Mahathir Mohamad Murka soal Oknum Penghina Agama

Editor: Rasni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad

TRIBUN-TIMUR.COM - Sejumlah protes dan kecamatan berdatangan untuk Presiden Perancis Emmanuel Macron.

Hal itu juga membuat mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad ikut angkat bicara 

Berikut ini kumpulan cuitannya. 

Melalui akun twitternya, mantan orang nomor satu di Malaysia itu, Jumat (29/10/2020) menyebut, Muslim memiliki hak "untuk membunuh jutaan orang Prancis" setelah serangan mematikan di Nice, Perancis.

Cuitan itu kemudian menuai kehebohan hingga twitter menghapus content yang dianggap tak sesuai kebijakan mereka.

Baca juga: Rasanya Nggak Kalah dengan Hotel Bintang 5, Ini Resep Daging Panggang Pedas Limau

Baca juga: Cara Sanggah Hasil Akhir Seleksi CPNS 2019 bagi Peserta yang Tidak Lolos, Apa yang Harus Disiapkan?

Baca juga: VIDEO:: Viral Ikan Cupang Masuk IGD Setelah dari Perjalanan Jauh hingga Dapat Bantuan Pernapasan

Tiga orang tewas di sebuah gereja di kota Perancis selatan, dengan penyerang menggorok leher setidaknya satu dari mereka, dalam apa yang oleh pihak berwenang dianggap sebagai tindakan terorisme terbaru yang mengguncang negara itu.

Tak lama kemudian, Mahathir - yang merupakan perdana menteri Malaysia yang mayoritas Muslim hingga pemerintahannya runtuh pada Februari - menulis serangkaian tweet.

Demikian berita terkini Warta Kota berdasarkan laporan media Singapura, straitstimes.com, pagi ini.  

Merujuk pada pemenggalan kepala guru bahasa Prancis Samuel Paty baru-baru ini di Paris, yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya, Mahathir mengatakan dia tidak menyetujui serangan itu tetapi kebebasan berekspresi juga tidak termasuk "menghina orang lain".

"Terlepas dari agama yang dianut, orang yang marah membunuh," kata pria berusia 95 tahun yang blak-blakan itu, yang di masa lalu menuai kontroversi karena pernyataan yang menyerang orang Yahudi dan komunitas LGBT.

"Prancis dalam perjalanan sejarahnya telah membunuh jutaan orang. Banyak di antaranya adalah Muslim. Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian di masa lalu."

Tetapi dia menambahkan bahwa "pada umumnya Muslim belum menerapkan hukum 'mata ganti mata'. Muslim tidak. Orang Prancis tidak seharusnya."

Baca juga: Sahrul Gunawan Ditangkap Polisi, Ditemukan Bawa Paket Sabu di Kantong Celana

Baca juga: Cek Pengumuman Hasil Seleksi CPNS 2019 di Web Kemenkum HAM, Kemenag, Pemberkasan di sscn.bkn.go.id

Mahathir, yang menjabat sebagai perdana menteri Malaysia dua kali selama total 24 tahun, mengatakan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron "tidak menunjukkan bahwa dia beradab".

Mahathir Mohamad menyebut Presiden Perancis Emmanuel Macron sebagai orang yang "sangat primitif".

"Orang Perancis harus mengajari rakyatnya untuk menghargai perasaan orang lain. Karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Muslim atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, maka Muslim berhak untuk menghukum orang Prancis.

"Boikot tidak dapat mengkompensasi kesalahan yang dilakukan oleh Prancis selama ini." Dia tidak merujuk langsung ke serangan Nice.

Halaman
12

Berita Terkini