TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – PSM Makassar kalah 1-2 dari Persebaya Surabaya pada pekan ke-19 Liga 1 2021-2022.
Pertandingan kedua kesebelasan berlangsung di Stadion I Gusti Ngurah Rai, Denpasar pada Jumat (14/1/2022) malam.
Dua gol Bajul Ijo dicetak Taisei Marukawa di menit ketiga melalui tendangan penalti. Marselino Ferdinan menggandakan gol Persebaya di menit ke-54.
Laskar Pinisi hanya mampu memperkecil kedudukan di menit 84 lewat lesatan Willem Jan Pluim.
Hasil ini membuat Persebaya naik ke peringkat tiga klasemen dengan 39 poin. Menempel ketat Arema FC dan Bhayangkara FC di posisi pertama dan kedua dengan 40 poin.
Sedangkan, PSM harus tertahan di peringkat 11 klasemen dengan 23 poin. Kekalahan dari Persebaya menjadi kekalahan keenam yang diterima Pluim cs musim ini.
Pengamat sepak bola, Muhammad Hanafing Ibrahim mengatakan kekalahan PSM dari Persebaya tak lepas dari koordinasi yang lemah.
“Koordinasi antar lini lemah, sehingga mudah ditembus, baik dalam bertahan maupun menyerang. Dampaknya Persebaya gampang menguasai ball possession,” katanya melalui telepon, Sabtu (15/1/2022).
Dia menambahkan dalam bertahan dikenal istilah compact defending. Begitu kehilangan bola, pemain segera menutup ruang lawan. Ini tidak dilakukan pemain PSM, sehingga Persebaya menguasai bola dan bisa mencetak gol.
“Jadi kembali lagi ke koordinasi defending dan koordinasi attackingnya masih lemah,” tambah Hanafing.
Tentu, untuk membenahi hal tersebut bukanlah pekerjaan ringan bagi Pelatih PSM, Joop Gall.
Lantaran pelatih asal Belanda itu baru bergabung dengan tim sekira 10 hari. Joop Gall belum mengetahui karakter para pemainnya.
Hanafing menyebut, PSM butuh pemain pekerja keras. Mampu melakukan pressing ketika kehilangan bola.
“Dibutuhkan karakter pemain pekerja. Saya lihat ketika kehilangan bola, tidak ada yang memulai pressing. Berbeda dengan Persebaya, langsung pressing dua hingga tiga pemain begitu kehilangan bola,” sebutnya.
Permainan PSM semakin menurun di setiap serinya. Ketika seri pertama masih mampu bertahan di papan tengah, tapi seri kedua dan ketiga semakin drop.
Mantan pelatih PSM ini menganalisa, daya tahan tubuh pemain PSM ini tidak cukup untuk memainkan pertandingan dari seri ke seri.
Oleh karena itu, Joop Gall memiliki dua tugas penting. Mengembalikan mental pemain dan mengangkat fisik pemain.
“Bisa tidak angkat fisik dan mental pemain dalam waktu yang singkat, tentu ini butuh proses,” ujarnya.(Tribun-Timur.com)