“Mereka mampu mengatur ritme permainan. Bagaimana bertahan maupun menyerang,” ucap pria akrab disapa Pak Syam ini.
Hanya saja, permainan cepat dari sisi kanan dan kiri penyerangan PSM yang dianut selama ini belum terlalu tampak menurut pelatih yang membawa PSM juara di musim 1999-2000 ini.
“Saya melihat permainan yang dianut oleh PSM selama ini, kecepatan di sisi kanan dan kiri belum terlalu tampak,” ungkapnya.
Bisa dilihat ketika PSM melakukan penyerangan sudah bagus.
Dari lini pertahanan hingga ke lini tengah menguasai penuh jalannya pertandingan.
Namun di depan, tepatnya di garis 16 pemain bertumpuk, baik dari PSM maupun Arema.
Hal tersebut terjadi lantaran, penyerang sayap yang tadinya bermain di pinggir, lari masuk ke dalam.
“Penyerang sayap yang tadinya di pinggir lari ke sisi dalam juga. Striker juga bertumpuk di situ dengan second line, akhirnya padat. Sehingga passing-passing dari lapangan tengah bisa salah, tidak ada ruang karena padat. Kadang kalah kita tertahan oleh rekan sendiri. Banyak pemain berkumpul,” terang Syamsuddin Umar.
Dia menjelaskan, pertahanan yang rapat harus dibongkar untuk mendapatkan ruang di depan gawang.
Kecepatan yang dimiliki pemain sayap PSM harus jadi andalan. Agar pertahanan lawan tertarik ke luar untuk menghalau bola.
“Pemain sayap harus memberikan ruang di depan gawang sehingga keahlian dari Pluim dan Anco Jansen mampu dikeluarkan maksimal,” jelasnya.
Kemudian bek sayap kiri maupun bek sayap kanan PSM, tidak ada yang berani maju hingga ke garis terdepan.
Mereka begitu dapat bola, baru di lapangan tengah sudah diumpan ke depan.
“Bek sayap kiri dan kanan baru di lapangan tengah bola langsung diangkat ke depan. Sudah terbaca sekali. Tidak ada yang mau langsung ke garis depan,” ujarnya.
“Tapi secara keseluruhan cukup bagus, kalau dibenahi ke depan akan lebih bagus lagi,” pungkas mantan Kadispora Sulsel ini.
Sekedar diketahui, sebelumnya PSM dikenal memiliki pemain lincah pada sektor sayap seperti Irsyad Aras dan M Rahmat.