"PSM sulit bongkar pertahanan lawan yang ketat.
Namun, saat lawan belum siap bertahan, di situ PSM bisa (keunggulan)," terang eks pelatih PSM ini.
Menurut Hanafing, PSm tak memiliki striker yang bisa buka ruang dan memiliki kecepatan. Solo dribbling cepat.
Baru Pluim yang bisa melakukan hal tersebut. Itu terjadi ketika pemain Belanda tersebut cetak dua gol ke gawang PSIS Semarang di pekan ke-29.
"Baru Pluim bisa lakukan, tapi dia juga punya tugas berat karena harus memenangkan lini tengah," tutur Muhammad Hanafing Ibrahim.
Faktor ketiga, sebut Muhammad Hanafing Ibrahim adalah masa persiapan PSM arungi kompetisi musim ini kurang.
Untuk membentuk tim tangguh harus kuat di tiga momen yakni, menyerang, bertahan dan transisi.
"Bagaimana transisi ketika kehilangan bola, transisi ketika memenangkan bola. Ini harus dulu dipahami oleh pemain. Kalau tiga momen ini tidak bisa dibuat dengan baik di masa persiapan, pasti sangat sulit," tandasnya. (*)