TRIBUN-TIMUR.COM - LENGKAP tata cara, niat Salat Idul Adha 1440 H, Beda Bacaan Imam makmum, Jumlah Takbir dan Rakaat
Jangan sampai salah dan mengurangi amalan salat, berikut ini panduan lengkap Salat Idul Adha atau ied 1440 H / 2019.
Mulai dari lafadz niat, tata cara, jumlah takbir dan rakaat, serta beda bacaan imam dan makmun.
Pelaksanaan shalat Idul Adha berlangsung pada pagi hari ini, Ahad (11/8/2019), berikut tata cara dan niat dibaca.
Panduan lengkap, tata cara, niat shalat Idul Adha atau ied.
Baca: Tata Cara, Niat Shalat Idul Adha atau Ied 1440 H/2019, Jumlah Takbir dan Rakaat, Makmum dan Imam
Baca: Tambah Wawasan Sejarah dengan Mengunjungi Pameran Foto Jalan Terjal Kedaulatan di Rotterdam
Baca: Kopumdag dan Agen Operasi Pasar LPG, Hari ini Lokasinya di Tiga Kecamatan
Berikut tata cara shalat Idul Adha yang jatuh pada Minggu, 11 Agustus 2019 atau 10 Dzulhijjah 1440 H, lengkap beserta artinya.
Momen Idul Adha menjadi simbol ketakwaan dan kecintaan umat Islam kepada Allah SWT.
Meskipun termasuk sunnah, tata cara shalat Idul Adha harus dilakukan dengan lengkap dan sebaik-baiknya.
Setelah melaksanakan shalat Idul Adha, umat Islam akan melaksanakan penyembelihan hewan kurban.
Untuk menjalankan ibadah, diperlukan suatu niat agar ibadah tersebut menjadi khusyuk.
Tak kalah penting adalah tata cara shalat yang dianjurkan agar mencapai keutamaan ibadah.
Shalat Idul Adha dilaksanakan dalam dua rakaat dan setiap rakaat terdapat bacaan-bacaan khusus.
Berikut ini bacaan niat dan tata cara shalat Idul Adha:
أُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى (مَأْمُوْمًا\إِمَامًا) للهِ تَعَــــــــالَى
Ushallî rak‘ataini sunnata-li ‘îdil adl-hâ (ma’mûman/imâman) lillâhi ta‘âlâ
Terjemahannya, “Aku niat melaksanakan shalat sunnah Idul Adha (sebagai makmum/imam) karena Allah Ta‘âlâ.”
Atau bisa lebih lengkap:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ (مَأْمُوْمًا\إِمَامًا) للهِ تَعَالَى
Ushallî sunnata-li ‘îdil adl-hâ rak‘ataini mustaqbilal qiblati (ma’mûman/imâman) lillâhi ta‘âlâ
Terjemahannya, “Aku niat melaksanakan shalat sunnah Idul Adha dua rakaat, menghadap kiblat (sebagai makmum/imam) karena Allah Ta‘ala.”
Lafal niat dibaca menjelang takbiratul ihram.
Lafal niat juga bisa menggunakan bahasa lokal yang melakukan shalat.
Sebagai catatan, kedudukan lafal niat hanyalah sekunder alias membantu orang yang hendak melaksanakan shalat agar lebih mantap dan fokus pada niatnya.
Sementara yang primer tetaplah getaran batin tentang shalat Idul Adha itu sendiri.
Imam Ramli mengatakan:
وَيُنْدَبُ النُّطْقُ بِالمَنْوِيْ قُبَيْلَ التَّكْبِيْرِ لِيُسَاعِدَ اللِّسَانُ القَلْبَ وَلِأَنَّهُ أَبْعَدُ عَنِ الوِسْوَاسِ وَلِلْخُرُوْجِ مِنْ خِلاَفِ مَنْ أَوْجَبَهُ
“Disunnahkan melafalkan niat menjelang takbir (shalat) agar lisan dapat membantu (kekhusyukan) hati, agar terhindar dari gangguan hati dank arena menghindar dari perbedaan pendapat yang mewajibkan melafalkan niat”. (Nihayatul Muhtaj, juz I,: 437)
Baca: Curhat Sedih sang Pacar YouTuber Luthfi Ramadhan Inginku Kau Memelukku Sampai Aku Ikhlas Melepasmu
Baca: TRIBUNWIKI: Daftar 6 Film Layar Lebar yang Sedang Tayang di Bioskop XXI Panakukkang
Baca: Studio XXI MaRI Tayangkan Empat Film Layar Lebar, Ini Sinopsis dan Jadwalnya
Niat adalah sesuatu yang sangat pokok dalam pelaksanaan ibadah.
Tidak sah ibadah seseorang yang tidak disertai dengan niat. Niat terletak di dalam hati, yang menandakan adanya kesengajaan dalam menunaikan ibadah tertentu.
Menurut Madzhab Syafi‘î, niat berarti sengaja melakukan sesuatu yang dilaksanakan berbarengan dengan aktivitas pertama saat shalat.
Artinya, dalam konteks shalat Idul Adha, jika melafalkan niat dilakukan sebelum takbiratul ihram maka niatnya itu sendiri dilaksanakan dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.
Selamat merayakan Idul Adha 2018 bagi umat muslim.
Tata Cara Shalat Ied
Berikut tata cara shalat id secara tertib sebagai mana disarikan dari kitab Fashalatan karya Syekh KHR Asnawi, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama asal Kudus.
Pertama, shalat id didahului niat yang jika dilafalkan akan berbunyi “ushallî rak‘ataini sunnata li ‘îdil adlhâ” kalau dilaksanakan sendirian.
Ditambah “imâman” kalau menjadi imam, dan “makmûman” kalau menjadi makmum.
أُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى (مَأْمُوْمًا\إِمَامًا) لِلهِ تَعَــــــــالَى
Terjemahannya, “Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”
Kedua, takbiratul ihram sebagaimana shalat biasa. Setelah membaca doa iftitah, takbir lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama. Di antara takbir-takbir itu dianjurkan membaca:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Terjemahannya, “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”
Atau boleh juga membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Terjemahannya, “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”
Ketiga, membaca surat al-Fatihah.
Setelah melaksanakan rukun ini, dianjurkan membaca Surat al-Ghâsyiyah.
Berlanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.
Keempat, dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak lima kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan “allâhu akbar” seperti sebelumnya.
Di antara takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua.
Baca: Curhat Sedih sang Pacar YouTuber Luthfi Ramadhan Inginku Kau Memelukku Sampai Aku Ikhlas Melepasmu
Berlanjut ke ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.
Kelima, setelah salam, jamaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan khutbah idul adha terlebih dahulu hingga rampung. Kecuali bila shalat id ditunaikan tidak secara berjamaah.
Pada momen idul adha, umat Islam dianjurkan memperbanyak takbir.
Takbiran dilaksanakan sejak bakda shubuh pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga selesainya hari tasyriq, yakni 11, 12, 13 Dzulhijjah. Takbiran hari raya Idul Adha dilakukan tiap selesai shalat fardhu.(*)
Ini 10 Adab Disunnahkan Sebelum dan Sesudah Salat Idul Adha 1440 H Dicontohkan Nabi Muhammad SAW
Salah satu hari raya umat muslim adalah Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban.
Perayaan Hari Raya Idul Adha ini ditandai salah satunya dengan pelaksanaan salat Idul Adha.
Untuk wilayah di Indonesia, Hari Raya Idul Adha dirayakan secara serentak pada Ahad, 11 Agustus 2019.
Hukum Salat Idul Adha adalah Sunnah Muakad atau Sunnah yang dikuatkan untuk dilaksanakan.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan adab yang baik dilakukan pada saat perayaan Idul Adha 1440 Hijriah.
Sebagai umat muslim jika melaksanakannya, maka Allah SWT akan mengganjar kita dengan pahala sunnah.
Agar di Hari Raya Idul Adha berlimpah pahala, maka ada beberapa adab yang harus diikuti sebelum shalat Idul Adha di masjid maupun di lapangan.
Berikut ini adab saat kita akan melakukan salat Hari Raya Idul Adha yang baik jika kita amalkan:
1. Mandi besar
Dari Nafi’, beliau mengatakan bahwa Ibnu Umar radliallahu ‘anhuma mandi pada hari Idul Fitri sebelum berangkat ke lapangan. (HR. Malik dan asy-Syafi’i dan sanadnya shahih)
Dibolehkan untuk memulai mandi hari raya sebelum atau sesudah subuh.
Ini adalah pendapat yang kuat dalam Madzhab Syafi’i dan pendapat yang dinukil dari Imam Ahmad.
2. Memakai wangi-wangian bagi pria
Dari Ibnu Abbas, bahwa pada suatu saat di hari Jumat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya hari ini adalah hari raya yang Allah jadikan untuk kaum muslimin. Barangsiapa yang hadir jumatan, hendaknya dia mandi. Jika dia punya wewangian, hendaknya dia gunakan, dan kalian harus gosok gigi.” (HR. Ibn Majah dan dihasankan al-Albani)
3. Mengenakan pakaian yang paling bagus
Dari Ibnu Umar, beliau mengatakan: Umar bin Khathab pernah mengambil jubah dari sutra yang dibeli di pasar.
Kemudian dia datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
"Ya Rasulullah, saya membeli ini, sehingga engkau bisa berhias dengannya ketika hari raya dan ketika menyambut tamu. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menolaknya karena baju itu terbuat dari sutra. (HR. Bukhari, Muslim, dan an-Nasa’i)
4. Tidak Makan Sampai Pulang dari Salat Idul Adha
Dari hadist riwayat At Turmudzi, Ibn Majah, dan dishahihkan al-Albani, diriwayatkan
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berangkat menuju salat Idul Fitri sampai beliau makan terlebih dahulu, dan ketika Idul Adha, beliau tidak makan sampai salat dahulu."
5. Berjalan kaki ke lapangan dengan penuh ketenangan
Dari hadist riwayat Ibnu majah dan dishahihkan al-Albani diriwayatkan:
"Dari sa’d radliallahu ‘anhu, bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju lapangan dengan berjalan kaki dan beliau pulang juga dengan berjalan."
6. Mengambil jalan yang berbeda ketika pulang
Anjuran ini didasarkan pada kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah Muhamad SAW.
7. Tidak ada salat sunnah sebelum ataupun sesudah salat Id
Dari hadist riwayat HR. Bukhari dan Al-baihaqi diriwayatkan:
"Dari Ibn abbas,Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju lapangan ketika Idul Fitri, kemudian shalat dua rakaat. Tidak shalat sunah sebelum maupun sesudahnya. Dan beliau bersama Bilal."
8. Bertakbir saat hendak ke lapangan untuk Salat Id
Anjuran ini didasarkan pada kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah Muhamad SAW.
9. Mendengarkan khutbah setelah salat Id
Dari hadist riwayat Abu Dawud, An Nasai Dan Ibnu Majah diriwayatkan:
Mendengarkan khutbah setelah salat Id adalah sunah, ini didasarkan pada hadits shahih, bahwasanya Rasulullah bersabda:
”Sesungguhnya kami berkhutbah, barang siapa yang mendengarkannyamaka duduklah dan barang siapa yang ingin pergi maka pergilah.”
10. Wanita haid tetap menuju ke lapangan
Dari Ummu ‘Athiyah radliallahu ‘anha mengatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mengajak keluar gadis yang baru baligh, gadis-gadis pingitan, dan orang-orang haid untuk menghadiri shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
Saya bertanya: Ya Rasulullah, ada yang tidak memiliki jilbab? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Hendaknya saudarinya meminjamkan jilbabnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Saat wanita hendak menuju lapangan, diwajibkan mengenakan jilbab. (Wahyu Ardianti Woro Seto)