TRIBUN-TIMUR.COM - Bagi Anda yag khawatir dengan makanan dijual pedagang, begini cara tes boraks di makanan dan efeknya bagi manusia!
Terutama penganan yang dijajakan secara umum pada bulan Ramadhan seperti sekarang ini. Ada baiknya hati-hati.
Dikutip dari artikel Kompas.com, Boraks memiliki nama lain natrium tetraborat dan sodium tetraborat.
• Besok Sriwijaya Air Layani Penerbangan Domestik, Berlakukan Persyaratan Khusus untuk Calon Penumpang
• Jadi Pj Wali Kota Makassar, Siapa Prof Yusran Yusuf? Profil, Eks Dekan di Unhas dan Kepala Bappeda
Dilansir Hello Sehat, boraks umumnya berupa bubuk putih yang terdiri dari kristal-kristal tak berwarna dan mudah larut di air.
Boraks mengandung senyawa boron yang diperoleh secara alami dari hasil proses kristalisasi penguapan tambang garam atau kawah lumpur.
Selain terbentuk secara alami, zat kimia ini juga dapat diproduksi secara buatan dari berbagai kumpulan senyawa boron.
Boraks umumnya digunakan sebagai pengawet di dunia industri.
Zat pengawet ini kerap digunakan untuk membuat campuran detergen, glasir enamel gigi buatan, plastik, antiseptik, pembasmi serangga, salep kulit, dan pengawet kayu.
Selain itu, boraks juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet untuk produk pelembab, krim, sampo, gel, losion, sabun mandi, scrub, dan garam mandi.
Penggunaan Boraks pada Makanan
Sebelum kasus daging babi diubah supaya mirip Daging Sapi dengan boraks, kita kerap mendengar zat pengawet ini digunakan dalam makanan tertentu seperti bakso, mie, jajanan pasar, dan lain sebagainya.
Padahal, pemakaian boraks dalam makanan sudah dilarang dalam undang-undang banyak negara.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) pun melarang penggunaan boraks pada makanan.
Ketika boraks digunakan dengan dosis berlebihan, maka kesehatan tubuh yang jadi taruhan.
Terlebih zat pengawet ini ditujukan untuk dunia industri, bukan makanan.