TRIBUN-MAROS.COM, MANDAI - Sebanyak 170 pengungsi korban kerusuhan di Wamena, Papua, tiba di Lanud Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Rabu (2/10/2019) siang tadi.
50 orang di antaranya merupakan pengungsi asal Sulawesi Selatan (Sulsel).
Mereka tiba sekitar pukul 13.15 Wita, menggunakan pesawat milik TNI-AU, jenis Hercules A-1305.
Salah seorang pengungsi yang tiba siang tadi, yakni Rahmatia.
Pengungsi asal Kabupaten Takalar, Sulsel.
Saat Tampil di ILC TV One Johnson Panjaitan Minta DPR Temui Demonstran Tolak UU KPK, Ini Profilnya
Pegawai Samsat Pettarani Layani Wajib Pajak dengan Mengenakan Batik
Babak Pertama Arema Vs PSM Berakhir Kacamata, Maitimo Buang Peluang
Ia tiba bersama suaminya, Ruslan, dan seorang putrinya.
Rahmatia mengaku sangat bersyukur, bisa kembali ke kampung halamannya dengan selamat.
Meskipun, rumah, dua unit motor, dan harta bendanya di Wamena, sudah habis dibakar perusuh.
"Semua sudah habis, hanya baju dan celana yang melekat di badan, yang bisa kami selamatkan," kata Rahmatia, kepada tribun-maros.com.
Rahmatia mengaku, kerusuhan yang terjadi pada Senin (23/9/2019) lalu, sangat mengerikan.
Rumah warga rata dengan tanah, gegara dibakar oleh perusuh.
Bukan hanya itu, saat aksi rusuh tersebut, tak sedikit pula warga yang meregang nyawa.
"Saya trauma, jika mengingat batu dan panah beterbangan saat itu. Saya tak mau lagi kembali ke Wamena," tuturnya.
Saat Tampil di ILC TV One Johnson Panjaitan Minta DPR Temui Demonstran Tolak UU KPK, Ini Profilnya
Pegawai Samsat Pettarani Layani Wajib Pajak dengan Mengenakan Batik
Babak Pertama Arema Vs PSM Berakhir Kacamata, Maitimo Buang Peluang
Saat rusuh di provinsi paling timur Indonesia itu, ia mengaku selamat setelah bersembunyi di kandang babi.
Di kandang babi tersebut, ia bersembunyi bersama sekitar 30 orang warga lainnya.
"Hampir 6 jam kami tertahan di kandang babi. Kami baru keluar setelah datang petugas keamanan, yang membawa kami ke kantor polisi," ujarnya, sambil terus terisak.
Rahmatia menambahkan, ia baru merasa lega, saat berada di camp pengungsian.
Ada ribuan warga, kata dia, yang didominasi pendatang, turut mengungsi bersamanya.
"Pakaian yang kami pakai ini, diberikan saat mengungsi di Biak dan Jayapura. Ini kami sangat syukur sekali masih bisa bertahan hidup," ujarnya.
Saat Tampil di ILC TV One Johnson Panjaitan Minta DPR Temui Demonstran Tolak UU KPK, Ini Profilnya
Pegawai Samsat Pettarani Layani Wajib Pajak dengan Mengenakan Batik
Babak Pertama Arema Vs PSM Berakhir Kacamata, Maitimo Buang Peluang
Suami Rahmatia, Ruslan, juga mengaku tak mau lagi kembali ke Wamena.
Motor yang dipakainya bekerja sebagai tukang ojek di Wamena, juga telah dibakar perusuh.
Begitupun dengan kios tempat istrinya berjualan, juga telah rata dengan tanah.
"Kami tak mau lagi kembali, istri dan anak juga sudah trauma. Anak saya rencana pindah sekolah di sini," tuturnya.
Saat ini, Rahmatia sekeluarga beserta pengungsi asal Sulsel lainnya telah dibawa ke Asrama Haji Sudiang, di Kota Makassar.
Di tempat tersebutlah, untuk sementara para pengungsi asal Sulsel ditempatkan, sebelum pulang ke daerahnya masing-masing.
Laporan Wartawan Tribun Timur, @amir_eksepsi
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur: