TRIBUN-TIMUR.COM - Belum selesai virus corona, muncul virus nipah, apa itu? Gejala, cara penularan, belum ada vaksinnya.
Waspada penyebaran virus nipah.
Ketika dunia berfokus pada Covid-19, para ilmuwan bekerja keras untuk memastikan virus nipah tidak menyebabkan pandemi berikutnya.
Tingkat kematian untuk virus Nipah mencapai 75 persen dan belum ada vaksin.
Belum selesai ancaman virus corona yang menyebabkan pandemi Covid-19 di seluruh dunia, ada satu lagi virus yang disebut berpotensi menimbulkan pandemi baru.
Virus ini bernama Nipah dan ditemukan di kawasan Asia oleh pemburu virus asal Thailand, Supaporn Wacharapluesadee.
Mengutip BBC, Selasa (12/1/2021), Wacharapluesadee yang juga peneliti di Chulalongkorn University, Bangkok telah mengambil ribuan sampel kelelawan dan mendeteksi banyak jenis virus.
Di antara jenis virus corona yang banyak ia temukan, ada jenis virus lain yang berhasil ia dapatkan, itu adalah virus nipah yang dapat menular kepada manusia dan belum ada vaksinnya.
Virus nipah berasal dari inang kelelawar buah dan hingga saat ini, virus yang disingkat dengan NiV ini telah menyebabkan kematian di antara 40-75 persen orang yang terinfeksi.
Gejala Hampir sama seperti Covid-19, dikutip dari laman WHO, infeksi NiV pada manusia dapat menimbulkan gejala dan ada juga yang tidak bergejala.
Dampak paling parah disebutkan bisa berupa infeksi saluran pernapasan akut, kejang, ensefalitis yang fatal, hingga menyebabkan koma dalam waktu 24-48 jam.
Namun untuk gejala umumnya, orang yang terinfeksi virus ini biasanya akan menunjukkan gejala sebagai berikut:
1. Demam,
2. Sakit kepala,
3. Nyeri otot,
4. Muntah,
5. Sakit tenggorokan.
Tidak berhenti di situ, ada pula gejala yang tidak umum yang dirasakan orang yang terinfeksi seperti:
1. Pusing,
2. Mengantuk,
3. Pneumonia atipikal,
4. Turunnya kesadaran,
5. Tanda-tanda neurologis.
Masa inkubasi
Sementara itu masa inkubasi atau waktu penularan hingga gejala muncul diyakini antara 4-14 hari, akan tetapi masa inkubasi virus di dalam tubuh berlangsung selama 45 hari.
Cara penularan
Belajar dari pengalaman wabah yang pernah terjadi di Malaysia, infeksi pada manusia disebabkan oleh kontak langsung dengan babi atau binatang yang sakit.
Transmisi virus berlangsung melalui paparan sekresi binatang tersebut kepada manusia.
Dalam wabah yang terjadi di Bangladesh dan India, transmisi berlangsung dari konsumsi buah-buahan atau produk buah yang terkontaminasi urin atau air liur kelelawar buah.
Pada kejadian wabah kali ini, penularan langsung dari manusia ke manusia juga dilaporkan sudah terjadi.
Penularan ini terjadi melalui kontak dekat dengan orang yang sudah terpapar.
Cara pencegahan
Sebelumnya, virus ini pernah merebak pada tahun 1999 dan diketahui berasal dari peternakan babi, namun pernah juga berasal dari kelelawar buah.
Sementara itu salah satu cara pencegahan yang bisa diupayakan adalah dengan melakukan pembersihan dan penyemprotan disinfektan secara rutin pada area-area yang dianggap rawan.
Jika wabah kembali dicurigai terjadi, maka hewan-hewan yang menjadi inangnya harus segera dikarantina atau dimusnahkan.
Tidak sekadar dimusnahkan, proses penguburan atau pembakarannya juga harus di bawah pengawasan ketat untuk mengurangi risiko penularan kepada manusia.
Sebelum infeksi terjadi pada manusia, membatasi pergerakan hewan dari satu peternakan ke peternakan lain juga bisa diupayakan agar virus tidak menyebar semakin luas.
Pengobatan
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, belum ada obat atau vaksin yang spesifik dapat digunakan untuk menangani infeksi virus nipah.
Jika ada orang yang teridentifikasi terpapar virus ini maka penanganan yang diberikan bisa berupa pemberian dukungan medis secara intensif.
Terutama untuk menangani gangguan pernapasan dan komplikasi neurologis yang mungkin terjadi.(*)