TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kompetisi Liga 1 Musim 2021-2022 untuk Seri 1 telah berakhir.
Penampilan PSM Makassar pada enam pertandingan di Seri 1 tersebut tampak masih belum stabil.
"Penampilan PSM Makassar belum stabil. Hampir semua tim di Liga 1 belum stabil," kata mantan pelatih PSM Muh Hanafing Ibrahim dalam podcast Tribun Timur, Selasa (5/10/2021).
Karena tak stabil, PSM pun hanya mampu mengumpulkan 9 poin dari enam pertandingan.
Poin tersebut dikumpulkan dari dua kali menang, tiga kali imbang dan sekali kalah. Mencetak 9 gol dan kebobolan 8 gol.
Namun kata dia, hal tersebut tidak hanya dialami PSM Makassar, tapi tim lain juga.
Jika berkaca pada statistik, gaya bermain dari pertandingan ke pertandingan hanya Bhayangkara FC yang tampil stabil.
The Guardian kini berada di puncak klasemen sementara Liga 1. Dengan poin 16.
Tim-tim lain tidak konsisten. Mereka kadang tampil bagus, kadang tampil di bawa performa.
Ia berkesimpulan tim-tim peserta Liga 1, termasuk PSM Makassar, masa persiapannya tidak cukup untuk berkompetisi di Liga 1.
Dalam fase pelatihan itu ada tiga harus dilewati. Persiapan umum, persiapan khusus dan pra kompetisi.
"PSM tak melewati dua fase, yaitu fase persiapan umum dan persiapan khusus. Langsung saja ke fase pra kompetisi," jelas mantan pelatih PSM ini.
Di fase pra kompetisi pun tidak maksimal.
Lantaranhanya uji coba melawan tim lokal di Sulsel saja.
Padahal di pra kompetisi ada tiga model uji coba.
Melawan tim yang levelnya di bawah PSM, tim levelnya seimbang dan tim yang agak berada di atas level PSM.
"Ini tidak dilakukan oleh PSM. Uji coba hanya tim lokal. Pelatih mau dievaluasi apanya, ketika lawan hanya tim lokal," ujar Hanafing.
Menurut dia, barulah ketika kompetisi berjalan pelatih mencari bentuk tim.
Apalagi tim yang dilawan cukup berat, sehingga harus bekerja keras.
"Jadi kalau kita lihat belum stabil, ya wajar karena masa persiapan tidak cukup," pria berusia 58 tahun ini.
Sekarang sudah ada suporter klub Liga 1 yang berdemo menuntut evaluasi bagi pelatih.
Kata Hanafing, menghukum orang dalam situasi seperti ini tidak bisa, kecuali pelatih telah bekerja satu tahun.
Andai kata sudah setahun, itu wajar untuk dihentikan. Sebab waktu selama itu sudah bisa bentuk tim yang bagus.
"Ini situasi latihan kadang terlaksana, kadang tidak. Terus di masa pandemi Covid-19 lagi," jelasnya.
Berkaca di Kekalahan Pertama
PSM Makassar harus menelan kekalahan perdana Liga 1 2021-2022. PSM takluk dari PS Barito Putera dengan skor 0-2.
Pertandingan berlangsung di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Senin (27/9/2021) sore.
Gol kemenangan Laskar Antasari tercipta di babak kedua, melalui Aleksandar Rakic menit 48 dan Rafael Oliviera menit 69.
Pengamat sepak bola, Muhammad Hanafing Ibrahim menilai kekalahan PSM karena kondisi fisik pemain menurun di babak kedua.
Bisa dilihat dari pertandingan ketika melawan Persebaya lalu. Meski menang 3-1, akan tetapi PSM kebobolan di babak kedua. Bahkan PSM ditekan di menit akhir pertandingan kala itu.
Ia beranggapan recovery pemain dari pertandingan ke pertandingan kemungkinan kurang maksimal. Ditambah tidak ada rotasi pemain dilakukan.
Padahal rotasi sangat penting, apa lagi jadwal pertandingan hanya berselang 3-4 hari saja.
"Kita tidak bisa andalkan pemain tertentu bermain 4-5 pertandingan tanpa ada istirahat yang cukup," jelas pelatih akrab disapa Hanafing ini melalui sambungan telepon, Selasa (28/9/2021).
"Sejauh ini komposisi pemain yang dimainkan hampir sama di awal. Mungkin masalah dalam recovery, berarti pemain hanya mampu bermain di babak pertama, babak kedua stamina sudah turun," sambungnya.
Di lain sisi, sang lawan PS Barito Putera dalam beberapa pertandingan melakukan rotasi. Hasilnya, ketika melawan PSM, rotasinya berhasil. Sementara PSM tidak melakukan rotasi.
"Kalau saya melihat dari kondisi fisik, ada kelelahan di pemain PSM. Kalau fisik lelah, teknik apa pun sulit dilakukan," ujarnya.
Mestinya, menurut mantan Pelatih PSM ini, Milomir Seslija membuat rotasi yang cukup bagi pemain PSM.
Bisa pula tim kesehatan atau pelatih fisik PSM mengukur kemampuan pemain setelah beberapa pertandingan.
Jika memang alami kelelahan, lebih baik dibangku cadangkan. Atau diberi opsi main hanya satu babak saja, setelah itu diganti. Apa lagi, pergantian pemain bisa dilakukan hingga lima kali.
"Makanya, di sinilah pelatih bisa melakukan opsi rotasi," sarannya.
Hanafing berkata setiap tim harus punya tim analisis dan statistik. Tim ini bekerja untuk mengontrol pemain dan memberikan keputusan.
"Tim analisa ini mengambil keputusan bahwa ini harus istirahat. Dilihat dari pergerakan, sentuhan sudah menurun. Maka harus diistirahatkan," ujarnya.
"Keputusan tim analisa ini harus disampaikan oleh tim dokter. Tim dokter mengecek kecepatan denyut nadi setelah bertanding.
"Berapa kecepatan denyut nadinya, besok diukur lagi, jika masih tinggi berarti alami kelelahan," tuturnya.
Disampaikan pria berusia 58 tahun ini, tidak memungkinkan pemain dalam kondisi fisik lelah bisa bermain maksimal.
Sebab, hal tersebut berpengaruh kepada psikis, mental dan daya pikir. Ditambah kekurangan fokus.
"Kalau fisik menurun daya pikir untuk pengambilan keputusan cepat tidak bisa, akhirnya lawan yang ambil keputusan cepat, dan kita tidak bisa mengantisipasi. Saya yakin dua gol Barito tercipta seperti itu," ungkapnya.
Kendati demikian, Hanafing mengatakan dari segi permainan tidak ada masalah. Tinggal ditingkatkan dari pertandingan ke pertandingan.
Hanya saja kondisi fisik menurun, dampaknya bisa buat kesalahan dan dimanfaatkan oleh lawan.
"Bagaimana mau cetak gol kalau pergerakan diantisipasi lawan. Tendangan kurang kuat, mau membuka ruang ke kiri atau kanan tidak bisa karena otot sudah capek," pungkasnya. (*)