Fenomena Aneh Api Abadi Padam, Pertanda Apa? Kok Bisa? Ini 6 Fakta

Editor: Ina Maharani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

api abadi padam

TRIBUN-TIMUR.COM - Kabar mengejutkan datang dari Jawa Tengah.

Api yang selama ini dikenal tak pernah padam, Api Abadi Mrapen, di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, padam sejak 25 September 2020 lalu.

Hal ini mengejutkan banyak pihak, termasuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Muncul berbagai dugaan penyebab, sampai alasan dibalik padamnya api abadi ini.

Berikut faktanya

1. Pertama Kali Dalam Sejarah

Pertama Dalam Sejarah

Mengejutkan. Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, mati total.

Padamnya api tersebut secara total baru pertama kali terjadi dalam sejarah Api Abadi Mrapen.

Api abadi Mrapen dilaporkan padam total pada Jumat (25/9) lalu. Dulu, Api Abadi Mrapen pernah meredup tapi tak sampai padam.

"Api padam total baru terjadi kali ini. Di tahun 1990-an atau kalau tidak salah ingat di tahun 1996, Api Abadi Mrapen pernah berkurang Intensitas debit gasnya, tapi tidak sampai membuat padam," kata Kasi Energi ESDM Wilayah Kendeng Selatan Sinung Sugeng Arianto saat saat meninjau lokasi,Jumat (2/10).

Sinung menyebut pada 1996 itu, upaya memulihkan api abadi dilakukan dengan pengeboran sehingga gas kembali keluar. Pengeboran itu dilakukan hingga kedalaman 20 meter.

"Setelah dibor ternyata keluar gasnya, intensitas nyala api kembali berkobar. Di tahun itu tidak sampai padam, padam total baru terjadi kali ini," jelas Sinung.

2. Dugaan Penyebab

Kepala Desa Manggarmas Ahmad Mufid menyebut api sempat meredup hingga padam total. "Sudah sepekan ini apinya padam dan belum menunjukkan tanda-tanda nyala api," kata Mufid.

Di sisi lain, Sinung Sugeng Arianto, mengungkap dugaan penyebabnya. "Adapun dari pengecekan awal itu memang apinya padam karena tidak ada suplai gasnya. Laporan yang kami terima," ujar Sinung.

Dia mendapat laporan Api Abadi Mrapen padam sejak 25 September 2020. Dia menyebut terdapat aktivitas pengeboran untuk mencari sumber mata air di dekat lokasi sebelum api abadi ini padam total. Jarak lokasi keduanya sekitar 200 meter.

"Sebelumnya pada tanggal 12 September ada aktivitas pengeboran pencarian sumber mata air di dekat lokasi api abadi ini," jelasnya.

Sinung menjelaskan aktivitas pengeboran tersebut menyebabkan semburan air setinggi 50 meter. Selain itu, lanjut Sinung, terdengar pula suara gemuruh dari dalam tanah dan tercium bau gas hidrokarbon saat pengeboran itu berlangsung.

"Tapi itu belum bisa dikatakan penyebab utamanya, masih indikasi atau dugaan awal ya," terangnya.

3. Respon Pemprov Jateng

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menaruh perhatian khusus soal padamnya api abadi Mrapen di Desa Manggarma, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Ganjar mengaku khawatir padamnya api tersebut disebabkan oleh aktivitas eksploitasi di sekitarnya.

"Mungkin ada gangguan kiri kanannya.

Bisa jadi ternyata di sebelahnya ada orang yang melakukan tindakan yang mengganggu.

Umpama, ada orang menggali di sini, kemudian gasnya bocor ke lubang yang digali itu.

Saya minta tim mengecek dan menyelidiki sekaligus melakukan penelitian," tegasnya.

Seperti diketahui, api abadi di Mrapen dikabarkan padam sejak 25 September lalu.

Ganjar pun segera meresponnya dengan meminta Dinas ESDM Jawa Tengah turun tangan.

Selain itu, Ganjar juga meminta para ahli untuk segera melakukan penelitian dan mengungkap penyebab padamnya api abadi Mrapen.

"Saya minta ahli-ahli Geolog ini untuk melakukan tindakan.

Tapi sekarang sedang kita cek, saya minta dilapori perkembangannya," tegasnya.

Ganjar pun berpendapat, padamnya api abadai Mrapen bisa disebabkan faktor alam yang menyebabkan kandungan gas di dalamnya habis.

4. Bisa Pulih?

Bisa Dipulihkan

Menurut Sinung, ada beberapa opsi untuk memulihkan sumber api abadi. Tapi memerlukan kajian teknis yang matang. Salah satunya dengan mencari sumber gas baru di dekat lokasi saat ini.

Terpisah, Pejabat sementara (Pjs) Bupati Grobogan, Haerudin, menambahkan akan ada upaya percepatan agar api abadi kembali menyala. Dia mengungkap perlu kajian mendalam terkait upaya tersebut.

"Tadi saya sudah ke sana meninjau lokasi. Yang paling logis yakni mencari sumber gas baru yang kemudian nanti disalurkan ke titik lokasi Api Abadi Mrapen. Tapi itu teknis banget, perlu kajian dan perhitungan yang matang," kata Haerudin.

Untuk diketahui, Api Abadi Mrapen ini kerap menjadi sumber api obor beberapa acara nasional dan internasional. Misalnya saja, pesta olahraga internasional Ganefo pada 1 November 1963, dengan jumlah peserta 2.700 atlet dari 51 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin.

Kemudian Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI 23 Agustus 1996. Setiap tahun, api abadi dari Mrapen ini juga digunakan untuk obor upacara Hari Raya Waisak bagi umat Buddha.

Lokasi api abadi Mrapen ini pun sudah menjadi destinasi wisata, namun selama pandemi virus COVID-19 objek wisata ini ditutup.

5. Kejadian 1996

Melansir Harian Kompas, 9 Mei 1996, sumber api alam Mrapen yang digunakan untuk menyalakan obor pesta olahraga Ganefo tahun 1963 dan Pekan Olahraga Nasional X/1989 pernah padam di tahun 1996.

Namun, sekitar 75 cm dari titik api sebelumnya, ditemukan sumber api baru yang menyala lebih besar.

Baik dari sumber api lama maupun yang baru, keduanya berada di lokasi obyek wisata api abadi Mrapen, yang ditutupi tumpukan batu.

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Temuan ESDM Jateng Soal Api Abadi Mrapen Mati Total hingga Potensi Muncul Kembali, https://jateng.tribunnews.com/2020/10/03/temuan-esdm-jateng-soalapi-abadi-mrapen-mati-total-hingga-potensi-muncul-kembali.

Editor: m nur huda

6. Kurang Perawatan

Pemilik lahan tempat sumber api alam Mrapen, Parminah Soepradi menuturkan, nyala api alam itu semakin mengecil sejak Februari 1996.

Kemudian, pada akhir Maret 1996, nyala api padam meskipun tetap mengeluarkan uap panas.

Api pun pernah meredup di tahun 2004. Saat itu, tidak diketahui apa sebabnya.Redupnya nyala api abadi ini seolah menggambarkan kondisinya yang kurang terawat.

Dikutip dari Harian Kompas, 22 Oktober 2004, salah seorang warga di sekitar api abadi Mrapen, Gunadi mengatakan, perbaikan dan perawatan obyek wisata hanya terjadi setiap ada acara.

Misalnya, saat akan dilakukan pengambilan api Pekan Olahraga Nasional (PON), dilakukan renovasi tahun 1996 silam.

"Setelah itu tidak pernah ada lagi perawatan, apalagi perbaikan," kata Gunadi saat itu.

Dengan semakin tidak terawatnya lokasi api abadi Mrapen, nyalanya pun semakin meredup dari tahun ke tahun.

"Ketika 15 tahun lalu, ketinggian nyala api dari permukaan tanah bisa mencapai 30-50 sentimeter, tetapi kini menyusut dan tinggal 15-20 sentimeter," kata juru kunci api abadi Mrapen, Muryo Prasetryo sebagaimana dikutip Harian Kompas, 24 Oktober 2011.

Bahkan, ketika hendak digunakan untuk acara besar seperti PON dan upacara agama Budha, api harus dipancing dengan kertas kemenyan, atau dupa, serta briket batubara agar nyalanya besar.

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Temuan ESDM Jateng Soal Api Abadi Mrapen Mati Total hingga Potensi Muncul Kembali, .

Editor: m nur huda

Berita Terkini