TRIBUNLUTRA.COM, MALANGKE BARAT - Desa Pombakka merupakan sebuah desa pesisir dan terpencil di Kecamatan Malangke Barat, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Desa yang dihuni sekitar 1.900 jiwa berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Luwu.
Akses menuju Desa Pombakka dari desa tetangga yang berada di Malangke Barat terbilang sulit.
Hanya bisa ditempuh dengan menggunakan perahu dari Desa Waelawi.
Jika ingin melalui jalur darat, kita harus memutar sekitar 100 kilometer ke Desa Bulu Londong, Kecamatan Lamasi, Kabupaten Luwu.
Sebuah jembatan kayu menjadi tanda perbatasan antara Desa Pombakka dengan Bulo Londong.
Hanya saja, konstruksi jembatan yang juga menjadi pintu masuk Desa Pombakka kini mulai miring dan hampir ambruk.
Warga Desa Pombakka, Wardi, berharap Pemprov Sulsel dibawa kepemimpinan Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman Sulaiman memperhatikan jembatan menuju kampung mereka.
Pasalnya jembatan yang menghubungkan dua kabupaten merupakan kewenangan provinsi.
"Kasihani kami pak Gub, kalau jembatan benar-benar roboh kami akan kembali pakai rakit," kata Wardi, saat dihubungi, Jumat (24/4/2020).
Mereka berharap jembatan kayu sekarang dapat diganti pakai jembatan besiagar bisa bertahan lama.
Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Luwu Utara, Mahful, mengakui konstruksi jembatan sudah sangat memprihatinkan.
" Betul kondisinya demikian, jembatan ini merupakan jembatan yang juga menghubungkan dua kabupaten. Olehnya itu Pemkab Luwu Utara melalui Dinas PUPR terus melakukan upaya koordinasi, sebab jembatan ini merupakan kewenangan pemprov," ujar Mahful.
Mahful menyebutkan, jembatan itu merupakan kewenangan provinsi karena berada di perbatasan Luwu Utara dengan Luwu.
Tepatnya menghubungkan antara Desa Pombakka (Luwu Utara) dengan Desa Bulu Londong, Kecamatan Lamasi Timur, Luwu.
Dia menambahkan, desain jembatan telah dibuat sejak tahun lalu dan pembangunan fisiknya di target tahun ini.
"Kita berharap bahwa pekerjaannya betul dilaksanakan tahun ini. Semoga anggaran fisiknya tidak terkena realokasi untuk penanganan Covid-19, mengingat urgensitasnya jembatan ini bagi masyarakat," harapnya.
Sebelumnya diberitakan, konstruksi jembatan di desa perbatasan tersebut sudah miring dan hanya dibantu tali pengikat.
Dengan kondisi itu, jembatan sepanjang 56 meter dan lebar tiga meter rawan ambruk maupun hanyut terbawa arus Sungai Rongkong.
Laporan Wartawan TribunLutra.com, Chalik Mawardi
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:
(*)