TRIBUNTIMURWIKI.COM- Adamas Belva Syah Devara adalah Staf Khusus Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Di beranda Istana Merdeka Jakarta, Kamis (21/11/2019), Presiden Jokowi mengumumkan nama-nama staf khususnya yang baru.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan 12 orang yang akan menjadi staf khusus presiden hari ini.
"Presiden akan segera mengumumkan nama-nama itu secara langsung dan mudah-mudahan akan diperkenalkan pada hari ini," ujar Sekretaris Kabinet Pramono Anung di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (21/11/2019).
• Sosok Ayu Kartika Dewi, Alumni Indonesia Mengajar Anies Baswedan Kini Jadi Staf Khusus Jokowi
Menurut Pramono, 12 staf khusus presiden nantinya berasal dari berbagai kalangan.
Namun, terkait namanya belum dapat disebutkan saat ini.
"Dari 12 nama, lima nama lama, tujuh nama baru dan mengenai nama-nama itu sepenuhnya kewenangan bapak presiden," katanya.
Salah satu dari 12 nama tersebut ada Adamas Belva Syah Devara.
Siapa Adamas Belva Syah Devara? dan bagaimana peran serta jejak kariernya selama ini?
Profil
Dilansir dari wikipedia, Adamas Belva Syah Devara adalah seorang pengusaha, tokoh muda, dan aktivis sosial.
Adamas Belva Syah Devara, anak pertama dari tiga bersaudara, lahir di Jakarta pada tanggal 30 Mei 1990.
Walaupun bukan dari keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi, kedua orang tua Belva yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil, selalu berusaha memberikan pendidikan terbaik sejak kecil.
Nilai-nilai yang ditanamkan mengenai pentingnya pendidikan ini adalah dasar dari keyakinan Belva untuk memperjuangkan hak yang sama untuk semua anak Indonesia mendapatkan pendidikan berkualitas.
• Jadi Staf Khusus RI 1 Jokowi, Siapa Adamas Belva Syah Devara?
Pendidikan
Belva menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Islam Al Azhar 8, dan pendidikan menengah atas di SMA Presiden, sebuah sekolah semi-militer bertaraf internasional.
Ia sudah dikenal sejak dulu sebagai seseorang yang cemerlang, dengan kecerdasan berada di atas tingkat rata-rata teman seusianya.
Selama SMA, ia selalu meraih peringkat satu dan menjuarai berbagai kompetisi olimpiade ilmiah, pidato, dan debat berbahasa inggris.
Berkat itu, ia diberikan beasiswa penuh dan tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk biaya pendidikan selama SMA.
Ia pun dikenal aktif berorganisasi, terpilih untuk menjabat sebagai Ketua OSIS di SMA Presiden.
Pada tahun 2007, Belva terpilih menjadi salah satu dari delapan siswa Indonesia yang mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah Singapura untuk melanjutkan studinya ke Nanyang Technological University, Singapura, salah satu institut teknik terbaik di Asia.
Program beasiswa ini adalah salah satu seleksi akademis paling kompetitif di kala itu.
Bergelar Ganda
Ia merupakan orang Indonesia pertama yang diterima di program gelar ganda dalam program studi Ilmu komputer dan Bisnis di Nanyang Technological University.
Selama kuliah, Belva mendapatkan banyak prestasi akademis dan berhasil masuk pada Double Dean's List sebagai salah satu dari 5% mahasiswa dengan prestasi tertinggi, dalam program studi Ilmu komputer maupun Bisnis.
Pada tahun 2009, ia terpilih oleh universitas untuk ikut serta dalam program pertukaran pelajar ke University of Manchester, Manchester, Inggris.
Puncaknya pada tahun 2011, Belva berhasil meraih tiga medali emas prestisius dari Nanyang Technological University, Lee Kuan Yew Gold Medal, (penghargaan tertinggi bagi mahasiswa di universitas), Infocomm Development Authority of Singapore Gold Medal (penghargaan bagi peraih nilai akademis tertinggi di program studi Ilmu komputer), dan Accenture Gold Medal (penghargaan bagi peraih nilai akademis tertinggi di program studi Bisnis).
Atas prestasinya, sembari kuliah, ia mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan berpengaruh di Singapura, Goldman Sachs dan Accenture.
Selain prestasi akademis, Belva juga aktif dalam kegiatan organisasi.
Ia dipercaya untuk menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pelajar Indonesia Singapura dan dinobatkan menjadi Young Leader for Indonesia 2011 oleh McKinsey & Company.
Pada tahun 2013, ia melanjutkan pendidikan pascasarjananya dan menjadi orang Indonesia pertama yang diterima di program gelar ganda di Harvard University, Cambridge, Massachusetts dan Stanford University, Palo Alto, California sekaligus, dua universitas paling bergengsi di dunia.
Di Harvard University ia mengambil jurusan Master of Public Administration (Kebijakan Publik), sedangkan di Stanford University, ia mengambil jurusan Master of Business Administration (Bisnis Manajemen).
Karena berprestasi dalam bidang akademis, ia juga mendapatkan kesempatan terdaftar sebagai mahasiswa tamu di Massachusetts Institute of Technology, yang juga merupakan salah satu universitas terbaik di dunia.
Belva juga tercatat terdaftar silang (cross-registered) sebagai mahasiswa di fakultas lain di Universitas Harvard, termasuk Harvard Law School, Harvard Medical School, dan Harvard Graduate School of Education.
Ia juga aktif menjadi peneliti (Fellow) di Harvard Ash Center for Democratic Governance and Innovation.
Untuk program pascasarjana di Amerika Serikat ini, ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh dari Lembaga Pengelola dana Pendidikan, yang dikelola oleh Kementerian Keuangan.
Tidak hanya berprestasi akademis, ia pun banyak dikenal sebagai salah satu alumni penerima beasiswa Lembaga Pengelola dana Pendidikan yang telah berkontribusi untuk kemajuan tanah air lewat kiprahnya di dunia teknologi pendidikan.
Karier
Seusai studi sarjananya di Singapura, Belva memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menolak banyak tawaran pekerjaan dengan gaji yang tinggi di Singapura.
Di Jakarta, ia memutuskan untuk bekerja di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan di bawah kepemimpinan Kuntoro Mangkusubroto, dan sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company.
Dalam kapasitas tersebut, ia memimpin berbagai studi internasional mengenai transformasi sistem pendidikan dan strategi peningkatan kesehatan publik untuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara, komunitas donor, dan agensi internasional, yang berbuah pada penghargaan Client First Award yang diraihnya sebagai salah satu konsultan manajemen terbaik di Asia Tenggara pada tahun 2012.
Dari pengalaman ini, ia bertekad untuk juga terjun langsung untuk membantu Indonesia dalam transformasi sistem pendidikan.
Pada tahun 2014, ia pun mendirikan Ruangguru, sebuah startup teknologi dengan misi sosial pendidikan, bersama dengan sahabatnya, Muhammad Iman Usman.
Ruang Guru
Setelah lulus dari program gelar ganda di Amerika Serikat, pada tahun 2016, ia memutuskan untuk fokus dalam perbaikan pendidikan di Indonesia, dan kembali ke tanah air menjabat sebagai posisi Direktur Utama di Ruangguru.
Di bawah kepemimpinan Belva, hanya dalam setahun, Ruangguru berkembang pesat lima kali lipat dan menjadi perusahaan teknologi pendidikan terbesar di Indonesia, menjangkau lebih dari 10 juta siswa dan 150.000 guru.
Selain pada sektor pendidikan formal di SD, SMP, dan SMA, Belva juga melebarkan sayap bisnis Ruangguru untuk menyasar sektor korporat dan pemerintah.
Pada bulan November 2017, Belva diundang oleh Presiden Joko Widodo di rapat kabinet terbatas di Istana Bogor yang dihadiri oleh 19 menteri, mulai dari Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, Menteri Tenaga Kerja, hingga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam rapat kabinet terbatas tersebut, Belva diundang untuk memberikan pandangan-pandangan apa yang diperlukan dalam menghadapi perubahan-perubahan teknologi yang sangat cepat di dunia pendidikan.
Belva telah menerima berbagai penghargaan nasional dan internasional atas kepemimpinannya membangun Ruangguru, dan aktif berbicara di forum nasional dan internasional di lima benua, termasuk pada Global Education Technology (GET) Summit 2017 di Beijing, World Economic Forum on ASEAN 2018 di Hanoi, dan Mobile World Congress 2018 di Barcelona.
Pada tahun 2017, Belva mendapatkan penghargaan prestisius menjadi salah satu dari 30 pemuda di bawah umur 30 tahun tersukses dalam bidang kewirausahaan teknologi di Asia oleh Forbes Magazine.
Data Diri:
Nama: Adamas Belva Syah Devara
Instagram: @belvadevara
Lahir: 30 Mei 1990
Tempat Lahir: DKI Jakarta, Indonesia
Kebangsaan: Bendera Indonesia Indonesia
Keluarga
Orang tua: Murnihercahyani (Ibu)
Tri Harsono (Ayah)
Saudara: Gemmadelicia
Ikram
Dimicoardan
Almamater:
Dikenal atas: Pendiri dan Direktur Utama (CEO) Ruang Guru
Pendidikan:
SMP Al Azhar 8 Kemang Pratama (2001-2004)
SMA Presiden (2004-2007)
Nanyang Technological University (2007-2011)
Stanford University (2013-2015)
Harvard University (2014-2016)
Prestasi dan Organisasi
Prestige Magazine 40 under 40 The Vanguards 2018
ASEAN 40 under 40 oleh ASEAN Advisory 2018
Forbes 30 under 30 2017
Atlassian Foundation MIT SOLVE Grantee 2017
Australian DFAT MIT SOLVE Grantee 2017
GSMA Innovation Fund Grantee 2017
Wirausahawan Paling Menjanjikan di ASEAN 2016
Social Enterprise of the Year 2016 (Wirausahawan Sosial 2016)
Penghargaan Bubu Awards 2015
Medali Emas Lee Kuan Yew 2011
Medali Emas Accenture 2011
Medali Emas Infocomm Development Authority of Singapore 2011
Young Leader for Indonesia 2011
Medali Bhagaskara Adi Tanggap 2007
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur: