TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Bincang Kampus Tribun Timur kembali hadir, Jumat (10/12/2021).
Tema diangkat, Solusi Mahasiswa Atasi Konflik Etnis di Kampus.
Hadir sebagai narasumber, Ketua BEM FISIP Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Muh Nur Fikran dan Ketua BEM Kema FISIP Universitas Bosowa (Unibos).
Bincang kampus dipandu oleh host, Kinan Aulia.
Fikran mengatakan, konflik yang terjadi di Unismuh sudah didesain dan diatur oleh kelompok tertentu.
Ada beberapa konflik yang dimainkan oleh beberapa stakeholder atau oknum di birokrasi kampus yang membuat tataran mahasiswa, baik di tingkat fakultas dan etnis saling berbenturan.
"Ini sering terjadi di Unismuh, bahkan setiap tahun malahan," katanya.
Namun, semenjak pandemi Covid-19, konflik di dalam kampus mulai mereda menurun. Justru yang terjadi hari ini konflik di luar kampus.
"Konflik yang dibangun di Unismuh sendiri sudah di manajemen karena ada kepentingan ingin dicapai," tutur mahasiswa jurusan ilmu administrasi negara ini.
Konflik yang kerap terjadi ia tanggapi sebagai proses dalam membaca dan mematahkan jalan politik di kampus.
Misalnya, FISIP sering dibenturkan dengan Fakultas Teknik. Ini sudah menjadi tradisi. Di lain sisi, menjadi proses dalam pendewasaan di lembaga dan melatih mental.
Pemicu konflik
Menurut Fikran pemicu konflik yang terjadi karena fanatisme yang berlebihan terhadap organisasi atau pun kedaerahan.
Lalu ada kepentingan dan kekuasaan. Di Unismuh sering terjadi konflik di momen musyawarah.
"Di momen ini gampang sekali membacanya, penyebabnya adalah kepentingan," tuturnya.
Penyebab ketiga, manipulasi atau monopoli orang-orang tertentu yang ada di kampus.
Pemicu kedua, kepentingan, kekuasaan. Unismuh sering terjadi konflik pasa di momen musyawarah. Di siti gampang sekali membacanya, penyebabnya adalah kepentingan
Ketiga penyebab manipulasi atau monopoli orang orang tertentu yang ada di kampus.
Dampak Konflik
Dampak dari sebuah konflik yakni ada rasa ketakutan yang ditimbulkan. Mahasiswa takut berkumpul dan berkeliaran di kampus.
Selanjutnya, interaksi sosial yang kurang terbangun. Mahasiswa membatasi jarak dengan dunia luar, apa lagi jika menyangkut daerah yang berkonflik.
Terakhir, berdampak pada pembatasan kemahasiswaan di kampus.
"Jika konflik terjadi dalam kampus akan menyeret lembaga kemahasiswaan. Pimpinan kampus membatasi kegiatan kemahasiswaan. Hasilnya lembaga kemahasiswaan yang dirugikan," pungkasnya.(*)