Tribun Makassar

Stigma Perang Kelompok di Utara Kota Makassar, Sampai Kapan?

Penulis: Muslimin Emba
Editor: Suryana Anas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana perang kelompok Cambayya Vs Barukang di Jl Sabutung, Makassar, Jumat malam.

Utamanya, warga lain dan pengendara yang lalu lalang di kawasa Pelabuhan Paotere itu.

Pasalnya, setiap kali tawuran, nyaris semua peralatan senjata tajam digunakan kedua kelompok.

Bahkan, polisi pernah mendapati adanya warga yang menggunakan senapan angin untuk menembaki kelompok lawannya.

Selain membahayakan keselamatan, kesan kurang baik juga melekat seiring konflik yang tak kunjung berkesudahan itu terjadi.

Seperti diungkapkan Nur Thamzil Tahir, Senin (15/2/2021) siang.

Pimpinan Redaksi Tribun-Timur yang tumbuh dewasa di Kampung Gusung Utara, mengaku prihatin atas kondisi tersebut.

"Saya lahir dan besar di Gusung Utara. Kami tersiksa dengan stigma (perang kelompok) itu," kata Thamzil begitu ia akrab disapa.

Padahal, kata Thamzil, beberapa yang terlibat penyerangan kebanyakan bukan dari anak muda kawasan Paotere.

Seiring tawuran itu berlangsung, seiring pula proses mediasi dilakukan.

Mediasi itu mempertemukan tokoh masyarakat dari kedua kubu dan dihadiri aparat pemerintah setempat serta kepolisian.

Namun, nyatanya kasi tawuran dan mediasi itu seolah tak menemui titik temu yang mampu menghadirkan kerukunan atau kedamaian dari kedua kelompok.

Langkah tegas kepolisian juga sudah terbilang cukup sering ditemui.

Mulai dari penangkapan pelaku tawuran, hingga pembinaan.

Bahkan, belasan hingga puluhan remaja yang terlibat tawuran telah diamankan di Mapolres Pelabuhan Makassar.

Kebanyakan dari mereka dibina layaknya pondokan pesantren. Pola hidup mereka ditata sedemikian rupa.

Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali diatur dalam pembinaan 'pesantren ala Polres Pelabuhan'.

Namun apa yang terjadi, aksi tawuran kembali pecah dengan melibatkan kelompok yang sama, Cambayya Vs Barukang!

Sampai kapan perang kelompok itu usai?

Berita Terkini