Direktur Utama PT Huadi Nickel Alloy Indonesia Jos Stefan Hideky menyampaikan bahwa kehadiran smelter terbukti mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu, kebutuhan listrik yang andal dan berkualitas dari PLN diharapkan dapat terus berlanjut.
"Harapan kami, PJBTL ini bisa menjadikan kerja sama semakin baik lagi ke depan," tuturnya.
Dia pun memaparkan, semenjak HNI mulai memproduksi feronikel, pertumbuhan ekonomi di Bantaeng tumbuh dua digit, 12 persen.
"Bahkan tahun lalu Bantaeng mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sulawesi Selatan," kata Jos.
Direktur Utama PT Celebessi Metalindo Utama Teddy M.I. Haykal turut mengakui jika listrik untuk industri smelter ibarat nafas.
Untuk itu, perusahaannya memilih untuk mendapatkan pasokan listrik dari PLN setelah melalui pertimbangan yang cukup lama.
"Setelah melakukan pertimbangan, kami memutuskan bersinergi dengan PLN. Terima kasih, terutama untuk PLN, yang telah meyakinkan kami bahwa penyediaan tenaga listrik untuk smelter didukung sepenuhnya," papar Teddy.
Siap Pasok Energi Hijau
Adi juga memastikan bahwa PLN siap memenuhi kebutuhan listrik industri smelter di Sulawesi dengan energi hijau.
Terlebih, potensi EBT di wilayah Sulawesi terbilang sangat melimpah, mulai dari sumber daya air, panas bumi, tenaga bayu, dan lainnya.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PLN akan mengembangkan pembangkit sebesar 783,09 MW di wilayah Sulawesi.
Sebagian besar berasal dari pembangkit EBT yang mencapai 397 MW atau 51 persen. Sedangkan sisanya adalah pembangkit fosil sebesar 386 MW atau 49 persen.
“Kebutuhan listrik di wilayah Sulawesi saat ini sebagian telah dipenuhi oleh pembangkit listrik berbasis EBT,” ungkap dia.
PLN juga memiliki produk renewable energy certificate (REC) yang dapat dimanfaatkan pelanggan untuk pemenuhan target penggunaan energi terbarukan yang transparan dan diakui secara internasional.