Update Corona Mamuju

Kisah Warga Miskin Mamuju Bertahan Hidup di Tengah Pandemi Covid-19

Penulis: Nurhadi
Editor: Suryana Anas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rahman (50) dan istrinya duduk di rungan tengah rumahnya saat ditemui wartawan.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAMUJU -- Makan seadanya, begitulah yang dirasakan Rahman (50) dan keluarganya di tengah masa-masa sulit dampak pandemi Covid-19 yang merebak hingga ke Sulawesi Barat sejak akhir Maret 2020.

Rahman merupakan kepala keluarga di Dusun Girimulya, Desa Bunde, Kecamatan Sampaga, Mamuju.

Ia dan keluarganya hidup disebuh rumah warisan orang tuanya yang hampir tak layak huni.

Dinding, lantai dan atapnya sudah bolong karena lapuk dimakan usia. Disitulah Rahman berteduh dari derasnya hujan dan panasnya matahari.

Selama pandemi Covid-19, Rahman mengaku sumber penghasilannya sebagai buruh harian sudah tidak berjalan.

Akibatnya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari bersama anak istrinya pun sulit.

"Selama ada ini corona pak, benar-benar kami warga miskin ini susah pak, penghasilan tidak ada lagi karena tidak ada pekerjaan buruh,"kata Rahman kepada Tribun ditemui dirumahnya, Rabu (6/5/2020).

Bapak satu anak ini pun mengaku, kebutuhan ekonomi yang serba kesulitan memaksa dirinya lebih banyak bersabar dan mengharapkan uluran tangan dari para dermawan.

"Untuk masih ada tetangga bisa berbagi bahan pokok,"ucacpnya.

Belum lama ini, keluarga Rahman mendapat bantuan sembako dari kepolisian setempat.

Dia mengaku bantuan itu membuatnya sedikit lega untuk bertahan hidup bersama istri dan anaknya yang masih belia.

"Kami sudah didata oleh pemerintah desa, katanya akan ada bantuan tapi sampai sekarang belum ada kejelasannya,"katanya.

Pria bertubuh kurus itu juga mengaku, untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya selama pandemi ini, ia kerap pergi mancing ikan untuk bisa menutupi kebutuhan lauk pauk di rumah.

"Ya kadang-kadang dapat ikan kadang tidak, saya lakukan ini biar kami juga bisa makan ikan. Mau beli ikan dapat uang dari mana juga, kan mahal ikannya,"cerita Rahman.

Rahman juga mengaku tak mampu berbuat banyak, sebab dia juga menderita cacat akibat penyakit yang dideritanya.

Meski begitu, dia mengaku tetap bersyukur karena masih diberikan umum yang panjang oleh tuhan yang maha kuasa, masih bisa bertahan hidup di rumah kecil warisan orang tuanya.

"Ya mau apalagi pak, kita bersyukur saja apa yang ada dan masih diberikan umur panjang,"tuturnya.

Kata dia, sebelum pandemi Covid-19, biasanya ia mendapat penghasilan Rp 50-100 ribu per hari.

"Jujur aja pak, saya cuman biasa dipanggil tetangga menyemprot lahan mereka, kemudian dikasih upah Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu per hari. Sekarang tidak ada lagi memanggil untuk menyemprot, mungkin karena corona," ungkap Rahman.

Kepala Desa Bunde, Bondan yang dikonfirmasi terkait kondisi warganya mengatakan, benar warga banya yang terdampak Covid-19 dari sisi sosial ekonomi.

Saat ini, kata Bondan, bantuan pemerintah yang ada hanya PKH saja. Dengan kondisi ini, pihaknya sementara melakukan pendataan untuk penerima dana BLT bagi warga yang layak seperti keluarga Rahman.

"Memang warga kami banyak yang tergolong prasejahtera, memang kita akui bahwa saat ini sangat terdampak akibat wabah virus ini. Saat ini, kami melakukan pendataan sebagai penerima BLT. Kalau sudah menerima bantuan PKH tidak bisa menerima lagi dana BLT,"pungkasnya.(tribun-timur.com)

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur: 

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

(*)

Berita Terkini