Bahkan tempat anak anak menuntut ilmu agama sekalipun.
"Artinya, melihat kejadian ini saya semakin percaya bahwa memberikan Sex Education ke putra-putri sangat perlu. Mengajarkan mereka jika ada bagian- bagian tertentu yang tidak boleh disentuh oleh orang lain, dan jika terjadi segera laporkan" jelas Khadijah.
Ia berharap besar unit PPA Satreskrim Polres Bulukumba, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) serta pemerintah lebih gesit lagi melalukan edukasi hingga ke pelosok-pelosok desa.
"Di kejadian ini yang harus diperhatikan bukan hanya berapa lama tuntutan hukum untuk terduga pelaku, tetapi bagaimana mengobati trauma anak anak kita yang menjadi korban kekerasan seksual," pintannya.
Pasalnya banyak kejadian serupa hanya selesai pada tuntutan hukuman kepelaku, tanpa menghiraukan bagaimana mengobati trauma pada korban tersebut.
Sekadar diketahui, kasus pencabulan kepada santri oleh oknum guru mengaji tersebut terbongkar sepekan terakhir di bulan Ramadan lalu.
AS yang merupakan korban yang masih berusia 9 tahun tak lagi mau pergi belajar baca tulis Al Qur'an, padahal merupakan kegiatan yang dia sukai karena bisa berkumpul dengan teman-teman seusianya.
"Mamanya selalu paksa untuk pergi mengaji, tapi AS menangis menolak. Ternyata setelah saya tanya, selalu dicium dan dipegang alat kelaminnya oleh AN guru mengajinya," kata Salma, tante korban.
Tak hanya AS, ada beberapa anak muridnya yang mengaku mendapatkan perlakuan serupa. (TribunBulukumba.com)
Laporan Wartawan Tribun Timur, Firki Arisandi