Gejala Virus Corona

Simak Perbedaan Gejala Virus Corona Pada Bayi dan Orang Dewasa

Penulis: Desi Triana Aswan
Editor: Suryana Anas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi bayi terinfeksi virus corona (Shutterstock.com)

TRIBUNTIMURWIKI.COM- Virus corona tak hanya menginfeksi orang dewasa saja namun juga bayi.

Seperti kisah seorang ibu, yang menceritakan pengalamannya soal gejala virus corona pada bayinya.

Untuk diketahui gejala pandemi virus covid-19 ini pada orang dewasa mungkin bisa dideteksi dengan kesadaran mandiri.

Namun bagaimana jika menginfeksi seorang bayi?

Dilansir dari Tribun Mataram, mewabahnya virus corona di seluruh dunia membuat para orangtua yang memiliki bayi harus ekstra waspada.

Bukan hanya di Indonesia, jumlah kasus infeksi virus corona masih terus mengalami peningkatan di berbagai negara.

Ya, virus corona kini telah menjadi kenyataan hidup dengan situasi yang selalu berubah setiap harinya, terutama tentang infeksi baru dan kasus kematian.

Menurut data yang dikumpulkan oleh John Hopkins University, hingga Senin (23/3/2020), total jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia telah mencapai 331.273 kasus, dengan 14.450 kematian, dan 97.847 pasien dinyatakan sembuh.

Tak hanya menyerang orang dewasa dan lansia, virus corona kini juga telah menginfeksi anak-anak.

Seorang ibu dari Cardiff, Wales berbicara tentang tanda-tanda yang harus diwaspadai pada anak-anak setelah bayinya sendiri didiagnosis positif menderita Covid-19.

Gejala utama dari virus corona yang disebut National Health Service (NHS) adalah suhu tinggi dan batuk terus-menerus.

Beberapa ahli menyebutkan, gejala pada anak tampak jauh lebih ringan.

Namun, seorang ibu mengeluarkan peringatan untuk orangtua lainnya agar mengenali tanda-tanda apa yang harus diwaspadai pada bayi saat terinfeksi virus corona.

Laura Pearson, dari Cardiff, Wales menceritakan pengalamannya setelah putranya yang berusia enam bulan, Gruff, jatuh sakit parah.

Ini terjadi setelah pasangan Laura mengalami gejala-gejala Covid-19 termasuk suhu tinggi, kedinginan, tubuhnya terasa sakit, dan batuk ringan.

Virus corona yang sangat menular kemudian menyebar ke putra mereka dan mulai mengembangkan gejalanya sendiri.

Laura semakin panik dengan kondisi bayinya yang memburuk, ketika putranya mengalami empat gejala.

“Dia menderita batuk kering yang datang dan pergi, tetapi kemudian tubuhnya sangat panas,” ujarnya kepada Wales online.

“Saya menelepon dokter umum, karena saya tidak dapat menghubungi saluran bantuan NHS 111 dan kami diminta untuk memantau kondisinya melalui situs web whenshouldiworry.com, yang didirikan oleh para peneliti medis di Universitas Cardiff," lanjutnya.

Ketika suhu Gruff mencapai 39 derajat, Laura mencoba mengajukan permintaan pada teman-temannya di Facebook untuk mengirimkan termometer baru, mereka juga mempertanyakan apakah mungkin termometernya rusak karena angka yang muncul sangat tinggi.

Laura memerhatikan bahwa Gruff mulai mengalami suhu tinggi, menggigil, tubuhnya sakit, dan batuk ringan.

“Gruff menangis seperti orang kesakitan dan tidak dapat ditenangkan, sehingga kami menghubungi dokter umum yang sedang libur dan ia menyarankan kami untuk pergi ke rumah sakit,” kata Laura.

Tak hanya itu, Gruff juga menderita diare berdarah - yang oleh beberapa petugas medis disebut sebagai gejala lain dari Covid-19.

Laura dan suaminya membawa Gruff ke Rumah Sakit Universitas Wales di Cardiff. Gruff kemudian dirawat di pusat penanganan virus corona yang didirikan di Rumah Sakit Anak Noah’s Ark.

“Staf di sana luar biasa dan Gruff diperiksa oleh seorang dokter yang sangat baik di balik pelindung wajah dan masker,” ujar Laura.

"Dia memberi tahu kami bahwa putra kami memiliki semua tanda klasik penyakit Covid-19. Kami kemudian disuruh pulang, merawatnya di rumah, dan mengasingkan diri selama dua minggu.”

"Sekarang, pasanganku dan Gruff tampaknya telah sama-sama melalalui kondisi terburuk."

Cobaan mengerikan yang dialami Laura dapat menjadi peringatan bagi orangtua lain untuk memperhatikan tanda-tanda tidak biasa pada bayi, termasuk batuk kering, suhu tinggi, diare berdarah, kedinginan, dan tubuh yang terasa sakit.

Untuk mencegah penyebaran virus corona, NHS mengingatkan untuk selalu cuci tangan, menggunakan gel pembersih tangan saat tidak ada air dan sabun, tutup mulut dan hidung dengan tisu atau lengan baju saat batuk dan bersin, segera masukkan tisu bekas ke tempat sampah, serta hindari kontak dekat dengan orang yang memiliki gejala virus corona. (Kompas.com/ *)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Seorang Ibu Berbagi Pengalamannya soal Gejala Virus Corona pada Anak".

Kenali Gejala Baru Corona Tak Bisa Mencium Bau

Studi membuktikan gejala baru virus corona membuat seseorang yang terinfeksi kehilangan kemampuan penciuman.

Kenali gejala baru virus corona selain demam dan batu, tidak bisa cium bau dan mengecap rasa.

Gejala baru virus corona ditemukan di Korea Selatan pada beberapa pasien positif Covid-19.

Bukan dalam bentuk demam dan batuk, pasien positif corona justru kehilangan kemampuan mencium bau dan mengecap rasa.

Siapapun yang mendadak tidak bisa mencium bau adalah pembawa virus corona tak kasat mata.

Dalam kondisi ini, mereka biasanya tidak memiliki gejala umum Covid-19 seperti demam dan batuk.

Studi ini diungkap oleh ahli rinologi terkemuka di Inggris.

Di Korea Selatan, China, dan Italia, sekitar sepertiga pasien yang dites positif Covid-19 mengaku penciumannya terganggu atau hilang.

Menurut ahli THT di Inggris, kondisi ini dikenal sebagai anosmia atau hyposmia.

"Di Korea Selatan, di mana pengujian dilakukan sangat luas, 30 persen pasien yang dites positif Covid-19 memiliki anosmia (hilangnya penciuman)," kata president of the British Rhinological Society Professor, Clare Hopkins, dan president of the British Association of Otorhinolaryngology, professor Nirmal Kumar.

Dilansir Business Insider, Senin (23/3/2020), para profesor mengatakan bahwa banyak pasien diseluruh dunia yang positif Covid-19 terinfeksi tanpa gejala demam tinggi atau batuk.

Sebagai gantinya, mereka sulit mencium bau dan mengecap rasa.

"Ada sejumlah laporan yang berkembang pesat tentang peningkatan signifikan dalam jumlah pasien Covid-19 yang hanya mengalami anosmia tanpa adanya gejala lain," kata peneliti dalam sebuah keterangan.

"Iran telah melaporkan peningkatan signifikan dalam kasus anosmia.

Selain itu, banyak pasien dari AS, Perancis, dan Italia Utara yang juga memiliki pengalaman sama," imbuhnya.

Minimnya gejala atau tanpa gejala yang umum terjadi pada Covid-19 membuat pasien yang mungkin positif tidak memeriksakan diri, dan tidak mengkarantina diri.

Jika ini terjadi, pasien Covid-19 yang tanpa gejala justru berkontribusi besar terhadap penyebaran penyakit.

Profesor Kumar mengatakan kepada Sky News bahwa pasien berusia muda justru menunjukkan tanda tidak dapat mencium bau atau mengecap rasa. Mereka tidak menunjukkan gejala virus corona yang umum seperti demam tinggi atau batuk terus menerus.

"Pada pasien muda, mereka tidak memiliki gejala yang signifikan seperti batuk dan demam.

Namun mereka mungkin kehilangan indera penciuman dan pengecapan, yang menunjukkan bahwa virus ini tinggal di hidung," katanya.

Para profesor menyerukan siapa saja yang memiliki gejala kehilangan indra penciuman dan perasa untuk mengisolasi diri selama tujuh hari untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.

Sumber berita: https://mataram.tribunnews.com/amp/2020/03/24/beda-dengan-orang-dewasa-kenali-gejala-virus-corona-pada-bayi-seorang-ibu-ceritakan-pengalamannya?page=all

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

(*)

Berita Terkini