TRIBUNTIMURWIKI.COM - Beberapa hari ini, nama "Bu Tejo" ramai diperbincangkan.
Salah satu tokoh dalam film pendek berjudul "Tilik" ini pun viral di media sosial.
Kata kunci dan tagar " Bu Tejo" ramai diperbincangkan di media sosial. Salah satunya adalah di Twitter.
"Bu Tejo" menjadi perbincangan hangat di media sosial sebagai karakter dalam film "Tilik".
Beberapa kata kunci lain soal film "Tilik" ini juga menjadi trending, mulai dari tagar "Tilik" hingga karakter lain dalam film, yaitu "Dian", " Gotrek", "Fikri" dan " Bu lurah".
Tilik yang berarti menjenguk diproduksi Ravacana Films bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan DIY pada 2018 silam.
Film berdurasi 30 menit ini disutradarai Wahyu Agung Prasetyo sedangkan pembuat skenario Bagus Martono.
Tilik dapat ditonton di channel YouTube Ravacana Films mulai 17 Agustus 2020, bertepatan peringatan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Jalan cerita
Film Tilik mengisahkan obrolan serombongan wanita desa asal Bantul di dalam sebuah truk.
Mereka bermaksud menjenguk kepala desa yang sakit dan opname di sebuah rumah sakit di Jogja.
Dikutip dari Wikipedia, Bu Tejo sepanjang jalan tidak henti mengumbar gosip tentang Dian.
Dian adalah perempuan muda cantik pacar Fikri, putra Bu Lurah.
Dengan luwesnya, Bu Tejo membeberkan berbagai hal yang seolah dianggap fakta mengenai Dian.
Dia menyebut calon menantu Bu Lurah itu perempuan tidak beres dan bisa meresahkan warga.
Terutama keutuhan rumah tangga karena dicurigai sering menggoda para lelaki yang sudah berkeluarga.
Dasar yang dikemukakan oleh Bu Tejo ialah berita-berita di media sosial yang memuat tentang Dian.
Tidak semua yang disampaikan Bu Tejo itu diterima begitu saja.
Sebab ada yang mengingatkan yakni Yu Ning bahwa tidak elok menelan informasi mentah-mentah tanpa mengetahui keakuratan sumbernya.
Bu Tejo tetap tidak peduli, ia terus melancarkan gosip keburukan Dian.
Apalagi ada salah seorang yang menyokong.
Klimaksnya, terjadi perang mulut antara Bu Tejo dengan Yu Ning yang ternyata memang famili Dian.
Setelah rombongan sampai rumah sakit, kedatangan mereka disambut langsung oleh Dian dan Fikri.
Namun, Dian menyayangkan kedatangan para tetangganya sebab Bu Lurah masih berada di ruang ICU belum boleh dijenguk oleh siapa pun.
Mendengar informasi ini, Bu Tejo langsung mencibir Yu Ning yang menjadi inisiator tilik tapi belum berbekal informasi akurat tentang kondisi Bu Lurah.
Di akhir cerita, rombongan ibu-ibu pulang lantaran tidak jadi menjenguk Bu Lurah.
Digambarkan Dian memasuki mobil sedan yang di dalamnya telah duduk seorang lelaki paruh baya yang dipanggilnya "Mas".
Kepada lelaki itu, Dian mengungkapkan kegalauannya, kekhawatirannya, dan pertanyaannya bila mana ayah Fikri akan menikah dengannya.
Ide Cerita film Tilik
Produser film "Tilik", Elena Rosmeisara mengungkapkan, produksi film ini bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan DIY.
"Jadi, Disbud DIY ada program Danais (Dana Keistimewaan) untuk perfilman Jogja dan kami submit," kata Elen saat dihubungi Kompas.com, Rabu (19/8/2020) sore.
"Program ini memang konsisten ada. Jadi, kami submit naskah, proposal dari naskah Tilik, kemudian melalui pitching, dan lolos. Lalu, kami produksi," sambungnya.
Adapun ide cerita bermula dari penulis cerita Bagus Sumartono.
Dia melihat fenomena tilik di rumah sakit di Yogyakarta di tahun 2016 silam.
"Jadi, di sana dia melihat ada truk yang membawa orang banyak untuk menjenguk orang sakit di rumah sakit itu. Dia merasa fenomena itu unik dan sangat seksi untuk diangkat ke medium film," tuturnya.
Namun, sampai kepadanya, menurut Elen, ide ini terlalu mahal untuk direalisasikan pada 2016.
"Akhirnya, 2 tahun berlalu, di 2018, ada Danais ini dan kami merasa siap.
Kami submit, dibuat naskahnya, kita observasi ke desa di Jogja dimana fenomena itu ada dan jadilah film Tilik," jelas Elen.
Proses produksi
Film "Tilik" akhirnya diproduksi tahun 2018 dan harus melewati proses yang cukup panjang.
"Proses pra-nya saja untuk akhirnya menjadi naskah utuh membutuhkan waktu.
Karena bekerja sama dengan Disbud DIY, ada supervisi untuk menjaga naskah tidak keluar dari koridor kebudayaan," ungkapnya.
Menurut Elen, proses supervisi naskah ini membutuhkan waktu sekirar 2-4 bulan. Kemudian syuting 4 hari, dan proses editing sekitar 2-3 bulan.
"Jadi, kalau ditotal, ada sekitar 8-9 bulan untuk akhirnya film jadi, dari proses submit naskah dan proposal ke Disbud hingga film akhirnya jadi," jelasnya.
Elen mengatakan, film "Tilik" menjadi ajang belajar bagi pembuat film.
"Di film Tilik ini, dengan alat yang proper saat itu, dengan kru yang profesional.
Semua orang profesional. Semua benar-benar bekerja sesuai tugas masing-masing.
Jadi, kesulitannya lebih ke bagaimana penyesuaian kami menemukan produksi yang tepat," sambungnya.
Selain itu, Elen menyebut syuting yang tidak menetap di satu tempat sempat menimbulkan kesulitan pada koordinasi.
"Pertama kalinya kami melakukan syuting travelling, tidak ada yang menetap.
Tapi, dengan penyesuaian di hari pertama, hari-hari selanjutnya pun berjalan lancar," ujarnya.
"Semua kru juga memberi insight karena beberapa sudah ada yang lebih dulu berkecimpung di dunia film," jelasnya.
Karakter Bu Tejo dan improvisasi pemain
Elen mengungkapkan, karakter Bu Tejo memang sengaja dibuat kuat, serta menjadi salah satu sentra dalam cerita.
"Memang kami merasa Bu Tejo harus menjadi inisiator, menjadi komandan di kelompok ibu-ibu.
Memang dibuat sekuat itu, senyinyir itu," jelasnya.
Menurut dia, karakter "Bu Tejo" ini diciptakan sebagai refleksi dari masyarakat Indonesia saat ini.
Untuk pemilihan pemain atau talent dalam film ini, juga melalui proses casting.
Namun, Elen mengaku bahwa ada beberapa orang yang sudah disasar dengan kualitas dan karakter aktingnya.
Salah satunya adalah pemain "Bu Tejo" ini, yaitu Siti Fauziah.
"Pemeran Bu Tejo ini termasuk orang yang sudah kita gadang-gadang dari awal pembacaan naskah hingga akhirnya turut bermain di Tilik," kata dia.
Adapun dalam proses syuting ini, para pemain diarahkan untuk tidak menghapalkan naskah, tetapi memahami intinya dan diaplikasikan pada diri sendiri
"Kebetulan, kami melihat talent-talent, sudah ada karakternya di diri mereka masing-masing.
Jadi, tidak begitu suli tuntuk men-direct mereka, karena improvisasinya pun tetap on point," jelas Elen.
Animo masyarakat
Menanggapi ramainya respons dari masyarakat terhadap film "Tilik" dan karakter "Bu Tejo" yang diperankan Siti Fauziah Saekhoni, Elen mengatakan, tidak ada ekspektasi bahwa film ini akan menjangkau audiens seluas dan seramai itu.
"Karena kami memang hanya melakukan publikasi sederhana, upload di media sosial kita, minta tolong teman-teman yang banyak pengikutnya, tetapi juga tidak sebanyak itu," ungkapnya.
"Yang kami percaya, ternyata membuat fillm dengan hati ikhlas, dengan usaha yang sangat keras, lalu disertai dengan publikasi yang kami usahakan, ternyata bisa sejauh itu," sambung Elen.
"Tilik" sendiri merupakan pemenang untuk Kategori Film Pendek Terpilih pada Piala Maya 2018.
Selain itu, juga menjadi Official Selection Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2018 dan Oficial Selection World Cinema Amsterdam 2019.
Pemeran
Siti Fauziah sebagai Bu Tejo
Brilliana Desy sebagai Yu Ning
Angeline Rizky sebagai Bu Tri
Dyah Mulani sebagai Yu Sam
Lully Syahkisrani sebagai Dian
Hardiansyah Yoga Pramata sebagai Fikri
Tri Sudarsono sebagai Minto ayah Fikri
Gotrek sebagai Gotrek
Ratna Indriastuti sebagai Yati
Stephanus Wahyu Gumilar sebagai Polisi
Penghargaan
Beberapa penghargaan diraih film Tilik yaitu Piala Maya 2018 sebagai Film Pendek Terpilih, Official Selection Jogja-Netpac Asian Film Festival 2018, dan Official Selection World Cinema Amsterdam 2019. (*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Viral "Bu Tejo" Film Pendek Tilik, Kisah Tentang Tradisi Menjenguk Orang Sakit di Yogyakarta