MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Sepekan setelah aksi demonstrasi yang terus bergulir di Makassar maupun berbagai daerah di Sulsel, forum pimpinan perguruan tinggi Se-Sulsel pun menginisiasi pertemuan. Pertemuan yang dihadiri 22 pimpinan kampus itu berlangsung di Gedung Rektorat Universitas Hasanuddin, Selasa (1/10) sore.
Pimpinan kampus yang hadir ini di antaranya yakni Rektor Unhas Prof Dwia Aries Pulubuhu, Wakil Rektor III Universitas Negeri Makassar, WR III Universitas Islam Negeri Makassar, serta sejumlah petinggi universitas dan sekolah tinggi swasta di Makassar.
Pada pertemuan yang dipimpin Prof Dwia ini juga dihadiri langsung Kapolda Sulsel, Irjen Pol Guntur Laupe bersama jajarannya. Serta Pj Wali Kota Makassar, Iqbal M Suhaeb, dan perwakilan anggota DPRD Sulsel, Arum Spink.
Selama lebih dari dua jam pertemuan berlangsung membahas mengenai dinamika demonstrasi mahasiswa yang berlangsung selama sepekan.
Para pimpinan kampus silih berganti menyampaikan pandangannya termasuk mengkritisi pola penanganan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian.
Baca: Suasana Terkini di Jl Urip Sumoarhjo, Polisi Salat Magrib Berjamaah di Jalan
Baca: Demo Ricuh di Pengadilan Negeri Makassar, Polisi Amankan Pendemo
Baca: BREAKING NEWS: Demo Ricuh Depan Unismuh, 6 Sepeda Motor Milik Polisi Dibakar
Menurut Prof Dwia, perlu kiranya menyusun langkah tepat merespon aksi mahasiswa dengan pendekatan yang lebih manusia. Sebab menurutnya jika demonstrasi ini berkepanjangan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi konflik horisontal antara mahasiswa dengan warga.
"Kami khawatirkan nanti yang terjadi konflik antara mahasiswa dan warga karena kan masyarakat juga jenuh dengan kondisi yang terus menerus ini jika tak ada penanggulangan secara tepat," terangnya.
Sementara itu Wakil Rektor III Universitas Bosowa, Abdul Haris Hamid, meminta pihak kepolisian mengubah cara-cara penanganan demonstran. Menurutnya melalui cara kekerasan akan membuat mahasiswa semakin menunjukan sikap perlawanannya.
"Ada dua kejadian termasuk adanya selongsong gas air mata dalam kampus ini berarti kampus kita yang diserang. Kalau bisa ini bisa diubah pola-polanya," ucapnya.
"Kalau awalnya ada tujuh tuntutannya sekarang sudah bertambah dengan tuntutan baru yakni refresif aparat. Saya tidak menyalahkan polisi tapi kami juga tidak bisa menyalahkan mahasiswa yang menyampaikan aspirasi masyarakat," tambahnya.
Menyikapi hal itu Kapolda Sulsel pun berjanji akan mengevaluasi anggotanya di lapangan. "Ada beberapa sudah kami tegur, tapi kita bersama-sama menyepakati untuk membuat Sulsel ini aman makanya bantu saya Pak, Bu," tuturnya.
Pada pertemuan tersebut disepakati beberapa poin dalam hal meredam tensi demonstrasi. Pertama pihak kampus bersepakat untuk tetap memberikan ruang penyampaian aspirasi kepada mahasiswa namun tetap dalam koridor pengawasan dari masing-masing kampus.
Kedua forum pimpinan kampus ini bersama Polda juga akan menggiatkan pertemuan secara simultan dengan pimpinan kampus maupun pimpinan pengurus BEM atau lembaga kemahasiswaan. Poin terakhir, Forum rektor disepakati menjadi jembatan penyampaian aspirasi terkait poin-poin tuntutan mahasiswa kepada pihak Pemerintah.(*/tribun-timur.com)