TRIBUNTIMURWIKI.COM - George Floyd merupakan pria keturunan Afrika-Amerika yang meninggal pada 25 Mei 2020 lalu diduga karena kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian.
Kejadian kematian George Floyd terekam dalam sebuah video viral yang dirinya merintih tak bisa bernapas karena lehernya diinjak seorang polisi.
Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, nama George Floyd pun langsung menjadi pusat perhatian masyarakat dunia.
Floyd sendiri dikenal sebagai sosok yang penyayang, baik hati, dan peduli terhadap sesama.
Sementara Chauvin, polisi yang membunuh Floyd, memilik rekam jejak yang buruk.
Kerusuhan pun pecah setelah video Floyd menyebar di internet.
Hampir seluruh daerah di Amerika Serikat terjadi kerusuhan.
Mengutip dari berbagai sumber, berikut 5 fakta mengenai kasus George Floyd:
1. Kronologi
George Floyd tewas setelah mengalami kekerasan.
Kepalanya diinjak oleh seorang petugas kepolisian Minneapolis, Amerika Serikat.
Aksi itu dilakukan saat empat polisi hendak menangkap Floyd.
Saat itu pihak kepolisian hendak menangkapnya lantaran mendapat laporan ia diduga terlibat kasus pemalsuan uang.
Namun, ada juga yang menyebut jika Floyd menggunakan kupon kadaluarsa.
Terlihat jelas jika Floyd menurut dan mengikuti perintah dari polisi tanpa melawan.
Hingga polisi bernama Chauvin melakukan hal tak terduga.
Floyd tewas setelah lehernya diinjak lutut oleh Chauvin selama tujuh menit.
Ia sempat memohon-mohon agar polisi memberinya kesempatan untuk bernapas.
Namun rintihan Floyd tersebut tidak digubris.
Bahkan hingga ambulans tiba, polisi masih menindih lehernya.
Warga yang ada di sekitarnya meminta polisi untuk melonggarkan tindakannya, namun tidak dihiraukan.
Bahkan petugas menghalangi warga yang hendak mendekat untuk membantu Floyd.
Kejadian tersebut terekam oleh warga dan menjadi viral di media sosial.
2. Para Pelaku Ditindak
Dikutip dari Tribunnews.com, Jumat (29/5/2020), juru bicara kepolisian Minneapolis, Garret Parten mengatakan, empat polisi tersebut telah dibebastugaskan.
Sementara itu, Wali Kota Minnepolis, Jacob Frey mengatakan, mendukung penuh keputusan Kepala Kepolisian Menneapolis, Medaria Arradondo.
"Itu keputusan yang tepat untuk kota kita. Keputusan yang tepat untuk komunitas kita, itu adalah keputusan yang tepat untuk Kepolisian Minneapolis," kata Frey.
Ia juga menyebut, teknik yang digunakan oleh polisi bertentangan dengan peraturan yang ada.
"Teknik yang digunakan tidak diizinkan. Ini bukan teknik yang dilatih petugas kami," katanya.
Pengacara hak-hak sipil Benjamin Crump, mengatakan dia telah mewakili keluarga George Floyd dan akan memperjuangkan proses keadilan.
3. Aksi Protes Hampir di Seluruh Amerika Serikat
Walhasil, aksi demonstrasi pun terjadi di mana-mana.
Dalam pidatonya, Bernice King, putri bungsu Martin Luther King Jr, memohon orang-orang pulang setelah lebih dari 1.000 demonstran memblokade lalu lintas dan jalan raya antarnegara bagian.
"Satu-satunya cara kita mendapatkan yang kita inginkan adalah tanpa kekerasan," kata Bernice King di kota kelahiran ayahnya.
"Mari kita lakukan ini tanpa kekerasan untuk menghadapi kejahatan zaman kita."
Demonstrasi Atlanta berubah jadi kekacauan. Kantor media CNN dirusak massa dan satu mobil polisi dibakar.
Polisi coba membubarkan massa, tetapi para demonstran terus melemparkan botol ke petugas.
Lalu, ratusan pengunjuk rasa melanggar jam malam virus corona pukul 20.00 untuk berkumpul di jalan-jalan sekitar kantor polisi yang dibakar malam sebelumnya.
"Kami butuh kedamaian," ujar Paul Selman (25), demonstran yang baru lulus dengan gelar master di Minnesota.
"Orangtua dan kakek nenek kami lelah melihat anak-anak mereka mati setiap saat, jadi kami harus menanggapinya untuk membuat masa depan lebih baik."
Ratusan demonstran yang bergabung dengan gerakan "March Against Police Brutality" di luar Kantor Keselamatan Publik Detroit.
Banyak yang meneriakkan, "Tanpa keadlilan, tidak ada perdamaian." Beberapa membawa poster bertuliskan, "Akhiri kebrutalan polisi", dan "Aku tidak akan berhenti berteriak sampai semua orang bisa bernapas."
Di Denver, terjadi demonstrasi hari kedua, dengan ratusan orang berbaris menuju pusat kota menuntut keadilan bagi Floyd.
Pada Kamis malam, polisi Denver menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa. Ada 13 penangkapan terkait aksi tersebut.
Ratusan orang juga berkumpul pada Jumat dalam sebuah protes yang digelar oleh kelompok Black Lives Matter di Balai Kota Houston.
Kerumunan lalu meluas ke Insterstate 45 dekat pusat kota. Massa meneriakkan, "Aku tidak bisa bernapas", dan "Tanpa keadilan, tidak ada perdamaian."
Setelah semalam suntuk terjadi kericuhan dan setidaknya tujuh orang ditembak, polisi di kota Kentucky bersiap menghadapi lebih banyak demonstran.
Massa akan memprotes kematian Floyd dan beberapa orang lainnya, seperti Breonna Taylor yang ditembak polisi di rumahnya di Louisville pada Maret.
Sementara itu, dilansir dari CBS News, kerumunan besar turun di sepanjang jalan di New York City pada Jumat (29/5/2020). Kerumunan massa itu ikut memprotes kematian George Floyd.
Beberapa pengunjuk rasa ditangkap di Foley Square dan di jembatan Brooklyn karena menghalangi lalu lintas dan perilaku mereka yang tidak bisa diatur.
Wali Kota New York City Bill de Blasio mengirim pesan kepada para pengunjuk rasa, memohon agar mereka memprotes secara damai, serta berhati-hati dengan Covid-19 dan tetap melakukan social distancing, juga menjaga kebersihan.
Dia juga mendesak mereka untuk menghormati polisi dan mengarahkan kemarahan kepada para pemimpin, bukan pada polisi yang melakukan pekerjaannya.
Adapun para demonstran dengan isu yang sama menutup jalan raya di San Jose selama lebih dari satu jam.
Para demonstran yang terdiri dari para aktivis di San Jose melakukan protes atas kematian George Floyd. Mereka menutup jalan raya San Jose 101 di dua arah lebih dari satu jam pada Jumat (19/5/2020).
Sekitar 100 pengunjuk rasa memblokade semua ruas jalan di jalan raya dekat akses bebas masuk Santa Clara Street sekitar pukul 15.00.
Beberapa kendaraan tampak berputar menghindari kerumunan itu. Lalu lintas pun dihentikan dan menyebabkan banyak kemacetan di daerah tersebut.
4. Sosok George Floyd
Floyd dikenal sebagai sosok yang penyayang dan baik di mata teman dan keluarganya.
Ia bekerja di sebuah restoran dan punya reputasi sebagai orang yang selalu membantu siapapun yang kesulitan.
"Mengetahui kakakku adalah untuk mencintai saudaraku," kata Philonise Floyd, adik laki-lakinya, seperti dikutip dari Tribunnews.com, Jumat (29/5/2020).
"Dia 'raksasa lembut', dia tidak menyakiti siapa pun," ujarnya.
Floyd yang merupakan penduduk asli Houston, tumbuh dan besar di sana dan lulus dari Sekolah Menengah Jack Yates tempat ia bermain sepakbola.
Dia pindah ke Minnesota untuk bekerja dan mengendarai truk, menurut teman dan mantan pemain NBA, Stephen Jackson.
"Dia tahu dia harus pindah untuk menjadi yang terbaik," tulis Jackson di Instagram.
"Perbedaan antara saya dan kawan adalah saya memiliki lebih banyak peluang daripada dia," tulis Jackson, yang memenangkan kejuaraan bersama San Antonio Spurs pada 2003 silam.
Floyd bekerja di divisi keamanan di Conga Latin Bistro Minneapolis selama lima tahun.
"Dia dicintai oleh semua karyawan dan pelanggan saya," kata Jovanni Thunstrom, bos Floyd.
"Saya melihat video itu dan mengatakan itu bukan Floyd, tetapi kemudian terkejut. Itu Floyd. Dan saat itulah saya tersadar, itu sangat memukul saya," kata Thunstrom.
Dia bercerita bahwa Floyd sering membantunya membersihkan bar setelah tutup.
Di matanya, Floyd adalah sosok yang mencintai orang-orang 'terbuang' yang sedang dalam keadaan terpuruk.
"Kami berdoa setiap kali makan, kami berdoa jika kami mengalami kesulitan, kami berdoa jika kami bersenang-senang," kenang Thunstrom.
5. Rekam Jejak Chauvin
Dikutip dari Kompas.com pada 30 Mei 2020, Chauvin terlibat dalam kasus kematian dan penembakan sebelumnya.
Pada 2006 menangani kasus penikaman, menurut laporan kelompok aktivis Minnesota Communities United Against Police Brutality tahun 2016.
Pria bernama Wayne Reyes yang dicurigai menikam pacar dan seorang temannya.
Enam polisi mencegatnya lalu menembaknya dan Wayne tewas seketika.
Kala itu, para polisi beralasan karena Wayne mengarahkan senapan ke arah mereka.
Dua hari kemudian, Chauvin mendatangi panggilan 911 di daerah Phillips, Minneapolis, seperti yang diberitakan Pioneer Press.
Chauvin dan seorang rekannya memasuki rumah pelapor dan berhadapan dengan Ira Latrell Toles yang dilaporkan kekasihnya.
Toles coba melarikan diri, tapi dilumpuhkan oleh Chauvin dan rekannya.
Dalam laporan, Toles disebut merebut salah satu senjata petugas.
Karena alasan itu, Chauvin kemudian menembaknya di dada.
Pada tahun 2008, Departemen Kepolisian memberi Chauvin medali atas keberaniannya menanggapi insiden dengan pria bersenjata, seperti yang dikutip Pioneer Press, dilansir Insider.
Sementara di tahun 2011, lagi-lagi Chauvin kembali terlibat dalam kasus penembakan polisi.
Dirinya termasuk di antara lima polisi yang menanggapi laporan penembakan.
Leroy Martinez, korban, berlari dari lokasi kejadian dan para polisi mengejarnya.
Polisi mengatakan, Martinez menodongkan pistol saat ia melarikan diri.
Salah satu polisi, Terry Nutter kemudian menembak Martinez.
Padahal menurut Star Tribune, seorang saksi mata membantah klaim polisi bahwa Martinez menodongkan senjata.
Hampir dua dekade di Kepolisian Minneapolis, Chauvin telah menjadi subyek dari beberapa keluhan internal, menurut database Communities United Against Police Brutality (CUAPBP).
Terdapat tiga ulasan terpisah dari Otoritas Tinjauan Sipil.
Chauvin Disebut-sebut menggunakan "nada merendahkan", "bahasa yang merendahkan", dan "bahasa-bahasa tak pantas lain".
Selain itu ada juga ulasan "Ditutup - Tidak disiplin".(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnewsmaker.com dengan judul "https://newsmaker.tribunnews.com/2020/05/31/5-fakta-kasus-george-floyd-sosok-korban-rekam-jejak-derek-chauvin-rusuh-hampir-ke-seluruh-as,".
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur
(*)