Lama Tak Terlihat, Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab dan Menantu Tiba-tiba Muncul, Lihat Buktinya

Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Habib Rizieq Shihab

TRIBUN-TIMUR.COM - Lama tak terlihat, Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab dan menantu tiba-tiba muncul, lihat buktinya.

Kabar terbaru Habib Rizieq Shihab dari Tanah Suci, Mekkah, Arab Saudi.

Dia menghadiri pemakaman ulama kharismatik, Mbah Moen.

Imam Besar Front Pembela Islam ( FPI ) Habib Rizieq Shihab hadir pada acara pemakaman KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.

Bahkan menantu dari Habib Rizieq Shihab, Habib Hanif bin Abdurrahman Alatas turut mengangkat jenazah Mbah Moen.

Habib Rizieq Shihab terlihat hadir saat pemakaman KH Maimoen Zubair.

Kehadiran Habib Rizieq Shihab terlihat dalam sebuah video singkat yang tersebar melalui media sosial Twitter.

Pun saat Habib Hanif bin Abdurrahman Alatas mengangkat jenazah KH Maimoen Zubair.

Jenazah Mbah Moen dishalatkan di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi sekitar pukul 12.00 waktu setempat.

Selanjutnya, jenazah KH Maimoen Zubair disemayamkan di pemakaman Ma'la, Mekkah.

Dalam video yang tersebut, terlihat Habib Rizieq Shihab di tengah kerumunan orang yang hadir.

Habib Rizieq Shihab terlihat mengenakan pakaian serba putih lengkap dengan penutup kepala yang berwarna senada.

Habib Rizieq Shihab terlihat dibantu sejumlah orang untuk berjalan ke barisan paling depan.

Pemakaman Mbah Moen di Ma'la, Mekkah. (TRIBUNNEWS.COM/MUHAMMAD HUSEIN SANUSI)

"Subhanallah. Habib Rizieq menghadiri acara pemakaman Kh. Maimoen Zubair, Talqin dibacakan oleh menantu beliau Hb Hanif Alatas, serta doa Oleh Habib Rizieq Syihab di Makkah sekitar maqam Sayidah Khodijah ( Istri Nabi Muhammad Saw," demikian ditulis admin akun Twitter @PutraErlangga_ dalam kicauannya.

Admin akun Twitter @FPI_BelaIslam juga mem-posting video Habib Hanif bin Abdurrahman Alatas tengah mengangkat jenazah Mbah Moen.

Habib Hanif bin Abdurrahman Alatas terlihat mengangkat jenazah KH Maimoen Zubair menuju ke ambulans.

"Habib Hanif Alatas, Menantu Imam Besar Habib Rizieq (Ketua Umum DPP Front Santri Indonesia), ikut angkat Jenazah Alm. KH. Maemun Zubair menuju Ambulance," demikian ditulis sebagai kicauan keterangan.

Mbah Moen atau KH Maimoen Zubair tutup usia pada Selasa (6/8/2019) di Mekkah.

Beliau wafat saat melaksanakan rangkaian ibadah haji.

Tokoh Nahdlatul Ulama ini menghembuskan nafas terakhir pada Selasa (6/8/2019) di Mekkah, pukul 04.17 waktu setempat.

Sebelum dimakamkan, jenazah Mbah Maimoen terlebih dahulu disemayamkan di Kantor Urusan Haji Indonesia di Mekkah.

Jenazah Mbah Maimoen kemudian diantarkan ke peristirahatan terakhirnya di pemakaman Al Ma'la.

Jika Wafat di Tanah Suci

Disalin dari laman KonsultasiSyariah.com melalui artikel Meninggal di Tanah Haram, Mati Syahid?, terdapat anjuran untuk mati di tempat mulia dan memakamkan jenazah di tempat mulia, yang memiliki keistimewaan, seperti di Tanah Suci Mekkah atau Madinah, Arab Saudi.

Dalam hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَمُوتَ بِالْمَدِينَةِ فَلْيَمُتْ بِهَا ؛ فَإِنِّي أَشْفَعُ لِمَنْ يَمُوتُ بِهَا

Siapa yang bisa meninggal di Madinah, silahkan meninggal di Madinah. Karena aku akan memberikan syafaat bagi orang yang meninggal di Madinah. (HR. Turmudzi 3917, dishahihkan an-Nasai dalam Sunan al-Kubro (1/602) dan al-Albani )

Apa makna bisa meninggal di Madinah?

Berikut keterangan at-Thibby,

أمر بالموت بها وليس ذلك من استطاعته ، بل هو إلى الله تعالى ، لكنه أمر بلزومها والإقامة بها بحيث لا يفارقها ، فيكون ذلك سببا لأن يموت فيها

“Mati di Madinah, itu di luar kemampuan manusia. Akan tetapi itu kembali kepada Allah. Sehingga makna hadis ini adalah perintah untuk tinggal menetap di Madinah, berusaha tidak meninggalkan kota ini. Sehingga ini menjadi sebab untuk bisa mati di Madinah.” (Tuhfatul Ahwadzi, 10/286)

Al-Munawai menukil keterangan as-Syamhudi,

وفيه بشرى للساكن بها بالموت على الإسلام لاختصاص الشفاعة بالمسلمين ، وكفي بها مزية ، فكل من مات بها فهو مبشر بذلك

Dalam hadis ini terdapat kabar gembira bagi orang yang tinggal di Madinah, mereka akan mati muslim. Karena syafaat hanya akan diberikan kepada kaum muslimin. Dan itu menjadi keistimewaan tersendiri. Karena setiap orang yang mati di Madinah, dia mendapat kabar gembira untuk itu. (Faidhul Qadir, 6/70).

Mereka Bercita-cita Wafat di Tanah Suci

Di antaranya Nabi Musa ‘alahis salam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan permintaan Musa ‘alaihis salam ketika didatangi malaikat maut,

سَأَلَ اللَّهَ أَنْ يُدْنِيَهُ مِنْ الْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ رَمْيَةً بِحَجَرٍ

Beliau memohon kepada Allah, agar kematiannya di dekatkan dengan Tanah Suci (baitul maqdis) sejauh lemparan kerikil. (HR Bukhari 1339 dan Muslim 2372)

Ibnu Batthal menjelaskan,

معنى سؤال موسى أن يدنيه من الأرض المقدسة – والله أعلم – لفضل من دُفن في الأرض المقدسة من الأنبياء والصالحين ، فاستحب مجاورتهم في الممات ، كما يستحب جيرتهم في المحيا

Makna permintaan Musa agar kematiannya di dekatkan dengan Tanah Suci adalah karena adanya keutamaan orang yang dimakamkan di Tanah Suci, seperti para nabi dan orang soleh lainnya. Sehingga dianjurkan untuk mati di dekat mereka, sebagaimana dianjurkan untuk berdampingan dengan mereka ketika hidup. (Syarh Shahih Bukhari, 3/325)

Demikian pula yang dilakukan Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu.

Beliau pernah berdoa,

اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ ، وَاجْعَلْ مَوْتِي فِي بَلَدِ رَسُولِكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Ya Allah, berikanlah aku anugrah mati syahid di jalan-Mu, dan jadikanlah kematianku di tanah Rasul-Mu shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR Bukhari 1890)

Kata an-Nawawi,

يستحب طلب الموت في بلد شريف

Dianjurkan untuk meminta mati di daerah yang mulia. (al-Majmu’, 5/106).

Umar juga memohon, agar jenazahnya dimakamkan di samping makan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar as-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Seperti itu pula yang dilakukan sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash dan Said bin Zaid. Diceritakan oleh Imam Malik, bahwa beliau meninggal di daerah Aqiq, lalu jenazahnya dipindah ke Madinah, dan dimakamkan di Madinah. (al-Muwatha’, 2/325 dan dishahihkan Ibnu Abdil Bar dalam al-Istidzkar)

Tidak Semua Syahid

Keterangan di atas untuk menunjukkan keutamaan meninggal di Tanah Suci.

Seperti meninggal di Tanah Haram, terutama Madinah karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjanjikan, muslim yang meninggal di Madinah akan mendapat syafaat dari beliau.

Sementara apakah mereka mati syahid?

Untuk bisa disebut mati syahid, harus ada dalil karena  predikat syahid adalah predikat khusus.

Hanya bisa diberikan, jika ada dalil.

Keutamaan Wafat Ketika Ihram

Orang yang wafat dalam kondisi ihram, baik ketika haji atau umrah, memiliki keutamaan khusus.

Orang ini di hari kiamat akan dibangkitkan dalam kondisi membaca talbiyah, ‘Labbaik Allahumma labbaik…’

Karena itu, jenazahnya tidak boleh diberi wewangian dan tidak boleh ditutup kepalanya.

Dipertahankan seperti orang yang ihram.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bercerita,

Ada orang yang ikut wukuf bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Arafah, tiba-tiba ada orang yang terpelanting  dari ontanya, jatuh, hingga lehernya patah.

Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan,

اغْسِلُوهُ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ، وَكَفِّنُوهُ فِي ثَوْبَيْنِ، وَلا تَمَسُّوهُ طِيباً، وَلا تُخَمِّرُوا رَأْسَهُ وَلا تُحَنِّطُوهُ، فَإِنَّ اللهَ يَبْعَثُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ مُلَبِّياً

Mandikan dia dengan air dan bidara. Jangan dikasih wewangian, dan jangan ditutupi kepalanya. Karena Allah akan membangkitkannya paa hari kiamat, dalam kondisi membaca talbiyah. (Bukhari 1265  dan Muslim 2948).(tribunnews.com/konsultasisyariah.com)

Berita Terkini