TRIBUN-TIMUR.COM - Jumlah kematian akibat infeksi virus corona di dunia terus bertambah. Per Kamis (23/42020) pukul 06.50 Wita, berdasarkan data dari worldometers, jumlah pasien yang tewas mencapai 183.824.
Sedangkan jumlah pasien tertular mencapai 2.632.038. Pasien yang dinyatakan sembuh juga terus bertambah yakni 716.811 orang.
Dibandingkan dengan hari sebelumnya, jumlah kematian hingga pagi ini, mengalami penurunan. Sehari sebelumnya, jumlah kematian hanya 7.062 orang di seluruh dunia.
Sementara hingga pagi ini, jumlah pasien yang tewas mencapai 6.399 orang.
Meski demikian, jumlah pasien yang tertular mengalami peningkatan. Jika sehari sebelumnya sebanyak 75.254 kasus, hari ini telah mencapai 76.545 kasus.
Amerika Serikat masih menjadi penyumbang terbanyak jumlah kasus baru dan kasus kematian.
Hingga pagi ini, Amerika mencatat jumlah kasus positif baru sebanyak 27.459 kasus. Sehingga total warga Amerika yang tertular virus mematikan ini sebanyak 846.203 orang.
Pasien yang meninggal dunia juga bertambah 2.202 orang sehingga menjad 47.520 orang yang meninggal dunia.
Pasien yang dinyatakan sembuh juga bertambah yakni sebanyak 83.917 orang.
Negara Spanyol berada di urutan kedua negara terbanyak kasus positif corona di dunia.
Negara ini mencatatkan jumlah kasus baru sebanyak 4.211 kasus. Sehingga total terinfeksi sebanyak 208.389. Sedangkan pasien yang meninggal dunia bertambah 435 orang. Total kematian di Spanyol menjadi 21.717 kasus.
Italia menjadi negara ketiga terbanyak terinfeksi. Per hari ini, jumlahnya mencapai 187.327 kasus. Kematian sebanyak 25.085 dan pasien yang dinyatakan sembuh sebanyak 54.543 orang.
China yang menjadi negara pertama tertular virus ini, mencatatkan tambahan kasus yang relatif sedikit yakni 30 kasus. Sehingga jumlah kasus positif terinfeksi di negara ini sebanyak 82.788. Sedangkan pasien yang dinyatakan sembuh sebanyak 77.151 orang. Pasien yang meninggal dunia tidak mengalami tambahan yakni 4.632 orang.
30 Varian
Peneliti asal China, Li Lanjuan bersama rekan peneliti lain dari Universitas Zhejiang menemukan virus corona SARS-Cov-2 penyebab penyakit Covid-19 bisa bermutasi hingga 30 varian.
Sebanyak 19 dari 30 varian mutasi ini adalah jenis baru. Dengan kata lain, 60 persen hasil temuan mutasi adalah hasil mutasi baru. Beberapa perubahan itu sangat jarang ditemukan, sehingga para peneliti tidak mempertimbangkan mutasi tersebut ada.
Berdasarkan bukti laboratorium, penelitian Li juga menemukan kalau mutasi tertentu dari virus SARS-Cov-2 dapat menciptakan jenis virus yang lebih mematikan dibanding jenis lain.
"SARS-Cov-2 telah memperoleh mutasi yang mampu secara substansial mengubah patogenisititasnya (kemampuan organisme untuk menimbulkan penyakit)," kata Li.
Kecepatan mutasi virus corona ini sekitar satu mutasi per bulan. Hingga Senin (20/4) diperkirakan sudah ada 10ribu strain yang disekuensikan oleh para peneliti di seluruh dunia. Sehingga tercatat sudah ada 4.300 mutasi berdasarkan Pusat Bioinformasi Nasional China.
Lebih lanjut, ia menilai strain yang berbeda kemungkinan bisa memberi dampak penyakit Covid-19 yang berbeda di dunia. Menurut Li, saat ini kemampuan mutasi virus ini masih dianggap remeh oleh para peneliti dunia.
Kesimpulan Li dan tim dilakukan setelah melakukan serangkaian studi terkait mutasi virus corona SARS-CoV-2 pada sekelompok kecil pasien yang sebelumnya tidak pernah dilaporkan.
Li menggunakan metode ultra-deep sequencing yang disebut sangat canggih. Tiap genom dibaca lebih dari 100 kali. Sehingga memungkinkan peneliti melihat perubahan yang kemungkinan terlewat dari pendekatan konvensional.
Menurut Professor Zhang Xuegong, kepala divisi bioinformatika dari Universitas Tsinghua, teknik ini bisa sangat efektif untuk melacak mutasi virus. Meski ia menyebut pendekatan tersebut sangat mahal dan makan waktu.(*/tribun-timur.com)