Tim SAR, aparat TNI Polri, dan warga hampir dua pekan mencari jejak Latang dan Rivai.
Hasilnya tetap nihil.
Dua pekan kemudian, 27 April, perwira juru bicara Kodam, mengumumkan misi pencarian dihentikan.
Ambe Pampang mempercayai musibah yang menimpah rombongan Mayor Latang, karena mereka tak memenuhi satu syarat;
"tidak memberi tahu Daud sebelum mendaki."
Daud adalah "juru kunci" Gandang Dewata. Dia kini masih jadi petani pekebun di Kaki Gunung Membuni, satu dari tujuh gugus gunung di Gadang Dewata.
Dua dekade sebelumnya, Daud juga pernah hilang.
Konon, dia disembunyikan to Membuni; komunitas kurcaci penunggu gunung.
Tentang misteri hilangnya, La Tang, juga diceritakan dua sahabatnya di Makassar, Kamis (7/4/2021) lalu.
Dua sahabatnya itu adalah Mustafa Irate (56) dan Ilham Arief Siradjuddin (57). Keduanya yakin, Latang berangkat untuk "'mencari" air kehidupan.
"Sebelum berangkat, dia datang menemui saya dan menyatakan niatnya," kata Mustafa, mantan wakil Ketua DPRD Makassar (1999-2004).
Ilham berkisah, temannya itu memang sosok penuntut ilmu spiritualis.
"Saya lama mengenalnya, Latang memang selalu penasaran dengan ilmu gaib," ujar Ilham usai menunaikan salat jamaah azar di Masjid Kantor Pos Makassar, Jl WR Supratman.
Ilham berkisah perkenalanya dengan Latang saat dia masih jadi anggota DPRD Sulsel, 1995-1999.
"Suatu hari dia datang meminta bantuan agar membantu pembangunan musollah di kompleks Makam Pangeran Diponegoro, ya saya bantu dengan teman-teman."
kini Musallah itu sudah berdiri dan jadi tempat sujud para peziarah makam pahlawan nasional itu.
"Memang di makam itu kan peziarah sujud dan solat di antara kuburan, tapi setelah masjid itu ada, tidak lagi." (*)