INNALILLAH, Seorang Mahasiswa di Kendari Tewas Diduga Kena Tembakan Saat Demo Tolak RKUHP

Editor: Ilham Arsyam
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Randi mahasiswa Kendari tewas saat ikut aksi demonstrasi

INNALILLAH, Seorang Mahasiswa di Kendari Tewas Diduga Kena Tembakan Saat Demo Tolak RKUHP

TRIBUN-TIMUR.COM - Innalillahi wainnailahi rojiun. Aksi demonstrasi tolak RKUHP dan Revisi UU KPK memakan korban.

Randi (21) salah satu mahasiswa Universitas Halu Oleo dikabarkan tewas Kamis (26/9/2019).

menurut infotmasi yang dihimpun Tribun Timur, Randi tewas dengan luka tembak di dada kanan.

Randi dilarikan ke Rumah Sakit Korem pada pukul 15.30 Wita, dan dinyatakan meninggal pada pukul 15.45 Wita.

Baca: Ini Argumen Ketua BEM UGM Atiatul Muqtadir yang Bikin Yasonna Laoly Mengerutkan Dahi

Baca: Viral, Video Anak STM Ikut Demo di Depan Gedung DPR RI, Trending Topic di Twitter

“Korban sudah dalam keadaan meninggal dunia. Kita belum bisa memastikan penyebab meninggalnya korban,” ujar Komandan Korem 143/HO, Kolonel Inf. Yustinus kepada awak media di Rumah Sakit Korem.

Selain Randi saat ini terdapat setidaknya 3 korban lainnya, satu dalam keadaan kritis.

Dikutip dari TenggaraNews.com, Kepala Perwakilan Ombudsman Sultra, Mastri Susilo membenarkan peristiwa ini.

“Korban hanya menjalani perawatab 15 menit, lalu dinyatakan meninggal oleh dokter,” ujarnya.

Hingga berita ini diturunkan belum ada konfirmasi langsung dari pihak kepolisian.

Sementara di media sosial sudah beredar gambar yang memperlihatkan jasad Randi dengan luka tembakan.

Rusuh di Kantor DPRD Sulbar, Sejumlah Mahasiswa Diamankan Polisi

Sejumlah mahasiswa yang terlibat kerusuhan saat unjuk rasa di kantor DPRD Sulbar diamankan aparat kepolisian, Kamis (26/9/2019).

Mereka yang diamankan polisi diduga sebagai provikator kericuhan.

Kerusuhan tersebut dipicu sejumlah mahasiswa melakukan pembakaran kursi plastik yang disedikan untuk tamu pelantikan Anggota DPRD di lapangan depan gedung DPRD Sulbar.

Kapolresta Mamuju AKBP Mohammad Rivai Arvan saa dikonfirmasi mengatakan, mahasiswa yang diamankan sebanyak tiga orang, dan beberapa dibawa ke rumah sakit Bhayangkara Mamuju karena mengalami cedera.

Di Depan Hamzah, Ketua Tim Penjaringan DPD II Golkar Bulukumba: Ingin Jamal Jadi Pemimpin Bulukumba

Ini 7 Tempat Wisata dengan Kisah Mistis di Surabaya, Angker! Berani ke Sana?

Terciduk Suami Sah, Sang Istri Histeris Panggil Nama Selingkuhan Mas Suhar, Cek Video!

"Yang jelas anggota saya juga ada satu yang cedera. Yah itu tak masalah karena itulah dinamikan dan resiko pengamanan,"katanya.

Sebelumnya, kata Arvan, menegaskan kepada mahasiswa jika melakukan anarkis akan ditangkap dan ditindak, karena sudah melakukan pelanggaran hukum.

"Kita akan selesaikan dengan kekeluargaan, saya tahu juga adek-adek mahasiswa dalam keadaaan emosi terbakar, tapi ingat ini melanggar hukum, jadi saya minta mereka berhenti,"ujarnya.

Arvan juga menegaskan, jika ditemukan anggotanya salah akan ditindak, namun jika benar karena melakukan penangkapan akan ia belah.

"Terima kasih yang tidak melakukan anarkis, yang anarkis tolong pikir-pikir lagi lah, karena negaea ini punya kita sendiri,"katanya.

Akibat sejumlah mahasiswa yang terlibat kerusuhan saat unjuk rasa di kantor DPRD Sulbar,Kamis (26/9/2019). (nurhadi/tribunmamuju.com)

Arvan menuturkan, pihaknya sudah membangun komitmen dengan mahasiswa sebelum turun di jalan untuk tidak melakukan anarkis dengan syarat keinginan mereka untuk menemui pimpinan DPRD Sulbar setelah pelantikan.

"Saya juga berjanji , akan buat nyaman mereka dalam menyampaikan orasi. Polisi bahkan saya suruh mundur di pintu masuk," katan6ya.

"Itu untuk memenuhi keinginan mereka masuk di halaman gedung DPRD. Untuk menemui tujuanny. Bahkan ada pak Kapolda dan Danrem ikut temui mereka,"ucap Arvan.

Arva mengarakan anarkis disebabkab, mahasiswa tidak sabaran. Sebab surat yang mereka minta sudah dibuat namun belum ditanda tangani oleh pimpinan DPRD, karena keburu pulang.

"Sebenarnya tidak susah, tinggal diantara lagi, karena tidak sabar sambil menunggu, ada yang bakar kursinya tamu yang disewa oleh DPRD, orang yang punya kursi itu ada disitu," katanya.

"Sehingga melawan, akibatnya ribut, datang polisi melarai. Nah yang melakukan pembakaran ditangka polisi, kalau melawan yang dilumpuhkan,"tuturnya.

Di Depan Hamzah, Ketua Tim Penjaringan DPD II Golkar Bulukumba: Ingin Jamal Jadi Pemimpin Bulukumba

Ini 7 Tempat Wisata dengan Kisah Mistis di Surabaya, Angker! Berani ke Sana?

Terciduk Suami Sah, Sang Istri Histeris Panggil Nama Selingkuhan Mas Suhar, Cek Video!

Soal beberapa yang cedera hingga dibawa ke rumah sakit, menurutnya, itu adalah bagian dari resiko, sebab melakukan perlawanan saat berusaha ditenangkan.

"Cobe berhenti dan diam, apa dipukul, kan tidak. Anggota saya juga ada yang cedera bagian hidungnya,"ujarnya.

Arvan mengaku menyesalkan tindakan sejumlah mahasiswa, sehingga pihaknya menghimbau mahasiswa untuk pulang.

"Kita suruh pulang, saya katakan kalian melanggar komitmen yang kita buat semalam, makanya saya suruh anggota usir semua," ujar dia.

"Sudah kalian pulang, setelah itu nanti kita bicarakan, pokoknya kita selesaikan semua,"tuturnya.

Sebelumnya Kapolri Tito Karnavian menegaskan, tak ada mahasiswa atau pelajar yang meninggal dunia dalam aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR dalam beberapa hari terakhir.

"Tidak ada pelajar atau mahasiswa yang saya ketahui."

"Yang meninggal dunia dalam bentrok atau dalam demo yang damai di sekitar DPR," ujarnya, dalam konferensi pers di Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2019).

Berdasarkan informasi yang diterimanya, Kapolri mengungkapkan ada satu perusuh yang awalnya ditemukan pingsan di kawasan Slipi, Jakarta Barat.

Perusuh itu ditemukan pasca-bentrokan TNI-Polri dengan para perusuh lainnya, karena adanya perusakan kendaraan, fasilitas umum, dan pelemparan batu.

Mantan Kapolda Metro Jaya itu mengatakan, akhirnya perusuh yang pingsan itu dibawa oleh aparat kepolisian menuju RS Polri untuk mendapatkan pertolongan.

"Yang saya dapat informasi bahwa tadi malam daerah Slipi itu memang ada bentrok antara pasukan TNI-Polri dengan masyarakat perusuh."

"Kemudian informasinya ada yang pingsan dan kemudian dibawa ke RS Polri," kata dia.

Jenderal bintang empat itu kemudian mengonfirmasi perusuh tersebut dinyatakan meninggal dunia pagi tadi.

Namun, ia menegaskan kematian perusuh tersebut tidak disebabkan oleh peluru tajam, peluru karet, ataupun penganiayaan.

Menurutnya, perusuh itu diduga kekurangan oksigen saat melalukan aksinya.

"Informasinya sementara ini yang saya terima pagi tadi, yang bersangkutan meninggal dunia bukan pelajar, bukan mahasiswa, tapi kelompok perusuh itu."

"Dan tidak satu pun luka tembak dan luka bekas penganiayaan, tidak ada."

"Karena saya juga sudah memerintahkan untuk tidak ada. Termasuk peluru tajam, peluru karet juga tidak," tegas Tito Karnavian.

"Sehingga, diduga hasil pemeriksaan sementara, kemungkinan besar kekurang oksigen karena saat itu padat sekali masyarakat atau mungkin ada gangguan lain, fisiknya di dalam tubuhnya," bebernya.

Sebelumnya, Tito Karnavian mengatakan unjuk rasa berujung ricuh di depan Gedung DPR yang terjadi beberapa hari terakhir, mirip kerusuhan 21-22 Mei 2019.

"Ini mirip dengan pola kerusuhan 21-23 Mei, dimulai sore hari dan berlangsung sampai malam hari."

"Dan ini kita lihat cukup sistematis, artinya ada pihak-pihak yang mengatur ini," ujarnya saat konferensi pers di Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2019).

Ia menilai ada perubahan dalam unjuk rasa dua hari terakhir yang dilakukan oleh mahasiswa dan pelajar.

Menurutnya, unjuk rasa awalnya berlangsung dengan carra-cara damai, namun kemudian berubah menjadi anarkis.

"Dalam dua hari terakhir ini berganti anarkis, ditandai dengan adanya perusakan, pembakaran, penutupan jalan, penganiayaan terhadap petugas."

"Lempar batu, flare, roket mercon, molotov yang juga diamankan di Polda Metro Jaya," tuturnya.

Mantan Kapolda Metro Jaya itu mengatakan, ada indikasi kelompok tertentu berusaha memanfaatkan aksi unjuk rasa tersebut.

Tito Karnavian menilai para oknum tersebut tak menyuarakan suaranya terkait penolakan terhadap sejumlah RUU, namun justru bermuatan politis.

"Kita melihat ada perubahan dua hari ini, dari cara damai jadi anarkis."

"Ada indikasi kelompok yang lakukan aksi-aksi ini, yang murni awalnya dari teman-teman mahasiswa, kemudian ada pihak yang memanfaatkan untuk agenda lain."

"Bukan agenda RUU ini, tapi agenda politis," tegasnya.

 (tribun-timur.com)

Berita Terkini