TRIBUN-TIMUR.COM - Himpunan Mahasiswa Sastra Prancis (Himpra) Universitas Hasanuddin menggelar diskusi rutin di Pelataran Pusat Bahasa, Unhas, Jl Perintis Kemerdekaan km 10, Kota Makassar, Sabtu (26/2/22) sore.
Diskusi ini membahas 'Humor,Dark Jokes dan Penghinaan'.
Pemantik diskusi Andi Alief Ahdab memulai menjelaskan pengantar tentang pengertian humor.
"Menurut Lynch humor merupakan aktivitas komunikasi. Ketika pesan yang secara sengaja maupun tidak disengaja, disadari dan diinterpretasikan sehingga mengakibatkan seseorang lainnya tertawa," jelasnya.
Terdapat tiga teori utama fungsi humor.
Yaitu superiority theory, Humor diasumsikan sebagai tindakan superioritas.
Tindakan superioritas diasosiasikan dengan menertawakan orang lain dalam balutan humor.
Relief tension theory, Ketika lelucon digunakan untuk mengurangi ketegangan atau stress.
Jadi, humor digunakan untuk menghibur diri dari tragedi atau masalah
Incongruity theory, tertawa hadir dari sebuah kesadaran bahwa ada sesuatu yang tidak konsisten dengan logika.
Artinya adanya perubahan dalam mempersespsi sebuah peristiwa.
Mahasiswa Sastra Prancis 2019 ini mengaitkan humor dengan realita kekinian.
Saat ini, banyak millenial yang menggunakan dark jokes dalam bercanda.
"Dulunya, dark jokes itu berbentuk satire. Digunakan sebagai alat perlawanan," jelas Alief Ahdab.
"Karena zaman dulu hak berbicara didepan umum masih sulit, ditambah kekejaman rezim. Maka, jalur dark jokes digunakan. Karena pemaknaannya dalam namun tidak menusuk langsung," lanjutnya.
Diskusipun dilanjutkan dengan membahas bagaimana batasan dark jokes tetap menjadi lelucon atau telah berubah menjadi sebuah hinaan.
"Batasan antara dark jokes dan penghinaan berada pada kebudayaan,Latar belakang budaya yang sama antar pelaku komunikasi akan saling memberi koneksi bahwa pesan yang dilempar merupakan sebuah lelucon," ujar Tomi, salah satu peserta.
Namun, disisi lain terdapat pula anggapan bahwa itu bergantung lawan komunikasi
"Menurut saya, batasan itu dibentuk oleh penerima pesan tersebut. Hal ini karena tingkat ketersinggungan orang yang berbeda-beda. Sehingga yang dapat mengartikan pesan tersebut hanyalah pihak kedua dalam proses komunikasi," ujar Dewi, peserta lainnya.
Diskusi ini diikuti oleh sekitar 20 mahasiswa.
Himpra Unhas seringkali mengadakan diskusi rutin dengan mengangkat tema yang dekat dengan realita mahasiswa saat ini.
Nantinya, Himpra akan kembali mengadakan diskusi bersama dengan mengangkat tema 'Cinta'. (*)