini, bisa dihasilkan konsep dan manajemen penanganan banjir di Kota Makassar," kata Hendra ke Tribun-Timur.com, Sabtu (18/2/2023) pagi.

Guru Besar Teknik Geologi Unhas, Prof Asri Jaya menjelaskan, perlu diperhatikan pertama ialah tantangan dihadapi.

Misalnya perubahan land use dan pengendalian. Peran dari pengembang sangat dibutuhkan di sini.

Kemudian kontrol terhadap dua sungai utama, yakni Jenneberang dan Tallo.

"Penyempitan dan pendangkalan saluran utama dan anak sungai adalah tantangan yang juga perlu diperhatikan," jelasnya.

Selain itu, tantangan lain seperti penyempitan dan pendangkalan konektifitas drainase, wilayah resapan terbatas, dan pasang surut juga perlu mendapat perhatian.

"Tantangan terakhir yaitu sistem monitoring banjir (Jenneberang, Bili-bili, Tallo-Nipa, dan Puca Lekopaccing," ujarnya.

"Semua itu, perlu mendapat perhatian khusus, terutama saat musim hujan. Karena di situlah sumber banjirnya," sambung Prof Asri Jaya.

Sementara untuk konsep manajemennya, kata Prof Asri, bisa dimulai dengan mitigasi struktural dan non struktural.

Untuk mitigasi struktural, dibagi tiga resimulasi jangka pendek (DED-Drainse Sistem), menengah (DED-River Normalisation), dan panjang (DED-Subsurface).

Halaman
12

Berita Terkini