TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Peneliti muda dan Dosen Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin (Unhas) Yusnita Rifai PhD Apt mengungkapkan bahwa dalam membuat vaksin membutuhkan biaya ratusan miliar rupiah.
Hal tersebut disampaikan dalam Ngovi (Ngobrol Virtual) Tribun Timur seri keempat dengan tema Mitos Obat Covid-19, Rabu (10/6/2020) malam.
Dia menjelaskan bahwa dalam membuat suatu vaksin terdapat banyak proses yang harus dilewati.
Pandemi sendiri, menurutnya mempunyai waktu tertentu hadir di muka bumi.
"Jadi pandemi itu biasanya mempunyai waktu tertentu hadir di muka bumi, ada yang berubah menjadi endemi ada yang berubah jadi pedemi, tapi ada juga yang hilang," katanya.
Sehingga, kecepatan adalah hal utama yang paling diburu oleh para pembuat vaksin.
"Kecepatan itu yang diburu oleh para pembuat vaksin, khawatirnya pada saat vaksin dirilis, virusnya sudah hilang. Jadi vaksinnya sudah diproduksi dan menghabiskan uang ratusan miliar misalnya tapi kemudian virusnya hilang," ungkapnya.
Yang membuat mahal, kata dia, karena berbagai uji coba harus dilalui.
"Kemudian melibatkan banyak sekali apakah itu hewan coba maupun orang sebagai untuk volunteer untuk dicobakan," katanya.
Lebih lanjut, Ketua Tim Satgas Covid-19 Fakultas Farmasi Unhas itu menjelaskan bahwa butuh waktu setahun untuk membuat vaksin.
"Vaksin itu kita mengharapkan Februari 2021 jadi. Memang tidak akan pernah bisa kurang dari 12 bulan karena proses yang tadi yang panjang mulai dari karakterisasi sampai dengan uji-uji fase klinik membutuhkan waktu yang lama," jelasnya.