TRIBUNMAROS.COM, MAROS - Kenaikan BBM memancing aksi penolakan di sejumlah daerah di Indonesia.
Di Kabupaten Maros, aksi penolakan dilakukan di depan SPBU Buttatoa, Kecamatan Turikale, Maros, Minggu (4/8/2022).
Aksi ini dilakukan oleh puluhan mahasiswa dari Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Indonesia Maros (HPPMI) Komisaroat UMI.
Meskipun diguyur hujan deras, massa tetap bertahan dan membentangkan spanduk bertuliskan 'Tolak Kenaikan BBM, Maros Kami Tutup’.
Dalam aksinya, mereka berorasi dan membakar ban bekas.
Mereka juga menahan satu unit mobil pengangkut semen.
Akibatnya, arus kendaraan sempat terganggu dan asap tebal sempat mengepul sepanjang jalan.
Diketahui, Massa protes terhadap Jokowi yang menaikkan harga BBM Pertalite jadi Rp10 ribu perliter.
Mereka menilai keputusan Jokowi akan menambah kesengsaraan rakyat kecil.
Jendral Lapangan, Hardiansyah mengatakan pihaknya mengecam kenaikan BBM subsidi, kenaikan BBM menurutnya berlangsung tiba-tiba membuat warga kaget.
“Kenaikan BBM ini sangat tidak pro terhadap rakyat, ditengah kondisi perekonomian masyarakat yang masih terdampak oleh pandemi Covid 19,” katanya.
Menurutnya, jika pemerintah berdalih kenaikan BBM untuk memperbaiki APBN maka masih banyak cara yang dapat dilakukan selain menaikkan BBM.
“Masih banyak solusi untuk memperbaiki APBN kita salah satunya dengan mengurangi gaji anggota DPRD serta para pejabat, bukan malah mengorbankan rakyat,” bebernya.
Kenaikan BBM ini kata dia otomatis akan berpengaruh terhadap bahan -bahan pokok.
“BBM tidak naik saja, harga bahan pokok melambung, apalagi naik. Bisa lebih melambung lagi,” ungkapnya.
Bahkan Hardiansyah mengancam akan menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran.
“Ini adalah aksi pra kondisi, jadi kita akan turun aksi kembali dalam dua hari ini karna banyak masyarakat yang betul- betul merasakan dengan kenaikan harga BBM ini,” ungkapnya.(*)