Terpisah, Direktur Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Sulsel, Endang Kurnia Saputra menyampaikan dari segi sektor keuangan, ada peningkatan transaksi untuk keuangan syariah di Sulawesi Selatan.
"Ini adalah usaha bersama dari perbankan syariah. Pasar syariah dari 5 menjadi 6 persen, satu persen kenaikan itu besar kalau dalam bentuk uang, bisa triliunan rupiah," katanya, belum lama ini.
Bagaimana cara BI mendorong Sulsel menjadi hub Ekonomi Syariah?
"BI adalah katalisator, pemerintah dan masyarakat mempunyai peran lebih besar. Persoalannya bagaimana ini menjadi industri, misalnya Coto bukan hanya makanan khas, tapi harus menjadi industri. Bumbu Coto bisa menjadi industri dan diekspor kemana-mana," katanya.
Menurutnya, makanan khas Sulsel harus mendapatkan nilai tambah sehingga membuat konsumsi dari lebih banyak.
"Jawa Barat sudah berhasil membuat Indofood yang diekspor kemana-mana, baik dalam maupun luar negeri. Sekarang ini, kita harus membuat basis dari Sulsel," katanya.
Selanjutnya, Tasikmalaya juga sudah berhasil membuat jilbab syar'i.
"Jilbab itu sudah diekspor kemana-mana, bahkan sampai di Brunei Darussalam. Saya berpikir banyak juga potensi di Sulsel yang bisa dijadikan sebagai ekonomi baru," katanya.
Khusus Bank Indonesia, bank sentral ini sudah melakukan pemberdayaan pesantren.
"Kami dorong pesantren membuat air minum sendiri yang bisa dikonsumsi pesantren lainnya. Sekarang ini, pesantren binaan kita bisa saling terhubung, dan bisa saling bertukar produk," katanya.
Menurutnya, Ekonomi Syariah ini harus dimulai dari Makassar. "Kita garap Makassar dengan sinergi dengan Pemda setempat," katanya. (*)