Uji coba fase ketiga akan melibatkan 40.000 sukarelawan dari kelompok usia dan risiko yang berbeda.
Melansir Reuters, vaksin Rusia diberi nama Sputnik-V sebagai tanda penghormatan satelit pertama di duna yang diluncurkan Uni Soviet.
Beberapa ahli di negara barat telah memperingatkan agar vaksin tidak digunakan hingga semua pengujian disetujui secara internasional.
Tapi, dengan hasil yang diterbitkan pertama kalinya ini dianggap menjawab kritik yang ada.
"Dengan (publikasi) ini kami menjawab semua pertanyaan Barat yang ditanyakan selama tiga minggu terakhir. Terus terang dengan tujuan yang jelas untuk menodai vaksin Rusia," kata Kirill Dmitriev, kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), dana kekayaan kedaulatan Rusia, yang telah mendukung vaksin tersebut.
Dmitriev mengatakan, setidaknya 3.000 orang telah direkrut untuk uji coba skala besar vaksin Sputnik-V yang diluncurkan.
Hasil awal dari uji coba berskala besar ini diharapkan pada Oktober atau November 2020.
Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengatakan, pihaknya akan memulai inokulasi massal pada November atau Desember, dengan fokus pada kelompok berisiko tinggi.
Sementara itu, Direktur Institut Gamaleya yang mengembangkan vaksin Alexander Gintsburg menyampaikan bahwa diperlukan waktu sembilan hingga 12 bulan untuk melakukan vaksinasi kepada masyarakat.
Seperti diketahui, pemerintah dari berbagai negara dan perusahaan farmasi besar berlomba untuk mengembangkan vaksin untuk mengakhiri pandemi Covid-19,penyakit yang telah menewaskan lebih dari 850.000 orang di seluruh dunia dan menginfeksi sekitar 26 juta orang.
Lebih dari setengah lusin perusahaan farmasi telah melakukan uji klinis lanjutan, masing-masing dengan puluhan ribu peserta, termasuk AstraZeneca Inggris dan pembuat obat AS Moderna dan Pfizer yang berharap mengetahui hasil vaksinnya aman digunakan pada akhir tahun ini.
The Lancet mengatakan, uji coba tahap awal menunjukkan vaksin Sputnik-V menghasilkan respons dalam komponen sistem kekebalan yang dikenal sebagai sel T.
Para ilmuwan telah meneliti peran yang dimainkan oleh sel T dalam memerangi infeksi virus corona, dengan temuan terbaru menunjukkan bahwa sel-sel ini dapat memberikan perlindungan jangka panjang dibandingkan antibodi.
Vaksin Sputnik-V diberikan dalam dua dosis, masing-masing berdasarkan pada vektor berbeda yang biasanya menyebabkan flu biasa: adenovirus manusia Ad5 dan Ad26.
Beberapa ahli menuturkan, penerapan mekanisme pengiriman ini dapat membuat vaksin Covid-19 menjadi kurang efektif, karena banyak orang telah terpapar adenovirus Ad5 dan mengembangkan kekebalan terhadapnya.
Rusia telah mengatakan akan memproduksi vaksinnya sebanyak 1,5 juta-2 juta dosis per bulan pada akhir tahun, dan secara bertahap meningkatkan produksi hingga 6 juta dosis per bulan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Uji Awal Vaksin Covid-19 Rusia Tunjukkan Respons Kekebalan Tubuh"