TRIBUN-TIMUR.COM - Cerita ABK asal Makassar diperbudak di kapal China: makan umpan ikan, buang jenazah temannya ke laut.
Praktik perbudakan ABK Indonesia di kapal penangkap ikan berbendera China terus menjadi sorotan.
Di antara ABK yang diperbudak itu, ada dari Sulawesi.
Lima orang Anak Buah Kapal (ABK) Indonesia yang bekerja di kapal China Long Xing 629 bercerita kepada BBC News Indonesia mengenai pengalaman mereka bekerja di kapal itu selama sekitar 14 bulan.
Mereka dan sembilan ABK lainnya, yang kini ada di Busan, Korea Selatan, dijadwalkan untuk kembali ke Indonesia Jumat (8/5/2020).
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sebelumnya mengumumkan empat dari ABK yang bekerja di kapal itu meninggal dunia.
Tiga dikuburkan di laut (dilarung), sementara satu orang meninggal dunia di satu fasilitas kesehatan di Busan.
Pemerintah Indonesia meminta pemerintah China menyelidiki kasus ini dan meminta perusahaan kapal itu bertanggung jawab.
BBC News Indonesia telah menghubungi pihak Kedutaan Besar China di Jakarta untuk menanyakan perihal ini, tapi belum mendapatkan jawaban.
Kasus ini juga tengah diselidiki aparat keamanan di Korea Selatan.
Inilah kisah yang dituturkan lima ABK dari Busan.
'Tidur hanya tiga jam'
Salah satu ABK Indonesia itu, BR, mengatakan ia tidak mampu bekerja di atas kapal ikan berbendera China itu, karena jam kerjanya yang di luar batas.
"Bekerja terus, buat makan (hanya dapat waktu) sekitar 10 menit dan 15 menit. Kami bekerja mulai jam 11 siang sampai jam 4 dan 5 pagi," ujarnya dalam wawancara melalui video online, Kamis (7/5/2020).
"Setiap hari begitu."