TRIBUN-TIMUR.COM - Sosok ini mengapresiasi keterbukaan TNI dalam menangani kasus tabrak lari di Nagreg, di Nagreg, Kabupaten Bandung.
Sosok tersebut yakni anggota Komisi 1 DPR RI, Muhammad Farhan.
Farhan mengapresiasi keterbukaan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan empati yang ditunjukkan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman kepada keluarga korban.
Diketahui, kasus tabrak lari yang korbannya Handi (17) dan Salsabila (14) ini melibatkan tiga oknum anggota TNI.
Tak hanya menabrak Handi dan Salsabila, tiga oknum TNI itu juga membuang jasad sejoli tersebut ke ke Sungai Serayu.
Tiga oknum anggota TNI pelaku tabrak tersebut yakni Kolonel Priyanto, Koptu Dwi Atmoko dan Kopda Ahmad Sholeh.
Motif tiga oknum anggota TNI buang korban tabrak lari Handi dan Salsabila dan Handi ke ke Sungai Serayu belum terungkap.
Pada Senin (3/1/2021), rekontruksi tabrak lari digelar di lokasi kejadian, tepatnya di Jalan Raya Bandung-Garut Desa Ciaro Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung,
Kolonel Priyanto, Koptu Dwi Atmoko dan Kopda Ahmad Sholeh jalani rekontruksi dengan tangan diborgol.
Menyikapi hal itu, Anggota Komisi 1 DPR RI, Muhammad Farhan menjelaskan, penegak hukum harus berani mengungkap motif para korban dilempar ke sungai.
Dalam rapat dengan Komisi I DPR RI, Farhan akan menanyakan lebih detail soal motif para pelaku membuang jasad korban tabrak lari tersebut.
"Kita akan agendakan (rapat dengan KSAD), tapi tidak akan rapat khusus membahas satu agenda itu (tabrak lari). Tampaknya akan ada beberapa agenda penting, seperti peningkatan kesejahteraan prajurit," katanya.
Farhan menilai, insiden tabrak lari hingga meninggal dunia bahkan berani membuang jenazah ke sungai yang melibatkan seorang kolonel jadi cambuk bagi institusi TNI menciptakan iklim kepatuhan yang kuat dan jadi contoh baik di masyarakat.
"Bukan masalah aturan, tapi kita mengharapkan semua personel TNI bisa mematuhi aturan hukum yang sangat jelas menyangkut penghilangan nyawa seseorang. Jadi masalahnya adalah kepatuhan hukum," ujarnya.
Meski begitu, dia mengapresiasi transparansi TNI dalam mengungkap kasus tersebut.
Dari semula mengakui pelakunya anggota TNI, mengumumkan identitas hingga ketegasan dalam menindak pelaku. Bahkan, mengumumkan rekontruksi.
"Saya apresiasi keterbukaan Panglima TNI dan empati yang ditunjukkan KASAD kepada keluarga korban," kata Farhan.
"Bahkan kita bisa ikuti dan kawal bersama kasus ini. Kita tunggu pengadilan militer yang memang harus terbuka karena pelanggaran hukum yang dilakukan adalah pidana umum, bukan pidana susila atau pelanggaran kode etika TNI," tambahnya.
Rekontruksi Kasus Tabrak Lari di Nagreg
Rekontruksi kasus tabrak lari Salsa dan Handi digelar di lokasi kejadian, tepatnya di Jalan Raya Bandung-Garut Desa Ciaro Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung, Senin (3/1/2021).
Rekontruksi kasus tabrak lari yang berakhir dengan dibuangnya Salsa dan Handi ke Sungai Serayu Jawa Tengah itu, diikuti pula oleh satu saksi, Saefudin Juhri (52).
Di foto kejadian yang viral dan menampilkan dua pelaku oknum anggota TNI sedang mengangkat tubuh korban pada 8 Desember 2021 itu, ada sosok yang membelakangi kamera. Sosok itu merupakan Saefudin.
Saat rekonstruksi, Saefudin dipertemukan lagi dengan pelaku.
Saat melihat wajah Kolonel Priyanto, Koptu Dwi Atmoko dan Kopda Ahmad Sholeh, Saefudin memastikan mereka adalah pelakunya.
"Inget pisan (wajah pelaku), soalna saat kejadian bareng ngangkat korban (sangat ingat karena saat kejadian mengangkat korban bersama), kejadiannya cukup lama, dan ternyata seperti itu kejadiannya," kata Saefudin di Nagreg, Senin (3/1/2021).
Menurut Saefudin, saat itu pelaku yang merupakan oknum TNI mengaku akan membawa korban ke rumah sakit, bahkan sempat menanyakan ambulan kepadanya.
"Pas diambil, dia bilang mau ke rumah sakit. Tolong lah bantuin, mau diambil ke rumah sakit aja," ujar Saefudin.
Bukannya dibawa ke rumah sakit, tapi korban malah dibuang pelaku ke Sungai Serayu.
Salsabila (14) dan Handi (17), tak dibawa ke rumah sakit.
Keduanya di temukan di aliran Sungai Serayu, Jawa Tengah di tempat yang berbeda.
"Pas liat lagi tersangka, ya kesal saja, gereget ingin nendang. Tapi, gak bisa karena dilarang kan sama petugas," katanya.
Dalam rekontruksi tersebut, menurut Saefudin, sangat sesuai dengan kejadian. Bahkan baju yang dikenakannya saat rekontruksi, harus baju yang digunakan saat membantu korban.
"Ini saya juga terpaksa menggunakan baju ini lagi, padahal sudah gak mau pakai baju ini lagi, suka keinget-inget kejadian itu," ujarnya.
Saefudin pun, menunjukkan, di baju biru yang dikenakannya masih terdapat bercak darah.
"Ini, ini masih keliat bekas darah," katanya.
Selain itu, kata Saefudin, kegiatannya juga menjadi terganggu karena harus bulak balik memberikan keterangan kepada yang berwenang.
"Saya kan kerja, memang tidak apa-apa, majikan mendukung saya untuk itu. Tapi kan gak enak, jadi sering bolos," katanya.
Diborgol
Ketiga oknum anggota TNI itu disoraki warga saat keluar dari mobil dan berjalan diapit polisi militer ke titik lokasi kejadian.
Ketiganya tampak mengenakan sendal jepit dan diborgol saat berjalan kaki.
Reka adegan tersebut, berlangsung cepat, sekitar 10 menit.
Dalam reka adegan, terdapat 5 adegan yang dilakukan.
Ketiganya yang memakai seragam tahanan, tangannya diborgol dan dikawal ketat polisi militer.
Kolonel Priyanto disebut-sebut jadi otak jenazah Salsa dan Handi dibuang di Sungai Serayu.
Saat rekontruksi, dia tampak mengenakan kalung bertuliskan tersangka 1.
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menyebut anak buahnya itu jadi otak pelaku buang jasad Salsa dan Handi ke Sungai Serayu.
"Kami akhirnya bisa mengkonfrontir, tiga-tiganya bahkan dalam satu pemeriksaan. Dan memang yang menjadi inisiator dan sekaligus pemberi perintah untuk tindakan yang masuk dalam beberapa pasal termasuk pembunuhan berencana ini adalah kolonel P," kata Jenderal Andika Perkasa, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Senin (1/1/2022).
Kasus kecelakaan tabrak lari itu terjadi pada 8 Desember melibatkan tiga oknum anggota TNI AD, satu kolonel dan dua kopral dua.
Saat kecelakaan, ketiga pelaku membawa dua sejoli tersebut. Namun, alih-alih membawa ke rumah sakit, ketiganya malah membuang Salsa dan Handi ke Sungai Serayu, Jawa Tengah.
Warga di Banyumas dan Cilacap menemukan Handi dan Salsabila dalam kondisi sudah meninggal kemudian dikuburkan.
Orangtua dua sejoli yang mencari, mendapat informasi dari polisi soal temuan mayat tersebut dan mencocokan ciri. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Panglima TNI dan KSAD Diapresiasi, Transparan Tangani Kasus Tabrak Lari Salsa dan Handi di Nagreg