Lima Alasan UIN Sunan Gunung Djati Beri Gelar Doktor HC ke Komjen Syafruddin

Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Imam Wahyudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Hasanuddin, Komjen Pol (Purn) Syafruddin, meraih gelar doktor kehormatan (honoris causa) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung. Penganugerahan berlangsung dalam Sidang Senat Terbuka UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Kamis (15/10/2020).

TRIBUN-TIMUR.COM, BANDUNG - Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Hasanuddin, Komjen Pol (Purn) Syafruddin, meraih gelar doktor kehormatan (honoris causa) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung.

Penganugerahan berlangsung dalam Sidang Senat Terbuka UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Kamis (15/10/2020).

UIN Sunan Gunung Djati memberi gelar kehormatan ke Syafruddin atas komitmennya menghadirkan wajah Islam Indonesia yang ramah, toleran, damai ke dunia internasional.

Berdirinya Museum Rasulullah SAW di dekat Pantai Karnaval Ancol Jakarta, ikut menyelesaikan konflik Poso, Ambon, dan Aceh, hingga peletakan batu pertama pembangunan Gedung Pusat Riset Sejarah Rasulullah SAW dan Peradaban Islam di Kampus II UIN Sunan Gunung Djati Bandung menjadi komitmen Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia 2017-2022 itu.

Hadir dalam acara tersebut, Wakil Presiden Republik Indonesia Prof KH Ma’ruf Amin, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-12 dan ke-14 HM Jusuf Kalla, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Rektor Universitas Al Azhar, Duta Besar negara sahabat, Gubernur Jawa Barat, serta sejumlah tokoh lainnya.

Syafruddin menyampaikan orasi ilmiah dengan tema "Transformasi Paradigma Hubungan Internasional Islam Menuju Tatatan Masyarakat Dunia yang Damai".

Ia membagi orasinya dalam beberapa bagian, yakni dasar sains hubungan internasional, struktur nilai hubungan internasional Islam dan norma hubungan internasional Islam.

Gagasan hubungan internasional Islam, kata Syafruddin, dilatarbelakangi oleh kebutuhan seluruh umat manusia akan terciptanya tatanan global serta hidup berdampingan secara damai.
Hal ini memerlukan terobosan transformasi paradigma hubungan internasional yang mapan, menyeluruh dan berdasar pada nilai-nilai Al-Islam.

Islam membuktikan bagaimana keterlibatannya dalam menciptakan dasar peradaban kemanusian global dengan pola budaya serta sistem politik yang diciptakan berdasarkan madania dengan bertumpu pada pemahaman nilai-nilai islam.

"Selain berbagai nilai positif Islam, tentu di sisi lain Islam pernah menjadi sasaran stigma publik yang dicitrakan sebagai agama intoleran, radikal, penuh kebencian dan permusuhan. Namun, Islam berhasil memberikan respon yang bermartabat, sebagai agama yang rahmatan lil alamin," jelas Syafruddin.

Ada lima faktor yang mendasari penganugerahan gelar kehormatan ini kepada Komjen Syafruddin.

Pertama, dalam banyak hal, Komjen Syafruddin dinilai telah berdedikasi bagi bangsa dan negara ini. Berbagai jabatan yang pernah diembannya selalu berhubungan dengan pembangunan bangsa Indonesia, mulai kiprahnya di kepolisian, sebagai menteri kabinet kerja Presiden Joko Widodo, dan menjalankan organisaisi kemasyarakatan.

Termasuk penyelesaian konflik di beberapa kawasan di Indonesia, Komjen Syafruddin terjun langsung bersama Bapak M. Jusuf Kalla, seperti dalam penyelesaian kasus Poso, Ambon, dan Aceh.

Kedua, dari sisi pemikiran dan gagasan, Komjen Syafruddin memiliki kesinambungan dengan visi, misi, dan tagline UIN Sunan Gunung Djati Bandung Wahyu Memandu Ilmu yang mengambil jalur moderat dalam mengambil paradigma pengetahuan.

Ketiga, dari segi keagamaan dan beragama, gagasan Komjen Syafruddin gayung bersambut dengan program terstruktur UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang mengembangkan moderasi beragama.

Halaman
12

Berita Terkini