Baca tanpa iklan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Bangunan rumah toko (ruko) tua yang ambruk di Jl Nusantara, ternyata sisa aksi penjarahan pada kerusuhan etnis 1997 yang terjadi di Kota Makassar.
Hal itu diungkapkan seorang polisi yang enggan disebut namanya saat ditemui di lokasi.
"Ini bangunan tua tidak terawat semenjak kerusuhan Makassar tahun 1997," ujarnya ditemui di lokasi.
Hal yang sama diungkap Daeng Rewa (55), penghuni bangunan ruko itu.
"Ia, sejak penjarahan di Makassar 1997, ruko sudah tidak ditinggali. Saya itu hari masih muda karena tahun 1986 saya turun disini tarik becak," ujar pria asal Jeneponto ini.
Saat kerusuhan, kenang Daeng Rewa, penjarahan terjadi dimana-mana.
"Banyak ruko dibakar itu waktu, mulai dari Jalan Alauddin, Pa'baeng-baeng, sampai di sini, di Somba Opu juga banyak penjarahan itu waktu," ungkapnya.
Ia mengaku menempati ruko tua itu sejak 2012 silam. Kala itu, ia yang habis masa kontraknya di kontrakan yang berlokasi Jl Teluk Bayur, melihat ruko tua itu tidak dihuni oleh siapapun.
Ia pun membawa perabotan rumahnya dan menempati lantai dasar ruko untuk dijadikan rumah.
"Tahun 2012 saya pindah kesini, karena habismi kontrakanku di dekat Jembatan Merah (Jl Teluk Bayur). Saya lihat disini tidak ada orangnya jadi saya kesinimi itu hari," ujarnya.
Ia mengaku tidak mengetahui persis nama lengkap pemilk ruko tua tersebut.
"Punyanya biasa dipanggi puang, saya tidak tahu juga namanya siapa karena waktu datang dipanggil puang'ji," terang Daeng Rewa.
Pantauan di lokasi, bangunan ruko tua itu sudah tidak utuh sebelum ambruk.
Yang ambruk hanya bangunan plan bagian depan ruko. Sementara bagian belakang masih terlihat utuh.
Material bangunan yang mabruk berhamburan hingga ke badan jalan.
Begitu juga dengan gerobak jualan pedagang kaki lima yang ada di depan ruko, juga hancur terkena material.
Ruko itu berlokasi tepat di tengah deretan ruko yang berjejer di sepanjang Jl Nusantara Makassar.