TRIBUNBONE, TANETE RIATTANG - Waktu menunjukkan pukul 21.40 Wita. Mome (48) bersama istrinya, Nurlela (35) masih menunggu pembeli.
Pasangan ini menjual terompet dan balon di malam pergantian tahun, Kamis (31/12/2020).
Lokasinya menjual di Jl Ahmad Yani, Kelurahan Watampone, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone. Tepatnya, sekira lima meter dari Gereja GPIB Immanuel Watampone.
Keduanya berjualan dari siang tadi pukul 11.30 Wita.
Namun, sudah 10 jam berjualan, terompet yang dijual baru laku 10 biji.
"Masih sedikit, baru ada 10 terompet yang terjual," kata Mome.
Terompet dijual dari harga Rp 5 ribu hingga Rp 20 ribu, tergantung dari jenisnya.
Kata Mome, sepinya pembeli tahun ini karena adanya wabah Covid-19.
Ditambah, pemerintah daerah mengeluarkan pelarangan kegiatan di malam pergantian tahun.
Dampaknya, untuk tahun ini, ia harus menanggung rugi. Hasil terompet yang dijual bahkan belum mencapai Rp 200 ribu.
Padahal di malam pergantian tahun sebelum-sebelumnya, penghasilan yang didapat bisa mencapai Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.
"Jangankan untuk dapat keuntungan, kembali modal saja belum," akunya.
Pasangan suami istri yang tinggal di Jl Kartini mengaku tetap berjualan terompet sebab, jauh-jauh hari telah memesan barang.
Belakangan keluar aturan yang melarang kegiatan di malam pergantian tahun.
"Sudah lebih dulu dipesan barangnya, baru ada aturan yang keluar. Saya juga tidak menyangka," timpal sang istri, Nurlela.
Memo mengutarakan, terompet yang tak terjual hanya bisa disimpan, karena biar dijual setelah malam tahun baru sudah tidak ada yang membeli.
Dia hanya berharap agar pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Perekonomian bisa kembali pulih.
"Semoga cepat berakhir virus ini. Supaya penghasilan kami bisa kembali," ucapnya.
Laporan Wartawan TribunBone.com, Kaswadi Anwar