Opini Aswar Hasan

Menggapai Target Ramadhan

Editor: Jumadi Mappanganro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin Dr Aswar Hasan.

Oleh Aswar Hasan
Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin

Ibadah Ramadhan dalam suasana menghadapi wabah Crona tidak boleh mengendurkan semangat.

Apalagi mengecohkan kita hingga lalai untuk fokus mencapai target ibadah selama Ramadhan.

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (QS al-Baqarah/2:183).

Menyimak firman Allah tersebut sudah jelas bahwa target ibadah Ramadhan terutama ibadah shaum (puasa) dan ibadah lainnya, tarawih atau shalat malam di rumah dan rangkaian ibadah lainnya, berupa tadarrus Al Qur’an hingga tamat, sedekah dan ibadah ( amalan) sosial lainnya adalah dalam rangka menggapai taqwa.

Pertanyaannya, apakah dan siapakah orang bertaqwa itu dan apa saja ciri-cirinya?

Bolehkah Salat Tarawih Lewat Video Live Streaming, Apakah Sah? Simak Penjelasan

Al Qur'an surah Al Imran ayat 133 dan 134 menjelaskan: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Ciri orang Taqwa itu, setidaknya memiliki tiga ciri menonjol.

Pertama, senantiasa menafkahkan hartanya, baik ketika lapang maupun sempit. Kedua, mampu menahan amarah. Ketiga, mudah memaafkan kesalahan orang lain.

Profesor. Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam tafsirnya Al – Munir menjelaskan bahwa di antara sifat penduduk surga adalah orang- yang bersedekah baik ketika lapang atau pun sempit dan itu merupakan bukti ketaqwaan.

Terkait ciri kedua, Prof Wahbah menjelaskan bahwa orang-orang yang menahan amarahnya adalah apabila emosinya terbakar maka ia menahannya dan tidak melampiaskannya meski pun ia mampu untuk melampiaskannya.

Bukan karena memang ia lemah dan tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk melampiaskannya.

Rasulullah bersabda: “Orang yang kuat bukanlah karena kekuatan fisiknya, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dan mengontrol dirinya tatkalah marah (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, RA).

Tafsir ciri ketiga yaitu orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain yang telah berbuat tidak baik kepada mereka padahal mereka mampu membalasnya.

Update Corona Makassar: Positif Bertambah 6 Orang dan Tak Ada Tambahan Pasien Meninggal

“Dan apabila mereka marah mereka memberi maaf ( asy Syuuraa:37).

Al- Hakim dan Thabrani meriwayatkan dari Ubai bin Ka'ab bahwa Rasulullah bersabda: “barangsiapa yang ingin istananya ditinggikan dan derajatnya ditinggikan maka hendaklah ia memaafkan orang yang menzaliminya, memberi kepada kepada orang yang tidak mau memberinya dan menyambung hubungan dengan orang yang memutuskannya”.

Imam Baihaqi meriwayatkan bahwa suatu ketika, sahaya Ali bin Abi Thalib mengucurkan air wudhu tetapi bejana wudhu itu jatuh menimpa Ali hingga terasa sakit.

Lalu Ali mengangkat kepalanya, si sahaya pun berkata:”Sesungguhnya Allah berfirman” wal kaazhimiinal ghaizhah (dan orang -orang yang menahan amarah).

Lalu Ali berkata: “Saya telah menahan amarahku”.

Perempuan itu pun membaca firman selanjutnya: “ dan orang- orang yang memaafkan kesalahan orang lain”.

Ali pun berkata saya telah memaafkanmu. Lalu sahaya itu pun membaca: “ dan Allah SWT mencintai orang-orang Muhsin (berbuat baik).

Ali pun akhirnya berkata kepada sahayanya itu; “ pergilah, kamu telah saya merdekakan hanya karena Allah SWT semata.

Mulia karena Taqwa
Demikianlah mulianya nilai ketaqwaan yang menjadi target pada bulan suci Ramadhan.

Untuk mencapai nilai ketaqwaan itu, mensyaratkan melaksanakan ibadah Ramadhan dengan penuh kesungguhan secara ikhlas atau jihad yang dilakukan dalam dua babak.

ebagaimana dijelaskan Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitabnya; Lataiful Ma’arif yaitu jihad pada siang hari menahan dari yang membatalkan puasa serta mengamalkan ibadah sosial (sadakah, baca Qur’an dan Mengalkannya,) dan jihad di malam hari dengan menegakkan shalat tarawih dan atau shalat malam.

Barangsiapa mengamalkannya dengan jihad dan kesabaran, maka kelak di hari kiamat dia akan mendapatkan ganjaran tanpa hisab.

Betapa beruntungnya orang yang mau lebih fokus mengejar target Ramadhan, sehingga predikat taqwa dapat diraihnya.

Betapa tidak, karena derajat ketinggian kemuliaan ada pada orang yang bertaqwa: “Yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang taqwa.” (QS al-Hujurat/49:13).

Ini Penegasan Allah SWT bahwa jika ingin jadi mulia, jadilah manusia bertaqwa.

Manusia normal dan sehat akal tentulah ingin mulia. Tapi, apakah setiap manusia bersungguh-sungguh mengejar ketaqwaan? Di situlah masalahnya.

Rasulullullah, SAW telah mengajari kita sebuah doa, agar kita menjadi orang yang taqwa:“Allahumma inni as-aluka al-huda, wat-tuqa, wal-‘afafa, wal-ghina.” (Ya, Allah aku memohon kepada-Mu, berilah aku petunjuk, ketaqwaan, kesucian dan kemuliaan diri, serta perasaan cukup). (HR Muslim).

Semoga doa ini senantiasa menjadi selimut keselamatan dalam mendapat target Ramadhan kita.

Wallahu A'lam Bishawwabe. (*)

Berita Terkini