Sejarah Hari Ini 9 Januari, Lahirnya Budayawan Sumatra Barat Anas Nafis, Dijuluki sang Referensi

Penulis: Desi Triana Aswan
Editor: Anita Kusuma Wardana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejarah Hari Ini 9 Januari 1932, Lahirnya Budayawan Sumatra Barat Anas Nafis Dijuluki sang Referensi

TRIBUNTIMURWIKI.COM- Hari ini dalam sejarah, lahir seorang budayawan ternama Indonesia, Anas Nafis.

Siapa dia?

Dilansir dari wikipedia, Anas Nafis lahir di Padang Panjang, 9 Januari 1932.

Ia adalah seorang peneliti, akademisi, seniman, budayawan dan tokoh Sumatra Barat.

Ia adalah adik dari sastrawan Ali Akbar Navis.

Bapaknya bernama Navis gelar Sutan Marajo, seorang pegawai Staatsspoorwegen (jawatan kereta api zaman Belanda), dan ibunya bernama Sawiyah.

Sebagai anak seorang pegawai sebuah jawatan kereta api, keluarga Navis sering berpindah-pindah tempat.

Saat masa penjajahan Jepang, keluarga Navis pindah ke Duku.

Setahun menjelang Jepang kalah perang, ayah Anas Navis ditangkap Kempeitai lalu dipenjarakan di Bangkinang dan keluarga Anas Navis pindah kembali ke Silaiang, Padang Panjang.

Saat awal-awal kemerdekaan, setelah Navis dibebaskan dari penjara, mereka pindah ke Bukittinggi.

Perjalanan Karier

Setelah Indonesia merdeka, Anas Nafis kembali bersekolah di SMA. Sebelumnya, saat masa penjajahan Jepang, Anas sekolah di HIS Muhammadiyah, Guguk Malintang.

Sambil bersekolah, Anas yang menjadi siswa kelas III SMA itu, juga sudah ikut mengajar sebuah SMP Swasta. Uniknya, SMA dan SMP itu satu gedung sekolah.

Pagi Anas menjadi siswa SMA, siangnya mengajar siswa SMP tersebut. Tahun 1952, Anas Nafis lulus ujian terakhir SMA.

Setelah lulus dari SMA, Anas Nafis berencana menjadi guru di daerahnya. H

al itu disebabkan kondisi ibunya, Sawiyah, yang hampir setahun menderita sakit. Namun, Uda-nya A.A Navis menyuruhnya untuk terus melanjutkan sekolah.

Pertengahan Juli 1952 Anas Nafis berangkat ke Jawa untuk melanjutkan sekolah.

Namun, saat masih berada di Jakarta, tanggal 2 Agustus 1952, ibunya meninggal dunia, A.A Navis melarangnya pulang dan memberinya semangat untuk terus melanjutkan sekolah.

Dengan perasaan campur aduk, Anas Nafis berangkat juga ke Yogyakarta dan mendaftar di Universitas Gajah Mada.

Rasa rindu bertemu saudara yang ditinggal ibunya, mendorong Anas kembali pulang kampung.

Desember 1955, Anas menjejakkan kakinya Padang.

Berbekal beslit guru yang diperolehnya, Anas Nafis mengajar di Pariaman dalam rangka pengerahan tenaga mahasiswa.

Sang Referensi

Sejumlah ide bisa mengalir dari cerita Anas Nafis.

Sastrawan A.A Navis saat menulis novel Robohnya Surau Kami (1956) idenya berasal dari Merontokkan Surau Anduang Montok Belakang Gudang.

Ide yang muncul ketika mereka tinggal di Padang Panjang. Selain peneliti, akademisi, seniman dan budayawan yang meminjam referensi yang dimilikinya, pejabat daerah juga sering memanfaatkan jasa Anas Nafis.

Selain mengumpulkan literatur tentang Minangkabau dan Sumatra Barat, tahun 1987 Anas Nafis menggagas berdirinya Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) di Padang Panjang.

Niat itu mendapat sokongan dari mantan Kepala Bulog, Bustanil Arifin.

Kemudian dibangunlah rumah bagonjong untuk dijadikan museum PDIKM yang sejak itu menjadi salah satu tujuan wisata utama Sumatra Barat.

Tahun 2004, 10 naskah cerita rakyat Minangkabau yang ia sadur, diterbitkan Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM).

Anas Nafis juga menulis buku Peribahasa Minangkabau (1997) yang sudah mengalami cetak ulang berkali-kali.

Sejumlah skenario yang ditulisnya sudah difilmkan di TVRI, seperti Dang Tuanku (1975) dan Perang Kamang (1980), serta mengolah cerita dan sinopsis film Palasik untuk RCTI (1997).

Meninggal Dunia

Tanggal 18 April 2007, pada pukul 08.00 WIB, dalam usia 75 tahun, Anas Nafis pergi untuk selama-lamanya.

Anas menghembuskan napas di rumahnya, sebuah rumah kontrakan di Jl. Aua Duri No.3A Padang dan dimakamkan di TPU Tungguitam, Padang.

Data Diri:

Nama: Anas Nafis

Lahir: 9 Januari 1932

Tempat Lahir: Padang Panjang, Sumatra Barat, Hindia Belanda

Meninggal: 18 April 2007

Tempat Meninggal: Padang Panjang, Sumatra Barat

Kebangsaan: Indonesia

Pekerjaan: Pengajar, Budayawan

Buku

Peribahasa Minangkabau 1996

Curito Sutan Manangkerang 2004

Animisme di Minangkabau 2004

Pidato penghulu Minangkabau 2004

Carito rancak di labuah 2004

Syair Perang Kamang 2004

Kaba mamak si Hetong 2004

Kaba si Ali Amat 2004

Hikayat Nahkoda Muda 2004

Hikayat Si Manjau Ari 2004

Carito si Palalok 2004

Kaba sabai nan aluih 2004

Berita Terkini