Bahkan menurut L, mereka tidak segan-segan memukul.
"Segala upaya dilakukan mereka mulai dari mop (ancaman) memeras dan menakuti-menakuti. Kalau yang saya alami, masing-masing punya peran berbeda. Cewek pertama, sebagai umpan. Cewek kedua tukang pukul dan banci sebagai penghasut," katanya menjelaskan.
"Mereka minta uang atau jaminan apalah. Entah itu HP, motor atau lain sebagainya. Mereka akan manggil temen lainya dari kamar sebelah untuk mengogap. Saya kemarin mau pijat dengan perjanjian Rp 100 ribu, tapi itu kita tanpa busana begitu juga dengan si cewek. Itu sebagai syarat. Untuk kamar telah disediakan oleh laki-laki berwatak perempuan itu. Saya tidak bisa buat LP dikarenakan saya tidak jadi uang keluar karena sudah sempat ribut," lanjut L mengatakan.
Setelah kejadian tersebut, L mengaku bahwa dirinya juga menyelidiki motif-motif seperti yang dialaminya.
"Kalau saya rasa komplotan mereka ini seperti sudah biasa berurusan dengan polisi karena saat kejadian kemarin mereka gak takut saat saya hendak membuat laporan. Mereka ini biasanya ngumpul di Gran Central lantai 5, Sriwijaya lantai III, rame mereka di situ," katanya mengungkapkan.
Motif dengan menggunakan media online sebagai wadah transaksi terbilang sangat besar perannya.
Hal tersebut juga dialami korban lainnya yang berinisial A pada Kamis (22/8/2019) lalu.
Dirinya menjadi korban setelah berkenalan dengan seorang wanita di aplikasi MiChat.
"Awalnya aku kenal lewat MiChat. Dia open BO di situ. Jadi aku chat dia, open ga hari ini ? Kata dia, iya bang. Mau kapan bang? Jadi saya bilang sekarang bisa," ucapnya.
Setelah komunikasi tersebut, A mengaku bahwa dirinya pun melakukan transaksi terkait tarif.
"Terus aku tanya harga. Dia buka Rp 600 ribu. Karena mahal sekali aku minta kurang menjadi Rp 200 ribu. Wanita tersebut menyanggupinya. Setelah ketemu dan kusuk tiba-tiba ia marah karena aku kasih Rp 200 ribu. Jadi dibilangnya, 'gak segini lah bang. Cuma uang kamar aja ni Rp 200 ribu'. Namanya aku mesan dia, tamu kan? Kalau dari awal dia bilang di aplikasi harga berbeda kan pasti kutolak. Dia gak terima aku bayar Rp 200 ribu. Setelah aku keluar, ku lihat udah rame sama germonya," kata A.
Saat disinggung soal berapa orang yang menjumpai korban, A mengaku sekitar 7 hingga 8 orang.
A juga mengaku ingat dengan ciri-cirinya.
"Ada yang tatoan. Cewek itu ngomong, udah bang, bayar aja. Nanti abang bulat di sini atau panjang urusannya ke Medan Baru karena kasus asusila. Kasih aja jaminan, jika tidak ada duit Rp 1 juta. Terakhir aku terpaksa mengasih uang Rp 1 juta. Mendengar ancaman mereka pada saat itu bahwa kejadian serupa sering terjadi bahkan ada gadai sepeda motor bahkan cerai dari istri," katanya pungkas.
Terkait tiga korban yang diduga korban pemerasan dengan kedok kusuk plus-plus Tribun Medan kemudian mencoba konfirmasi terkait hal tersebut kepada Kasatreskrim Polrestabes Medan AKBP Putu Yudha Prawira.