TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan (Plt Kadisdik) Makassar Abdul Azis Hasan mengaku sudah memanggil dan bertemu Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Inpres Rappokalling I, Dalwiah Dahlan.
Pemanggilan terkait polemik dan aduan keberatan warga terkait pembukaan 'lubang tikus' baru di pagar belakang kompleks SD Rappokalling melalui Lr Kami, Kelurahan Rappokalling, Kecamatan Tallo.
"Saya sudah panggil dan bertemu kepseknya di kantor dinas. Permodalannya sudah ditangani Kapolsek dan lurah serta baur terkait lainnya," kata Abdul Azis melalui pesan WhatsApp Massenger.
Dari penjelasan Dalwiah, kata Abdul Aziz, mengenai pintu barunyang dibuka itu bukan hal baru.
"Tapi bagaimana memfungsikan kembali dengan alasan untuk keamanan dan kenyamanan anak didik. Silakan hubungi aparat setempat kalau belum jelas," ujar Staf Ahli Wali Kota Makassar tersebut.
Pihak SDN Inpres I Rappokalling tetap memaksakan pembukaan pintu baru melalui Lr Kami, Kelurahan Rappokalling, meski ada penolakan warga.
'Lubang tikus' tersebut berada di antara SDN Inpres I Rappokalling dan SDN Rappokalling 67.
Bahkan, surat keberatan warga secara tertulis yang sudah disetujui Ketua RT 009 Andi Iwan dan Ketua RW 002 Mujahidin (Udin) ditolak Kepala SD Inpres I Rappokalling Dalwiah Dahlan.
Pada Rabu (20/11/2019) malam, pekerja kembali membuka 'lubang tikus' yang awalnya ditutupi seng dan memasang pintu besi.
Padahal, pada pertemuan sebelumnya Dalwiah berjanji menunda pembukaan itu jika sudah menerima aduan tertulis dari warga yang sudah diteken Ketua RT dan RW di wilayah tersebut.
Untuk selanjutnya berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Makassar yang akan memutuskan langkah selanjutnya.
Penolakan Warga
Sebelumnya, sejumlah warga menolak pembukaan 'lubang tikus' baru melalui pagar belakang Kompleks SD Rappokalling, Lorong Kami, Kelurahan Rappokalling, Kecamatan Tallo, Makassar.
Berbeda dari sekolah kebanyakan, kompleks SD tersebut selama ini memiliki dua akses pintu masuk.
Dari gerbang utama depan melalui poros utama Jl Rappokalling Raya dan pintu kecil berukuran 1x2 meter di pagar belakang SDN Inpres Rappokalling I melalui pemukiman warga di Lr Kami.
Pihak sekolah berencana menutup pintu kecil lama itu dan membuka pintu baru melalui pagar belakang SDN Inp Rappokalling I dan SDN 67 Rappokalling yang berada persis di depan rumah sejumlah warga yang kini ikut menolak.
"Keberadaan pintu kecil lama saja sudah mengganggu. Akses keluar masuk warga terhambat aktivitas PKL (pedagang kaki lima) dan parkir.
Belum lagi masalah lain yang sudah menimbulkan konflik warga," kata Rasyidin yang memiliki rumah persis di depan bukaan pintu baru tersebut, Senin (18/11/2019).
Keberadaan 'lubang tikus' tersebut juga membuat murid kerap berkeliaran di luar sekolah justru pada jam-jam sekolah.
Dia berharap petinggi Disdik Makassar bahkan Wali Kota Makassar Muh Iqbal Suhaeb bisa turun tangan membantu menyelesaikan polemik tersebut.
"Kami sangat terganggu. Tolong Pak Wali bantu kami menyelesaikan persoalan yang justru bukan kami yang buat. Ini sama saja menghukum penjahat tapi orang tak bersalah yang justru divonis," ujarnya.
Keberatan serupa bahkan disampaikan Ketua RT 009 Andi Iwan. "Warga keberatan. Apalagi mereka (sekolah) menggelar rapat dengan perwakilan warga yang justru tidak terdampak dengan pembuatan pintu baru tersebut," jelasnya.
Pembuatan pagar baru itu berawal dari rencana sekolah menutup permanen pintu kecil lama di pagar belakang SDN Inpres.
Informasi yang dihimpun Tribun menyebutkan pihak sekolah ingin akses murid melalui satu pintu melalui gerbang utama karena menganggap pintu kecil itu mengganggu aktivitas sekolah dan murid.
Selain memudahkan pengawasan murid, sekolah mau membangun WC di balik pintu lama tersebut.
Di sisi lain beberapa warga juga selama ini ikut terganggu dengan aktivitas pintu lama tersebut gegara pedagang kaki lima (PKL), parkir, dan lainnya.
Pihak sekolah lalu mengundang Pelaksana Tugas (Plt) Lurah Rappokalling Laode Ita, Ketua RW 002 Udin, perwakilan babinsa, RW, termasuk pedagang yang keberatan dengan penutupan pintu lama itu.
Begitupun beberapa warga yang justru tak bermukim di sepanjang pagar sekolah tersebut.
Informasi Tribun menyebutkan rapat berlangsung alot. Sekolah bersikukuh menutup pintu pagar lama.
Tapi ada yang menolak dengan alasan pintu kecil itu juga jadi akses keluar masuk murid melalui pagar belakang.
Lalu Laode Ida mengambil jalan 'pintas' mengusulkan dan menyetujui pemindahan serta pembukaan pintu baru di antara SD Inpres I Rappokalling dan SD 67 Rappokalling.
Dengan alasan keberadaan pintu di lokasi baru tersebut pernah ada. Tapi hal itu ditepis warga yang berada
Informasi warga menyebutkan bukan
Persoalan baru muncul gegara keputusan sepihak pada rapat yang dilakukan tanpa mengundang warga terdampak pembukaan pintu baru tersebut termasuk ketua rukun tetangga (RT) terkait.
Apalagi, bukaan 'lubang tikus' baru itu berada di depan rumah warga yang menolak karena selama ini sudah terganggu dengan aktivitas pintu lama.
"Padahal awalnya rapat penutupan pintu lama kok jadinya persetujuan membuka pintu baru.
Kami dan beberapa warga di depan pintu baru justru tidak mau ada pintu di dekat rumah karena berpotensi mengganggu aktivitas," jelas Fitri warga RT 009 lainnya.
Terkait alasan pembukaan pintu baru gegara di lokasi tersebut pernah ada bukaan pintu Fitri menepisnya.
Menurut Fitri yang bermukim di kawasan itu sebelum sekolah berdiri menjelaskan dulu bukaan itu merupakan celah yang mengantarai SD dan SMP Mandiri.
Kala itu juga belum ada pagar permanen seperti sekarang sehingga akses jalan lebih luas dibandingkan saat ini.
"Pembangunan pagar malah mengambil lahan jalan. Coba bapak lihat kondisi dari luar ke dalam kondisi jalannya menyempit," ujarnya.
Bukaan tersebut lalu ditutup pihak sekolah kemudian difungsikan menjadi ruang kelas sejak tahun 1980-an.
Lalu pihak sekolah membangun pagar dan membuat pintu di 'lubang tikus' lama yang rencananya bakal ditutup permanen.
"Nah dulu disitu masih tanah kosong. Sehingga kesimpulan pintu baru itu membuka pintu lama tidak utuh melihat sejarahnya. Apalagi dulu kondisi bangunan, jalan, tidak seperti sekarang ini," ujarnya.
Sikap RW dan Lurah
Ketua RW 002 Udin mengakui ikut rapat bersama pihak sekolah terkait rencana penutupan pintu lama di belakang SD Inpres Rappokalling I.
Tapi dimintai persetujuan untuk pembukaan pintu baru di depan rumah warga lainnya yang kini berpolemik.
"Kalau memang ada warga menolak ada pintu baru di depan rumahnya berarti harus kembali ditutup. Kalau dipaksakan kami tak bisa lagi bertanggungiawab," jelasnya.
"Masalah ini karena ada warga yang justru sangat ingin pintu (lama) ada di depan rumahnya tapi sekolah bersikeras menutupnya dan ada warga yang selama ini enggan terganggu justru dibukakan pintu baru," jelasnya menambahkan.
Pelaksana Tugas (Plt) Lurah Rappokalling, Laode Ita, terkejut terkait keberatan warga atas pembukaan pintu baru di belakang pagar Kompleks SD Rappokalling,
Menurut Laode, dirinya hanya diundang pihak sekolah menghadiri rapat yang berujung persetujuan membuka pintu baru yang kini ditolak warga.
Kala itu, kata Laode, dirinya mengira rapat tersebut juga dihadiri Ketua RT maupun perwakilan warga di depan pintu baru itu.
"Jadi memang kalau kenyataannya ada warga berkeberatan bisa diminta ke pihak sekolah menutup pintu baru tersebut," ujar Laode saat merespon tuntutan warga.
Usai menerima aduan warga, Laode Ita langsung menemui Kepala SDN Inpres Rappokalling I Dalwiah Dahlan menyampaikan keberatan warga.
Pada pertemuan itu, dia meminta pihak sekolah untuk kembali mempertimbangkan rencana pembukaan pintu baru yang kini bermasalah.
Kepsek Ngotot
Kepala Sekolah Dasar (SD) Inpres Rappokalling I Dalwiah Dahlan mengatakan sudah berkoordinasi Dinas Pendidikan (Disdik) Makassar.
Terkait penolakan warga atas pembukaan pintu baru di antara sekolah yang dipimpinnya dan SD 67 Rappokalling.
"Nanti selanjutnya kami serahkan ke disdik untuk memutuskan. Kami hanya menerima bantuan rehabilitasi pagar tersebut. Urusan kami hanya di dalam sekolah dan di luar pagar terkait lurah dan RW," jelas Dalwiah.
Diapun meminta warga yang merasa berkeberatan membuat surat pernyataan tertulis yang nantinya disampaikan lagi ke Disdik Makassar.
Menurut Dalwiah awalnya pihaknya ingin menutup pintu kecil di belakang pagar dan membelakukan sistem satu pintu sebagai akses keluar masuk murid melalui gerbang utama Jl Rappokalling Raya yang sudah ada selama ini.
Hal tersebut karena keberadaan pintu kecil itu mengganggu aktivitas sekolah dan murid.
Pemberlakuan satu pintu laiknya sekolah lainnya untuk keamanan, ketertiban, termasuk memudahkan pengawasan murid.
Selain itu, sekolah mau membangun WC di balik pintu lama yang akan ditutup.
Di sisi lain beberapa warga juga selama ini ikut terganggu dengan aktivitas pintu lama tersebut gegara PKL, parkir, dan lainnya. (*)
Laporan wartawan Tribun Timur, Saldy
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur: