Kala itu ia masih menjadi humas di PSM.
Redaktur foto Harian Tribun Timur ini diminta oleh Kurniawan mengajak seluruh suporter PSM di Makassar untuk mendukung Laskar Pinisi dengan cara bernyanyi seperti suporter Arema.
Ocha Alim mengaku kala PSM bertemu Arema, dirinya dibuat merinding dengan aksi menyanyi yang kompak dilakukan oleh Aremania.
“Kurniawan bilang saat lawan Arema ajak suporter buat kayak Aremania dengan cara bernyanyi. Menyanyi itu membuat merinding, sampai tidak bisa konsentrasi karena teriakan yang kompak,” akunya.
Setelah itu, Ocha Alim pulang ke Makassar menemui sejumlah pentolan supporter.
Namun, mereka menolak tawaran darinya.
Lantaran menyanyi untuk mendukung PSM dinilai tidak cocok. Karakter yang ditunjukkan harus keras.
Sampai akhirnya ketika PSM bermain melawan Persis Solo yang beraikhir imbang 1-1 waktu itu, Bima Sakti meminta dirinya membuat suporter bisa mendukung PSM dengan cara bernyanyi.
“Jadi saya berjanji, kalau mereka tidak mau, saya akan buat sendiri. Saya buatlah The Macz Man,” jelasnya.
Dulu, ungkap Ocha Alim, Stadion Mattoanging tidak ada penonton perempuan.
Stadion berdiri 1957 itu dianggap sebagai neraka, bukan tempat untuk perempuan.
Untungnya, ia tak pantang arah dan berhasil mengubah hal tersebut menjadi lebih humanis sehingga penonton perempuan bisa hadir pula di stadion.
“Istri dan anak saya kelak ingin nonton di Stadion Mattoanging, kita bikin lebih humanis sehingga perempuan bisa bergembira semua,” ungkapnya.(*)