Opini Abdul Karim

Opini Abdul Karim: Kebusukan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Abdul Karim, Majelis Demokrasi & Humaniora

Opini Abdul Karim: Kebusukan

Oleh: Abdul Karim
Majelis Demokrasi & Humaniora

TRIBUN-TIMUR.COM - Tahukah Anda bila sebenaranya kita tak pernah benar-benar merdeka dari kebusukan.

Padahal, disetiap pertengahan Agustus kita senantiasa "merasa" merdeka. Namun tak salah pula sebenarnya bila disetiap Agustus kita upacara memerdekakan diri.

Sejarah kemerdekaan 17 Agustus mungkin memang hanya sejarah tentang kemerdekaan dari bedil Belanda.

Tetapi merdeka dari kebusukan barangkali belum pernah terwujud.

Di negeri yang harum semerbak ini, kebusukan bukan hanya ada di got saluran pembuangan limbah.

Kebusukan, tak hanya ada di bak kakus kita. Kebusukan bukan hanya hadir di tempat sampah kita.

Kebusukan sesungguhnya hadir disetiap ruang. Bahkan ditempat yang terlihat bersih dan nyaman sekalipun kebusukan itu membau tanpa tak terlihat.

Lebih tragis lagi--kata rekan saya, kebusukan terkadang hadir di tempat-tempat suci yang disucikan.

Apa artinya semua itu? Siapa agen kebusukan? Bisa jadi kebusukan adalah kita sendiri.

Secara anatomik, tubuh manusia memang ladang kebusukan.

Sebab ditubuhnya dipenuhi tahi. Di perut, bercokol tahi/kotoran.

Dari dalam hidung ada tahi hidung, ada tahi mata, tahi telinga, tahi kuku, tahi kepala yang lazim disebut ketombe.

Dengan ini sebenarnya kita tak pantas menjadi mahluk sombong, angkuh, pongah dan merasa unggul dari yang lain. Apa yang kita unggulkan?, tubuh kita hanyalah markas tahi dan kotoran.

Halaman
12

Berita Terkini