Unismuh Makassar

Hadirkan 3 Pakar Nasional, Unismuh Makassar Bahas Strategi Raih Akreditasi Unggul

Penulis: Faqih Imtiyaaz
Editor: Saldy Irawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pertemuan Pakar Nasional Guna Membahas Strategi Unismuh Menuju Akreditasi Unggul

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR  – Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar terus mempersiapkan diri untuk mencapai target akreditasi institusi Unggul.

Kali ini, Unismuh menggelar kuliah umum dengan menghadirkan tiga pakar dari Yogyakarta.

Ketiganya ialah Guru Besar Universitas Gadjah Mada Prof Lincolin Arsyad PhD,  Mantan Ketua Forum Rektor Indonesia Prof Dr Edy Suandi Hamid, dan Ketua Asosiasi Kantor Urusan Internasional Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah Yordan Gunawan SH MBA MH.

Kegiatan ini digelar di Ruang Rapat Senat Kampus Unismuh, Gedung Iqra Lantai 17, Jl Sultan Alauddin, Makassar, Jumat, (11/3/2022).

Kuliah umum dihadiri Rektor Unismuh Prof Ambo Asse, jajaran Wakil Rektor, Dekan, Ketua Badan  Lembaga Tingkat Universitas, dan Ketua Prodi.

Sesi pertama, Prof Lincolin membahas tema “Adaptive University Financial Management After COVID-19”.

Sesi ini dipandu Wakil Rektor I Unismuh Dr Abd Rakhim Nanda.

"Perguruan tinggi Muhammadiyah hendaknya mempergunakan momen pandemi dengan memperbaiki sistem informasi agar universitas Muhammadiyah dikenal luas oleh masyarakat dunia," ucap Prof Lincolin.

Ketua Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah ini mengungkapkan kondisi pandemi ini hendaknya dimanfaatkan untuk memulai perbaikan.

“Justru kondisi COVID-19 ini kita lebih mempercepat perbaikan ini, karena kita lebih leluasa, fleksibel dibanding perguruan tinggi negeri. Karena kita ini swasta jadi mengubah kebijakan itu kita lebih gampang. Dan sekarang teman-teman itu mengarah ke situ semua, mempercepat bagaimana perubahan terutama kebijakan supaya kita unggul,” katanya.

Perbaikan sistem ini juga didorong untuk untuk mendukung dan memudahkan proses perkuliahan di masa pasca pandemi.

Mendukung hal itu, Prof Lincolin mendorong dosen-dosen setiap mata kuliah agar mampu menguasai teknologi informasi.

“Jadi semua dosen harus melek IT, karena kita tidak akan mundur. Mungkin setelah pandemi berakhir nanti tradisi perkuliahan daring tetap dikombinasikan dengan tatap muka. Kita perlu terus memperbaiki IT kita, fokus pada digitalisasi,” jelasnya.

Di luar Jawa ada dua perguruan tinggi Muhammadiyah yang menjadi andalan, yakni Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dan Unismuh Makassar.

“Alhamdulillah, UMSU sudah meraih akreditasi A. Sekarang kami menunggu Unismuh Makassar. Apalagi sekarang Doktornya sudah banyak, Profesor sudah ada, beberapa Prodi juga sudah terakreditasi A. Tinggal koordinasi dan kekompakan,” ungkap Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM ini.

Perguruan Tinggi Muhammadiyah memang tengah menaruh  fokus pada pencapaian akreditasi Unggul.

Pencapaian akreditasi merupakan salah satu pilar penting dalam manajemen keuangan.

“Kalau akreditasi unggul, jumlah mahasiswa makin meningkat, otomatis meningkatkan penerimaan keuangan kampus. Mohon kerja keras bareng-bareng. Siap Bapak ibu ya?” ujar Lincolin yang disambut ungkapan ‘siap’ secara serempak dari hadirin.

Pada sesi kedua, hadir dua pembicara yakni Prof Edy Suandy Hamid dan Yordan Gunawan SH MBA MH.

Sesi ini dipandu Wakil Rektor II Unismuh Dr Andi Sukri Syamsuri.

Prof Edy Suandi Hamid yang juga Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah banyak mengulas seputar pentingnya kepemimpinan untuk mencapai akreditasi Unggul.

Menurutnya, ada tiga kunci untuk menjadi perguruan tinggi unggul dan berdaya saing.

Pertama, adanya tata Kelola yang baik atau Good University Governance.

Kedua, adanya lingkungan dan daya dukung yang baik (good environment and support).

Ketiga, adanya kepemimpinan yang baik (good leadership).

“Pemimpin yang baik itu harus memiliki kompetensi, integritas, komitmen, dan disiplin. Bagi pemimpin perguruan tinggi, harus memahami semua regulasi yang terkait pengelolaan Pendidikan tinggi, bukan hanya secara makro, melainkan secara detail,” ucap Mantan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Seluruh Indonesia (APTISI) ini.

Prof Edy juga mengingatkan bahwa pemimpin tidak bisa memuaskan semua orang.

“If you want to make everyone happy, don’t be a leader,” pungkasnya.

Prof Edy menekankan pentingnya pemimpin memiliki visi yang jelas, serta komitmen mewujudkan visi tersebut.

Tugas selanjutnya adalah meyakinkan orang yang dipimpin bahwa visi itu bisa dicapai.

Pemateri ketiga, Yordan Gunawan, yang juga  Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berbagi pengalaman dalam mengelola Kerjasama internasional.

Yordan berharap semua perguruan tinggi Muhammadiyah bisa memposisikan KUI sebagai lembaga penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing.(*)

Berita Terkini