Mengenal NH Dini yang Jadi Google Doodle Hari ini, Novelis Termahsyur hingga Tewas secara Tragis

Penulis: Desi Triana Aswan
Editor: Anita Kusuma Wardana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mengenal NH Dini yang Jadi Google Doodle Hari ini, Novelis Termahsyur hingga Tewas secara Tragis

TRIBUNTIMURWIKI.COM- Google doodle kembali merayakan tokoh yang berulang tahun di akhir Februari ini.

Sosok tersebut berasal dari Indonesia.

Ia adalah NH Dini, novelis yang diketahui berusia 84 tahun pada 29 Februari 2020.

Google menampilkannya lewat karikatur wanita yang sedang menulis sambil melihat ke sisi kiri.

Wajahnya pun menjadi pengganti huruf O kedua dalam penulisan Google.

Foto kenangan almarhumah NH Dini (TWITTER GOENAWAN MUHAMMAD)

Dalam keterangannya Google memberikan kisah singkat tentang NH Dini.

"Sastra sebenarnya adalah makanan bergizi untuk jiwa dan pikiran manusia. Ini adalah fondasi dasar kemanusiaan, cerminan masyarakat, realitas, pengetahuan, dan kebijaksanaan," kata novelis Indonesia NH Dini, yang kehidupan dan karyanya dirayakan dalam Doodle hari ini.

Seperti itulah kutipan dari Google Doodle.

Adapun gambar yang ditampilkan ialah, diilustrasikan oleh seniman tamu asal Jakarta Kathrin Honesta.

Siapa NH Dini?

NH Dini (KOMPAS.ID)

Dilansir dari wikipedia, NH Dini memiliki nama lengkap Nurhayati Sri Hardini.

Ia lahir di Semarang, Jawa Tengah, 29 Februari 1936.

Nh. Dini adalah sastrawan, novelis, dan feminis berkebangsaan Indonesia.

Kehidupan

Dini dilahirkan dari pasangan RM. Saljowidjojo, seorang pegawai Perusahaan Jawatan Kereta Api dan Kusaminah.

Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali. Masa kecilnya penuh larangan.

Di tilik dari silsilah keluarganya, Nh. Dini masih berdarah Bugis.

Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD.

Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri.

Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati.

Ibu Dini, yang harus bekerja keras sebagai buruh batik setelah kematian suaminya, selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Panjebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara Jawa dan sebagainya.

Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.

Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita.

la malah bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis.

Tapi ia tak kesampaian mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.

Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya.

Misalnya sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya.

Dan dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.

Dini ditinggal wafat ayahnya semasih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap.

Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah.

Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek.

Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun.

Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar.

Dini juga menulis untuk Majalah KISAH, dan SIASAT.

Cerpen pertamanya, Pendurhaka, bahkan mendapat kritis positif dari H.B. Jassin tahun 1951.

Kematian

Nh. Dini meninggal dunia tanggal 4 Desember 2018 pada usia 82 tahun secara tragis dalam kecelakaan lalu lintas di jalan tol Tembalang, Semarang.

Jenazahnya dikremasikan di Ambarawa pada 5 Desember 2018.

Data Diri:

Nama: Nurhayati Sri Hardini

Nama Lain: NH Dini

Lahir: 29 Februari 1936, Semarang

Meninggal: 4 Desember 2018, Rumah Sakit ST.Elisabeth, Semarang

Kebangsaan: Indonesia

Pasangan: Yves Coffin (m. 1960–1984)

Anak: Pierre Coffin, Marie-Claire Lintang

Orangtua: Kusaminah

RM. Saljowidjojo

Novel

Hati yang Damai (1961)

Pada Sebuah Kapal (1973)

La Barka (1975)

Namaku Hiroko (1977)

Orang-orang Trans (1985)

Pertemuan Dua Hati (1986)

(*)

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

(*)

Berita Terkini