TRIBUN-TIMUR.COM - Sosok pemuda yang sigap pegang mikrofon Presiden Soekarno saat berpidato kini kembali jadi sorotan.
Siapa sebenarnya sosok pemuda kala itu, juga sudah terungkap.
Dulu, sang pemuda kerap berada di dekat Soekarno. Namun siapa sangka, kini punya cucu yang disegani.
Bahkan sang cucu juga dikenal dekat dengan jenderal TNI.
Sosok sang jenderal yakni Jenderal Dudung Abdurachman.
Dudung kini menjalankan tugas sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Jenderal Dudung menggantikan posisi Jenderal Andika Perkasa yang kini diangkat jadi Panglima TNI oleh Presiden Jokowi.
Kini, anak yang dulunya jadi pengantar koran menjalankan tugas besarnya sebagai orang nomor 1 di Angkatan Darat.
Baca juga: Ingat TB Simatupang? Jenderal Muda TNI Berani Tantang Soekarno, Baru Dapat Gelar Pahlawan di Era SBY
Baca juga: Ingat Laksamana Widodo Adi Sucipto? KSAL Pertama Jabat Panglima TNI, Karier Cemerlang Era SBY
Namun ada sosok yang menjadi sorotan setiap kali Jenderal Dudung Abdurachman bertugas.
Sosok tersebut nampak terus dekat dengan sang jenderal.
Namanya adalah Habib Husein Baagil.
Dikutip Tribunnews Maker, Habib Husein Ba'agil sendiri dikenal sebagai sosok yang dihormati.
Ia merupakan pemimpin Majelis Ta'lim wal Maulid Ar-Ridwan Tuban.
Ia juga merupakan teman dekat dari KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurrachman.
Habib Husein Ba'agil sempat mengunggah potret kedekatannya dengan Jenderal Dudung.
Pada Kamis 3 Februari 2022, Habib Husein Ba'agil tampak mendampingi Jenderal Dudung di Markas Kopassus.
"Hari ini saya mendampingi KASAD Jendral TNI Dudung Abdurahman @tni_angkatan_darat dalam kunjungan silaturahmi dengan satuan tempur....
Baca juga: Ingat TB Simatupang? Jenderal Muda TNI Berani Tantang Soekarno, Baru Dapat Gelar Pahlawan di Era SBY
Baca juga: Ingat Diana Pungky? Lawan Main Indra Bruggman di Jinny Oh Jinny Tuai Pujian: Awet Muda Tambah Cantik
JAYALAH NEGERIKU....
BERKIBARLAH SANG SAKA MERAH PUTIHU..." tulis Habib Husein Ba'agil melalui caption unggahan.
Cucu Pembawa Mikrofon Soekarno
Tak hanya menjadi teman dekat Jenderal Dudung, Habib Husein Ba'agil ternyata cucu dari pria pembawa tongkat mikrofon Presiden Soekarno.
Fakta ini terungkap ketika Habib Husein Ba'agil mengunggah potret lawas kakeknya di Instagram.
Potret tersebut menunjukkan Soekarno tengah berpidato.
Seorang pria tampak membantu membawakan tongkat mikrofon yang dipakai oleh Soekarno.
Baca juga: Ingat Alexa Key? Dulu Penyanyi Tenar Besutan Ahmad Dhani, Kabarnya Kini Usai Dinikahi Anak Pejabat
Baca juga: Ingat Diana Pungky? Lawan Main Indra Bruggman di Jinny Oh Jinny Tuai Pujian: Awet Muda Tambah Cantik
Pria itulah kakek dari Habib Husein Ba'agil.
"Kenangan kakek kami Al Habib Muhammad bin Abu bakar bin Achmad Ba'agil saat memegang tongkat mic Bapak Presiden Ir.H.M Soekarno.
Habaib dari zaman ke zaman selalu menjadi sahabat pemerintah , pendukung pemerintah...
Pahamilah dan yakinilan duhai saudara-saudariku setanah air, bahwa tidak ada satupun pejabat yang menjabat di Bumi pertiwi melainkan mendapatkan Ridho dari ALLAH SWT ROSULULLAH SAW DAN PARA SALAF AULIAK-NYA.." tulis sang Habib
Unggahan itu sontak mencuri perhatian publik.
Akhir Hidup Presiden Soekarno, Minta Nasi Kecap untuk Sarapan, Pelayan Istana Justru Jawab Ketus
Kisah ini dicuplik dari buku berjudul "Maulwi Saelan, Penjaga Terakhir Soekarno" terbitan Penerbit Buku Kompas 2014 dan ditulis oleh Asvi Warman Adam, Bonnie Triyana, Hendri F. Isnaeni, M.F. Mukti.
Pada suatu pagi di Istana Merdeka, Soekarno minta sarapan roti bakar seperti biasanya.
Langsung dijawab oleh pelayan, “Tidak ada roti.”
Soekarno menyahut, “Kalau tidak ada roti, saya minta pisang."
Dijawab, “Itu pun tidak ada.” Karena lapar, Soekarno meminta, “Nasi dengan kecap saja saya mau.”
Lagi-lagi pelayan menjawab, “Nasinya tidak ada.”
Akhirnya, Soekarno berangkat ke Bogor untuk mendapatkan sarapan di sana.
Baca juga: Ingat Alexa Key? Dulu Penyanyi Tenar Besutan Ahmad Dhani, Kabarnya Kini Usai Dinikahi Anak Pejabat
Baca juga: Ingat Diana Pungky? Lawan Main Indra Bruggman di Jinny Oh Jinny Tuai Pujian: Awet Muda Tambah Cantik
Maulwi Saelan, mantan ajudan dan kepala protokol pengamanan presiden juga menceritakan penjelasan Soekarno bahwa dia tidak ingin melawan kesewenang-wenangan terhadap dirinya.
“Biarlah aku yang hancur asal bangsaku tetap bersatu,” kata Bung Karno.
Di saat lain, setelah menjemput dan mengantar Mayjen Soeharto berbicara empat mata dengan Presiden Soekarno di Istana.
Maulwi mendengar kalimat atasannya itu, ”Saelan, biarlah nanti sejarah yang mencatat, Soekarno apa Soeharto yang benar.”
Maulwi Saelan tidak pernah paham maksud sebenarnya kalimat itu.
Ketika kekuasaan beralih, Maulwi Saelan ditangkap dan berkeliling dari penjara ke penjara.
Dari Rumah Tahanan Militer Budi Utomo ke Penjara Salemba, pindah ke Lembaga Pemasyarakatan Nirbaya di Jakarta Timur.
Sampai suatu siang di tahun 1972, alias lima tahun setelah ditangkap, dia diperintah untuk keluar dari sel. (*)