TRIBUN-TIMUR.COM, SUNGGUMINASA - Sekelompok pemuda menggelar aksi unjuk rasa terkait kasus kebakaran yang marak di dataran tinggi Kabupaten Gowa, Senin (2/9/2019) siang.
Aksi unjuk rasa ini berlangsung di dua titik. Pertama di depan Kantor Bupati Gowa lalu dilanjutkan di depan Kantor DPRD Kabupaten Gowa.
Jamkrindo Syariah Sabet Penghargaan TOP GRC 2019
Napi Rutan Majene Ajarkan Kerajinan ke Warga Polman
Alasan Aliyah Janda Muda Asal Bali Rela Dihamili Seorang Bule, padahal Punya Istri, Cek Kronologinya
Najwa Shihab Dikenal Tegas Tapi Lihat Ekspresinya Saat Wawancarai The Sacred Riana
Mundur Setelah Ada Informasi Pencopotan, Pengurus Gerindra Maros Pertahankan Ilyas Cika
Pengunjuk rasa ini mengatasnamakan diri sebagai Ikatan Pemuda Peduli Bencana (IPPB). Mereka mendesak pengadaan armada kebakaran untuk dataran tinggi.
Koordinator aksi, Alif Munandar mengatakan, pihaknya menyampaikan dua tuntutan dalam aksi unjuk rasa itu.
Pertama, meminta Pemkab Gowa untuk memperdakan mobil pemadam kebakaran untuk wilayah dataran tinggi. Khususnya Biringbulu, tompobulu, tinggimoncong
" Kami meminta Pemkab Gowa merealisasikan tuntutan kami. Jangan tutup mata melihat kebakaran di dataran tinggi," katanya kepada Tribun Timur, Senin (2/9/2019).
Kedua, pengunjuk rasa juga meminta DPRD Kabupaten Gowa turut memperhatikan nasib warganya di dataran tinggi.
"Aksi ini kami lakukan atas rasa kepedulian kepada saudara kita di dataran tinggi," beber Alif Munandar yang merupakan pemuda Kecamatan Somba Opu.
Kasus kebakaran tampaknya menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
Armada Kebakaran Kabupaten Gowa sulit menjaukan permukinan warga di dataran tinggi ini. Rumah warga yang terbakar sering kali berujung hangus dan rata dengan tanah.
Salah satu contohnya adalah kasus kebakaran yang terjadi di Lingkungan Batu Raga Kelurahan Tonrorita Kecamatan Biringbulu, Sabtu (31/8/2019) lalu.
Rumah panggung milik warga, H Arasa (70), hangus dilalap api. Seluruh harta bendanya tak satupun yang terselamatkan.
Begitu pula dengan satu kuda ekor yang ada dalam kolom rumah. Harganya mencapai Rp17 juta.
Pemadam api dilakukan dengan peralatan yang seadanya oleh warga setempat.
Untungnya rumah tetangga korban yang berada di sebelah Utara tidak ikut terbakar. Begitupun dengan rumah Daeng Sallang di sebelah selatan.
"Banyak warga datang membantu menyiram kobaran api," kata Nurdin Nakku Daeng Bundu, salah seorang warga sekitar kepada Tribun, Minggu (1/9/2019) kemarin.
Pemadam kebakaran dari Pemkab Jeneponto sempat datang. Namun rumah korban telah rata dengan tanah. Tak ada korban jiwa akibat kebakaran ini.
Daeng Bundu menuturkan, pemadaman api dilakukan langsung oleh warga sekitar. Itupun menggunakan peralatan seadanya karena ketiadaan armada kebakaran. Alat seadanya itu seperti ember ataupun pompa racun.
Daeng Bundu bahkan menyebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jeneponto dinilai lebih peduli kepada warga Biringbulu dibandingkan Pemkab Gowa.
"Mengapa lebih ada perhatian Pemkab Jeneponto dibanding Pemkab Gowa. Apakah pihak berwenang tidak merasa iba melihat kasus seperti itu," katanya.
Hal serupa juga terjadi di Dusun Pataeng Desa Taring, pada Kamis (29/8/2019) dua hari sebelumnya. Lahan persawahan dan perkebunan di sekitar permukiman warga terbakar.
Pemadaman api hanya dilakukan dengan oleh warga setempat dengan peralatan seadanya. Seperti ember dan pompa racun.
Tanggapan Dinas Damkar Gowa
Kepala Dinas Kebakaran Kabupaten Gowa Rostam Razak mengakui, wilayah Kecamatan Biringbulu masih sulit dijangjau.
Rostam menyebut, jika Dinas Damkar Gowa memiliki keterbatasan armada.
Untuk mengirim armada kebakaran membutuhkan beberapa jam agar sampai ke lokasi.
Sementara rumah yang terbakar bisa rata dengan tanah tak cukup satu jam.
"Kita tidak bisa jangkau kalau ada kebakaran, rumah dilalap api tak cukup satu jam. Sementara mobil kita butuh beberapa jam untuk sampai ke sana," katanya ketika dikonfirmasi Tribun.
Menurutnya, Pemkab Gowa hanya bisa meminta bantuan Pemkab Takalar ataupun Jeneponto selama ini. Sebab, armada dua daerah itu bisa lebih cepat datang dibanding Pemkab Gowa.
Rostan menyebut, solusi yang bisa dilakukan Pemkab Gowa saat ini hanya memberikan pelatihan kepada warga sekitar soal cara tanggap menghadapi kebakaran. Warga dilatih memadamkan api apabila ada kebakaran. (*)
Laporan Wartawan Tribun Timur @bungari95
Langganan berita pilihan
tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:
Jamkrindo Syariah Sabet Penghargaan TOP GRC 2019
Napi Rutan Majene Ajarkan Kerajinan ke Warga Polman
Alasan Aliyah Janda Muda Asal Bali Rela Dihamili Seorang Bule, padahal Punya Istri, Cek Kronologinya
Najwa Shihab Dikenal Tegas Tapi Lihat Ekspresinya Saat Wawancarai The Sacred Riana
Mundur Setelah Ada Informasi Pencopotan, Pengurus Gerindra Maros Pertahankan Ilyas Cika