TRIBUN-TIMUR.COM - Jordi Amat masih terus menjadi perbincangan publik sepakbola Tanah Air.
Sebelumnya, Jordi Amat mengundang pro dan kontra atas pilihannya gabung dengan klub raksasa Malaysia, Johor Darul Tazim atau JDT.
Sebagai pihak meminta proses naturalisai Jordi Amat dibatalkan.
Kali ini Jordi Amat kembali mendapat sorotan atas postingannya di akun instargam @jordiamat5, Jumat (1/7/2022).
Jordi Amat mengunggah sebuah dokumen piagam pengakuan sebagai anggota kehormatan dari Dewan Kerajaan Kesultanan Adat Nusantara.
Baca juga: Akui Berdarah Makassar Jordi Amat Ngemis Proses Naturalisasinya Tak Dibatalkan Usai Gabung JDT
Baca juga: Padahal Dipersiapkan Jadi Punggawa Timnas Jordi Amat Malah Banjir Kritikan, Penyebabnya?
Piagam tertanggal, 1 Juli 2022 itu diberikan kepada Jordi Amat yang merupakan pengakuan bahwa calon pemain Timnas Indonesia itu merupakan keturunan raja Kerajaan Siau Sulawesi Utara.
Jordi Amat dengan nama gelar Pangeran Jordi Amat Maas tertera sebagai generasi ketiga Raja MD Kansil yang merupakan pemimpin Kerjaan Siau Sulawesi Utara.
Atas penghargaan itu Jordi Amat menyampaikan apresiasinya.
"Terima kasih banyak kepada Raja John dari Ulu Siau. Suatu kehormatan bagi saya dan keluarga saya. Terima kasih juga kepada semua orang yang mendukung saya. Tak sabar untuk meraih impian kita bersama," tulis Jordi Amat.
Berikut isi piagam tersebut:
DEWAN KERAJAAN KESULTANAN ADAT NUSANTARA
Tanggal :01/07/2022 Nomer:055/AK/07/22, Prilal Anggota Kehormatan
Dengan ini menyampaikan sebagai dasar perhatian dan apresiasi terhadap Trah Keluarga Besar Raja & Sultan Nusantara Indonesia dalam hal ini perkumpulan Dewan Kerajaan Kesultanan Adat Nusantara menyambut dengan penghormatan kepada :
YM. Pangeran Jordi Amat Maas
Generasi Ke-III dari Raja M.D Kansil, Kerajaan Siau, Sulawesi Utara
Untuk bersama memperkenalkan dan menjaga amanat luhur Adat dan Budaya Kerajaan Kesultanan Nusantara Indonesia Adat dan menjadi bagian dari Keluarga Besar Dewan Kerajaan Kesultanan Adat Nusantara,
Jakarta, 01 Juli 2022
Tentang Kerajaan Siau
Dilansir dari wikipedia, Kerajaan Siau adalah sebuah kerajaan yang terletak di Sulawesi Utara yang didirikan oleh raja pertamanya Lokombanua II atau Lokongbanua II pada 1510 sampai akhir masa kekuasaan Raja Siau Ch. David pada tahun 1956.
Menurut Barta1, kerajaan tersebut adalah kerajaan Kristen kedua yang berdiri di Nusantara setelah Kerajaan Larantuka yang berdiri di Flores Timur.
Lokongbanua II mula-mula mendirikan kerajaan Siau pada tahun 1510 melalui musyawarah mufakat para kulano.
Lokongbanua II kemudian memerintah kerajaan Siau dari 1510 sampai 1545.
Kerajaan tersebut mula-mula mengenal agama Kristen melalui missionaris-missionaris Katolik yang datang ke Sulawesi Utara dan Maluku Utara dari tahun 1511 dan 1522.
Dalam catatan sejarawan Pitres Sombowadile, pada 1516 misi Katolik Portugis pernah singgah dan menyelenggarakan misa paskah di ibukota Kerajaan Siau, Paseng. Disebutkan, Raja Lokongbanua ikut menghadiri misa paskah tersebut.
Lokongbanua II kemudian digantikan oleh anaknya, Posuma.
Menurut sejarawan Sem Narande dalam “Vadu La Paskah”, Raja Posuma dibaptis menjadi Katolik di sungai besar di Kota Manado bersama 1500 orang rakyat dan Raja Manado Kinalang Damopolii.
Dari masa kekuasaan Raja Siau ketiga Don Geronimo Winsulangi hingga Raja Siau keempat Don Fransiscus Xavirius Batahi, kerajaan Siau mencakup daerah-daerah di bagian selatan Sangihe, pulau Kabaruan (Talaud), pulau Tagulandang, pulau-pulau teluk Manado dan wilayah pesisir jazirah Sulawesi Utara (sekarang Minahasa Utara).
Serta ke wilayah kerajaan Bolangitan atau Kaidipang (Bolaang Mongondow Utara) bahkan sampai ke Leok Buol.
Pengganti Raja Batahi adalah Raja Raramenusa yang menjadi Raja Siau pertama yang memeluk agama Kristen Protestan.
Kerajaan tersebut dipimpin secara beruntun oleh 21 raja dan meninggalkan sebuah peninggalan berupa Kompleks Makam Raja Lokomnabua.
Literatur asing yang membicarakan Kerajaan Siau diantaranya karya D. Brilman “Onze Zendingsvelden De Zending op de Sangi – en Talaud- eilanden”, diterjemahkan oleh GMIST menjadi “Wilayah- wilayah Zending Kita, Zending di Kepulaun Sangi dan Talaud”.
Antonio Pigaffeta, “Primer Viaje en Torno del Mondo”, “The Suma Oriental of Tom Pires and the Book of Fransidco Rodriques” Armendo Cortesao.(*)
Baca berita terbaru dan menarik lainnya dari Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita