Kapolri

Gusdur Cerita Kejujuran dan Anti Suap Jenderal Hoegeng, Anak Emas Soekarno, Mundur di Era Soeharto

Editor: Muh Hasim Arfah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sosok Jenderal Hoegeng Imam Santoso, orang kepercayaan Soeharto.
Sosok Jenderal Hoegeng Imam Santoso, orang kepercayaan Soeharto.

TRIBUN-TIMUR.COM- Presiden Joko Widodo baru saja melantik Kapolri ke-25.

Ia adalah Jenderal mendapat gelar ‘anak pendiam’ dari Yogyakarta, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.

Tapi selama 24 Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) atau Kepala Kepolisian Republik Indonesia ( Kapolri )  hanya satu pimpinan tertinggi Korps Bhayangkara terkenal karena kejujuran, bersih dan sederhana.

Ia adalah sang jenderal mendiang Jenderal Hoegeng Imam Santoso.

Jenderal Hoegeng bahkan hingga saat ini namanya tetap harun.

Bukan orang biasa yang mengagumi tapi orang nomor satu negeri ini.

Ia adalah Presiden RI ke-3, Abdurrahman Wahid atau Gusdur.

Gus Dur pernah mengatakan bahwa di negeri ini, cuma ada tiga polisi jujur: patung polisi, polisi tidur, dan polisi Hoegeng.

Jenderal Hoegeng adalah lulusan kepolisian di era Jepang.

Ketika Indonesia sudah merdeka, ia pun mendapatkan tugas untuk mengawal Presiden Soekarno.

Masa revolusi mempertemukan Hoegeng Iman Santoso dengan Presiden Sukarno.

Pada pidato kenegaraan 17 Agustus 1947 di Yogyakarta, Hoegeng diperbantukan sebagai pengawal Bung Karno.

Waktu itu Hoegeng tercatat sebagai mahasiswa Akademi Kepolisian Mertoyudan angkatan pertama (kini Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian).

Saat awal pertemuan mereka, Soekarno mempertanyakan nama Hoegeng yang tak mempunyai arti dalam bahasa Jawa.

Sehingga, Presiden Soekarno memintanya untuk mengubah namanya.

Halaman
1234

Berita Terkini