Yakni tiga rumah yang masing-masing dijadikan tempat penyiksaan, pos komando, dan dapur umum.
Kondisi bangunan tersebut masih dipertahankan seperti keadaannya pada saat G30S terjadi.
Sementara di sisi kiri dan kanan, ada pagar pembatas untuk mencegah pengunjung melemparkan sesuatu ke dalam sumur.
Lokasi lengkap
Melansir dari wikipedia.org Lubang Buaya berlokasi di pinggiran di pinggiran Jakarta dekat Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusumah.
Nama Lubang Buaya sendiri berasal dari sebuah legenda yang menyatakan bahwa ada buaya-buaya putih di sungai yang terletak di dekat kawasan Pondok Gede.
Sejarah
Pada dini hari 1 Oktober 1965, anggota Gerakan 30 September, meninggalkan pangkalan mereka di Lubang Buaya dalam misi untuk menculik tujuh jenderal, semua anggota Staf Umum Angkatan Darat.
Malamnya, mereka kembali membawa mayat tiga jenderal yang terbunuh dalam upaya penculikan serta empat tahanan yang masih hidup.
Para korban kemudian dibunuh, dan ketujuh mayat itu dibuang ke sumur yang tidak digunakan.
Pada 4 Oktober, mayat-mayat itu ditemukan menggunakan peralatan khusus. Suharto secara pribadi mengawasi operasi.
Selama rezim Orde Baru, sebuah upacara yang dihadiri oleh presiden dan pejabat senior diadakan setiap tahun pada tanggal 1 Oktober.
Monumen dan Museum
Rezim Orde Baru membangun sebuah monumen besar, yang dibuka pada tahun 1969, yang disebut "Monumen Pancasila Suci". Ini terdiri dari patung-patung perunggu seukuran: (dari kiri ke kanan) yakni;
- Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
- Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan
- Mayor Jenderal R. Suprapto
- Komandan Angkatan Darat Letnan Jenderal Ahmad Yani
- Mayor Jenderal M. T. Haryono
- Mayor Jenderal Siswondo Parman
- Letnan Satu Pierre Tandean